#Menelan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Top News Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah
Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah adalah artikel yang trending di Hingga kini topik tersebut saat ini ramai dicari dalam 1 jam. Untuk itu kami akan membahas Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah yang bisa kamu baca nantinya. Penasaran dengan Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah? Jika benar yuk simak artikel tersebut di samping https://beritapolisi.id/ketika-menelan-makanan-kondisi-katup-epiglotis-adalah/
0 notes
Text
Top News Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah
Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah adalah artikel yang trending di Hingga kini topik tersebut saat ini ramai dicari dalam 1 jam. Untuk itu kami akan membahas Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah yang bisa kamu baca nantinya. Penasaran dengan Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah? Jika benar yuk simak artikel tersebut di samping https://beritapolisi.id/ketika-menelan-makanan-kondisi-katup-epiglotis-adalah/
0 notes
Text
Top News Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah
Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah adalah artikel yang trending di Hingga kini topik tersebut saat ini ramai dicari dalam 1 jam. Untuk itu kami akan membahas Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah yang bisa kamu baca nantinya. Penasaran dengan Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah? Jika benar yuk simak artikel tersebut di samping https://beritapolisi.id/ketika-menelan-makanan-kondisi-katup-epiglotis-adalah/
0 notes
Text
Top News Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah
Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah adalah artikel yang trending di Hingga kini topik tersebut saat ini ramai dicari dalam 1 jam. Untuk itu kami akan membahas Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah yang bisa kamu baca nantinya. Penasaran dengan Ketika Menelan Makanan Kondisi Katup Epiglotis Adalah? Jika benar yuk simak artikel tersebut di samping https://beritapolisi.id/ketika-menelan-makanan-kondisi-katup-epiglotis-adalah/
0 notes
Text
Ustazah Dayana (Nikmat)
Ustazah Syaima meletakkan phone ke atas meja kecil bersama beg tangan di tepi katil King Size itu. Sengaja ditempah bilik Hotel 5 bintang untuk lebih privasi. Wangi bilik memberikan sedikit rasa tenang. Tak lama, Syazana membalas “okayy” kepada mesejnya yang memberitahu dia akan pulang sedikit lewat hari itu.
Pandang dibawa ke arah Leman yang sedang duduk di bucu katil. Melihatkan Ustazah Syaima meletakkan phone, dia juga menyimpan ke dalam poket sambil tersenyum antara rasa teruja dan segan.
“Jadi... Leman... Awak nak saya tukar pakai jubah tadi?” soal Ustazah Syaima perlahan. Kini Ustazah Syaima memakai kembali jubah yang dipakai datang kerja tadi. Tudung labuh silver satin berbunga pink sakura di hujung. Bersama jubah hitam hampir kosong, cuma berbatu manik di lengan tangan.
Leman menggeleng. “Urm... Tadi Ustazah sexy... Tapi bila saya bayangkan, saya selalu bayangkan Ustazah pakai macam ni... Macam tengah mengajar” kata Leman jujur. Semakin selesa. Ustazah Syaima senyum sambil merapatkan tubuh. Peha mereka bertemu.
“Hmm... Kalau macam tu, apa lagi yang awak bayangkan? Kita cuba keluarkan semua fantasi awak harini. Kelas nanti saya nak awak fokus” kata Ustazah Syaima dengan nada sedikit tegas. Mengingatkan.
Leman senyum. Melihat tubuh Ustazah Syaima. Pehanya jelas dipeluk jubah yang ditarik gravity itu. Wangi perfume lembut Ustazah Syaima juga telah mengeraskan batangnya semenjak dari dalam kereta lagi. Melihat Leman senyap, Ustazah Syaima senyum. Cuba menenangkan hati sendiri yang mula malu. Mungkin dirinya yang perasan lebih. Mungkin Leman hanya bergurau atau suka suka ayam. Betul kata Nora, Mungkin dia patut bersabar.
“Kalau ada apa apa yang awak nak buat dekat saya... Erm... S... Saya izinkan...” kata Ustazah Syaima sedikit kekok. Terpengaruh dengan rasa risau di dalam kepala. Leman menelan air liur.
“S... Sebenarnya Ustazah... S... Saya tak banyak bayangkan... Saya buat apa apa dekat Ustazah...” kata
perlahan.
“Eh? H... habistu?”
Leman nampak sangat teragak agak sebelum akhirnya membuka mulut semula. “Saya bayangkan... Urm... Ustazah yang... goda saya... Buat strip tease... M... Macam Ustazah buat dalam bilik Ustazah tadi...” kata Leman jujur.
Ustazah Syaima menarik nafas lega. Jadi bukanlah Leman menyesal atau tidak mahu akannya. Ustazah Syaima bangun berdiri. Wajahnya merah. Jujur, dia pun kurang pasti mengapa dirinya semakin liar dan berani begini. Tidak tahulah kerana batang batang muda yang dah dirasanya, atau kerana Fadzril dan Azmir.
Yang pasti, dia akan lakukan apa sahaja yang Leman mahu asalkan batang Leman terbenam ke dalam pantatnya hari ini.
Ustazah Syaima berdiri di hadapan Leman. “Jujur... Saya tak pernah strip tease strip tease ni... Tapi... Urm... Saya cuba ya?” kata Ustazah Syaima. Leman mengangguk mengizinkan. Walhal Ustazah Syaima berduaan dengannya di dalam bilik Hotel itupun sudah sangat memberahikan baginya.
Ustazah Syaima senyum dengan wajah keibuannya, sebelum tangan mula dibawa merayap ke tubuh sendiri. Tangan meraba perut yang rata sendiri, sebelum satu tangan dibawa ke atas, merayap di atas buah dada dan tudung labuh, dengan tangan yang satu lagi dibawa turun merayap peha.
Jelas Leman membayangkan yang tangan itu adalah tangannya.
Ustazah Syaima senyum melihat reaksi Leman. “Ummm... Awak suka tengok saya goda awak macam ni...?” soal Ustazah Syaima nakal sambil tubuh dibawa lenggok dan lentik sedikit. Sesekali mengintai bonjol yang mengeras. Leman mengangguk. Nafasnya semakin berat.
“Umm... Awak lagi suka yang ni...” tangan Ustazah Syaima kedua dua dibawa meramas buah dadanya di atas tudung labuh itu, sebelum tubuh dibawa pusing dan Ustazah Syaima melentokkan pinggulnya, membiarkan graviti menarik jubah itu rapat, melekap mendedahkan daging punggungnya yang dibalut panties nipis itu.
“Atau ni...?” soal Ustazah Syaima nakal. Tangan sendiri dibawa meraba daging punggung yang besar itu. Tangan Leman diangkat cuba mencapai daging punggung Ustazah Syaima, namun Ustazah Syaima cepat mengelak.
“Aish Leman... Tadi kata nak strip tease... Mana boleh raba raba” kata Ustazah Syaima nakal. Tahu syarat itu dari movie movie yang ditonton. Leman senyum membetulkan kaca mata. “Ehe... S... Sorry ustazah” katanya segan sambil ditarik semua tangannya.
Ustazah Syaima senyum sambil tubuh dibawa menghadap Leman kembali. Tangan dibawa masuk ke dalam tudung labuh, lalu ditarik zip ke bawah, penghujung masih dibawah tudung labuh. Dari gerak tangan, Leman dapat mengagak yang Ustazah Syaima mula menanggalkan jubahnya. Namun mungkin dibiar sangkut ke bahu.
Tangan Ustazah Syaima kemudian jelas meramas kedua dua buah dadanya dibawah tudung labuh itu. Dan mata Leman membulat melihatnya.
“Umm...Amboi Leman... Tutup sikit mulut tu...” usik Ustazah Syaima. Leman senyum segan. Namun Ustazah Syaima terus menerus mengusik Leman. Kemudian, jubah hitam itu ditolak sedikit, dibiar jatuh melepasi bahu, mendedahkan buat pertama kalinya tubuh MILF itu kepada Leman.
Rahang Leman seolah jatuh ke lantai.
Tudung Ustazah Syaima masih kemas, labuh menutup dada. Namun di balik tudung itu, Leman dapat melihat bentuk tubuh Ustazah Syaima yang baginya seolah dari film porno MILF yang ditontonnya. Pinggul Ustazah Syaima lebar, membuatkan pehanya juga sedikit berisi, memberi bentuk curvy yang baginya lebih dari semporna.
Tangan, lengan Ustazah Syaima juga tidak kurus dan tidak terlalu berisi. Kena dengan tubuhnya. Dan tidak cukup dengan itu, panties lace hitam yang dipakai Ustazah Syaima agak jarang. Hanya corak sedikit tebal di bahagian bawah. Dan dari apa yang dilihat Ustazah Syaima pastinya licin di bawah itu.
Dan apa yang mengghairahkan lagi Leman, ada la stoking paras peha Ustazah Syaima. Ketika berubah tadi Leman dah perasan. Namun dia ingatkan itu standard stoking paras buku lali atau betis.
“U... Ustazah memang pakai macam ni hari hari ke?” soal Leman sambil me jamah tubuh Ustazah Syaima itu dengan matanya.
Ustazah Syaima sambil itu masih melentikkan tubuhnya. Jemari mula meraba panties, garis stoking. Ustazah Syaima menggeleng. “Bila ada special case macam ni je...” jawab Ustazah Syaima. Teringat yang dia mula memakai lingerie ke tempat kerja dek diajar Azmir. Dan ya, dia tidaklah memakai begini walau di bawah setiap hari. Hanya apabila dia tahu Azmir mahukannya.
Dan sekarang, untuk Leman.
Leman senyum menelan air liur. Ustazah Syaima sengaja melentokkan tubuhnya, membiarkan Leman menikmati. Sesekali, ditarik tudung labuhnya memeluk buah dadanya. Memberi ‘tease’. Sesekali juga, Ustazah Syaima mengangkat tudungnya separuh mendedahkan buah dadanya, sebelum dibiar lepas menutup kembali.
“Nak saya teka awak bayangkan saya buat apa lagi?” soal Ustazah Syaima nakal. Leman mengangguk. “Mmm... Baring...” Arah Ustazah Syaima. Leman laju menolak tubuhnya naik habis ke katil sebelum baring berbantal di tengah katil itu. Ustazah Syaima memanjat bak seekor harimau bintang yang mengintai mangsanya.
Lalu dipanjat tubuh Leman, sebelum satu tangan Leman di ambil lalu dibawa ke buah dada di bawah tudung. Dan jemari Leman terus mengambil alih, meramas dengan perlahan sekali dua, sebelum semakin rakus seolah takut terjaga dari mimpi ini.
“Ummmphhh... Leman... Geramnya awak dekat saya...” usik Ustazah Syaima. Ustazah Syaima perlahan menunduk lalu mengucup bibir Leman. Leman yang pertama kali menyentuh wanita itu terasa kaku. Membiarkan Ustazah Syaima yang mengawal, sebelum Leman perlahan membalas mengikut gerak bibir Ustazah Syaima.
“Ummphh... Bagus... Sekarang... Keluarkan lidah kamu...” bisik Ustazah Syaima sambil satu lagi tangan tanpa sedar turun meraba bonjol seluar Leman. Leman menjelir lidah ke atas, kemudian Ustazah Syaima menyambut, menghisap perlahan sebelum lidahnya mencari di sekeliling lidah Leman.
Kepala dibawa turun dan lidah Leman kembali ke dalam mulut, diikuti lidah Ustazah Syaima yang mengajar bagaimana untuk ‘French kiss’ itu. Ustazah Syaima menarik nafas, dan Leman mengambil peluang itu untuk membalas kucupan berahi Ustazah Syaima.
“Ummphh... Ahh... Cepat tangkap rupanya awak ni... He... Srpphh... Ummphh...” Ustazah Syaima memuji sambil membalas kucupan semula. Kedua dua tangan Leman kini semakin berani dan rakus meraba, meramas tubuh Ustazah Syaima, mendengus di antara nafas. Kehilangan kata kata.
Setelah lama, Ustazah Syaima menarik kepalanya
Tubuh dibawa merangkap turun. Dan jemari perlahan membuka tali pinggang dan zip seluar Leman, sebelum direntap turun bersama seluar dalam. Nafas Ustazah Syaima semakin berombak apabila melihat batang Leman menegang tegak. Air mazi jelas bertakung dan meleleh di kepala.
“Wow... Leman... Ummphh...” Ustazah Syaima juga kehilangan kata kata. Batang Leman bukanlah batang yang paling besar pernah dia tengok, namun entah mengapa. Jemari terus menangkap batang Leman sebelum terus dibawa masuk ke dalam mulut. Kepala mendayung ke atas ke bawah menghisap penuh lahap dan menjilat di dalam mulut.
Sesekali Ustazah Syaima mengintai Leman di atas. Melihat reaksi Leman yang mendengus, sesekali memanggil namanya. Membuatkan Ustazah Syaima semakin berahi.
“Ummphhh... Srpphh... Ummphh...” Ustazah Syaima mendayungkan kepalanya laju ke atas dan ke bawah, lalu ditolak batang Leman sedalam dalamnya menolak tekak. Ustazah Syaima membiarkan Leman menikmati hangat ketat mulutnya itu sebelum menarik kepalanya, mencungap sedikit. Namun jemari terus mengocok batang pelajarnya itu.
“Ahh... Ummph... Apa lagi yang awak bayangkan ni Leman...?” soal Ustazah Syaima sambil terus mengurut batang Leman. Kononnya mahu ia terus keras. Walhal Ustazah Syaima cukup tahu yang ia tidak akan turun selagi meletus. Tidak selagi dia di hadapannya.
Leman menarik nafas dalam. Wajahnya merah. Kaca mata ditolak ke atas sambil menelan air liur. “Saya bayangkan... U... Ustazah naik atas saya... Urmph... B... Boleh kan?”
Ustazah Syaima berpura terkejut. “Leman! Saya ingatkan... Apa yang saya dah buat ni... Cukup...” kata Ustazah Syaima. Namun Ustazah Syaima perlahan bangun lalu duduk di atas batang Leman. Dengan panties yang masih tersarung, menekan batang Leman yang kini terbaring, ditekan antara tembam pantat Ustazah Syaima dan tubuhnya sendiri.
Leman mendengus merasa hangat dan fabrik lembut panties Ustazah Syaima itu.
“T... Tapi... Kalau saya tak buat ni...” Ustazah Syaima mengerang perlahan sambil mula menggerakkan tubuhnya kehadapan dan belakang. Menggigit bibir bawah semakin berahi. Pantat tembam yang semakin basah mula meresapkan air pantatnya ke batang Leman.
“Ummphh... N... Nanti saya tak boleh fokus dalam kelas...” tambah Leman. Konon memberi justifikasi kepada apa yang akan mereka lakukan.
Ustazah Syaima mengangguk setuju. “Ahh... S... Saya masukkan ya...” kata Ustazah Syaima sambil menolak dirinya bangun sedikit. Panties ditolak ke celah peha, mendedahkan pantatnya yang tembam licin itu, sebelum batang Leman dicapai lalu dihala ke bibir pantatnya. Digesel ke biji kelentit dan bibir pantatnya, sebelum dibawa tolak masuk ke dalam pantat.
“Ahhhhh...Emiirrr” Ustazah Syaima mengerang merasa pantatnya tersumbat dengan batang Leman. Pantatnya mengemut balas, melumur habis setiap inci batang Leman dengan air pantatnya. Mata Leman pula membulat. Buat pertama kali merasa pantat seorang wanita. Mengemut, hangat, basah...
“U... Ustazahhh...” Leman mendengus balas sambil tangan meramas peha Ustazah Syaima. Ustazah Syaima membiarkan batang Leman terbenam buat beberapa ketika sebelum tubuh dibawa turun, menonggeng di atas Leman sambil memastikan batang Leman masih di dalam pantatnya.
Buah dadanya tertutup dengan tudung labuh yang masih tersarung. Membiarkan tahu ia memberi imej Ustazah yang kontra dengan perlakuannya. Dan Ustazah Syaima tahu yang ianya hanya menaikkan nafsu pemuda itu.
“Ahhh... Sedapnya batang kamu Leman... Ummphh...” Ustazah Syaima mengerang manja sambil mengucup bibir Leman perlahan. Kemudian punggung dibawa naik cukup sehingga ke leher batang Leman, kemudian dibawa turun kembali. Sengaja Ustazah Syaima bergerak perlahan, mahu Leman merasa nikmat setiap inci lubang pantat seorang wanita itu, dan dia sendiri ingin menikmati setiap inci dan timbul urat batang pelajarnya itu.
Leman mendengus. Membalas kucup Ustazah Syaima sambil merasa pantat wanita buat pertama kali. “Ummph... Srpphh... Ustazah... Sedapnya pantat u... Ustazah ni... Ahh...” Leman membalas pujian.
Ustazah Syaima senyum bangga sambil merasa tangan Leman meramas buah dadanya di bawah tudung labuh itu.
“Ahh... Bertuah isteri kamu nanti Leman... Ahh... Ada suami batang padat macam kamu ni...” puji Ustazah Syaima. Leman pula tersenyum bangga. Berharap yang dia tidak pancut cepat. Merasa kedua dua mereka semakin berahi, Ustazah Syaima melajukan sedikit dayungan. Ke atas, ke bawah. Kepala sesekali direhatkan ke bahu Leman sambil punggung mengawal ritma.
“Ahhh... Ahhh... Ummpphhh” Ustazah Syaima kemudian menolak dirinya kembali duduk. Tangan dibawa meraba pinggang dan perut Leman, sebelum senyum nakal menjadi amaran kepada Leman. Leman senyum bersedia.
Ustazah Syaima kemudian menggerakkan tubuhnya naik turun dari batang pemuda itu. Pantatnya mengemut ketat dengan setiap gerak. Dan tubuh Ustazah Syaima melentik lentik dengan setiap hentak yang dibawa hujung pantat ke kepala batang Leman itu.
“Urgh... Ustazahhh... Sedapnya... Ahh... L... Lagi sexy dari saya bayangkann... Ahh...” dengus Leman sambil terus meraba peha Ustazah Syaima yang berstoking paras peha itu.
“Ummphh... Awak bayangkan saya macam ni takk?” soal Ustazah Syaima sambil meramas kedua dua buah dadanya sambil menunggang batang Leman itu laju. Sesekali melentik mengenakan kepala batang Leman ke G-spotnya.
Leman menggeleng. “Ahhh... Ni lagi hott... Ummphh!! Umpph!!” Leman mendengus kesedapan. Melihat mata Leman, Ustazah Syaima menunduk sedikit dan benar sangkaannya. Terus tangan Leman menangkap buah dada Ustazah Syaima lalu diramas geram kedua duanya.
“Ohhh... Yess... Ummphh!!” Ustazah Syaima semakin hampir. Kedua dua tangannya menongkat di kiri dan kanan tubuh Leman sambil punggung menggerak dan menggelek laju. Dengan sensasi jemari Leman yang rakus meramas di bawah tudung labuh, Ustazah Syaima memejam mata rapat.
Wajahnya berkerut. Bibirnya terbuka sedikit. Sikit lagi... sikit lagi... Pap!! Papp!! Pap!! Pap!!
“Ahhhhh Leman!! Leman!!!” Ustazah Syaima tersentak sebelum mula klimaks. Air pantatnya merembes ke batang Leman. Tubuhnya terhenti gerak dek klimaks itu. Mujurlah Leman menyambung gerak. Didayung batangnya dari bawah menyambung klimaks Ustazah Syaima.
Mata Ustazah Syaima membulat terkejut dengan gerak anak teruna itu. Lalu mengemut ketat memerah dirinya sendiri klimaks sepuasnya.
“Ummphhh... Ahhh... Leman... Ahh....” Ustazah Syaima mengejar nafas. Mata perlahan dibuka melihat Leman tersenyum bangga. Mungkin bangga berjaya membuatkan pensyarahnya klimaks begitu sekali. Ustazah Syaima senyum di balik wajah kepuasan itu. Tubuh dibawa bangun dan batang Leman dibawa keluar.
Namun setelah sahaja dibawa keluar, Leman tiba tiba mendengus kuat dan...
“Ustazah!! Umpphh!! Damnn!!” dengus Leman kecewa sambil batangnya memancut mancutkan air maninya ke atas. Mendarat ke peha Ustazah Syaima yang senyum sambil terus menyambut mengurut batang Leman itu.
“Ummm... Banyaknya awak pancut ni... Pagi tadi pun banyak... Ummphh...” puji Ustazah Syaima. Leman mendengus kecewa.
“S... Sorry Ustazah... S... Saya tak tahan lama... S... Saya sempat tahan untuk tak pancut dalam Ustazah je... Urmphh...” Dengus Leman segan. Ustazah Syaima senyum sambil terus mengurut batang pelajarnya itu.
“Ehe... Takpe Leman... Suami saya dulu pun mula mula, tak tahan lama... Tapi lepas lama lama sikit, boleh tu. Lagipun awak dah buat saya klimaks kan. Hehe” pujuk Ustazah Syaima. Walau dia tahu bagi perempuan, satu klimaks sangat tidak memadai
Leman senyum lega. Masih tidak percaya apa ayang baru berlaku.
“Umm... Saya basuh kejap ya?” Ustazah Syaima menolak dirinya bangun dari katil lalu menghala ke bilik air. Meninggalkan Leman yang menatap setiap goyang punggung Ustazah Syaima yang hampir separuh berbalut panties tadi.
Tertanya tanya jika ini kali pertama dan kali terakhir dia dapat melihat daging punggung Ustazah Syaima tanpa lapik itu.
*********
Kereta Ustazah Syaima diberhentikan di simpang kolej Leman. Sengaja sedikit jauh supaya tidak menjmbulkan rasa syak oleh pelajar yang lain. Leman senyum. “Terima kasih, Ustazah... Sebab realisasikan fantasi saya... Saya janji saya akan fokus mulai esok”
Ustazah Syaima mengangguk. “Baguslah macam tu... Nanti saya akan tanya awak soalan lebih sedikit” usik Ustazah Syaima membuatkan Leman senyum sedikit risau.
“Urm... Ustazah... Maaf kalau saya tanya... Tapi apa yang kita buat tadi tu, one off atau... Erm... Ada lagi?”
Ustazah Syaima menggigit bibir bawah. “Hmm... Kalau awak rasa awak dah start tak boleh fokus... Awak bagitau. Boleh?” laju Leman mengangguk. “Okay! Terima kasih Ustazah. Jumpa dalam kelas nanti” kata Leman sambil membuka pintu kereta lalu menapak keluar dengan senyum puas.
Ustazah Syaima juga senyum puas. Walau tak sepuas bersama Fadzril, Azmir mahupun suaminya, namun entah mengapa dia yakin yang Leman akan bertabah baik nanti. Ustazah Syaima menggeleng malu dengan dirinya sendiri.
Dia yang dahulu jijk dengan perangai jiran jirannya, kini menjadi salah seorang dari mereka.
Kereta dibawa pandu pulang ke rumah, sesampai di rumah, telah tersedia spaghetti carbonara yang Ustazah Syaima yakin dimasak Syazana menggunakan sos prego yang dibeli tempoh hari. Sepinggan cukup untuknya. Pasti si suami dan Syazana dah makan tadi.
3K notes
·
View notes
Text
TERLAJAK TERUNA SELEPAS MALAM PERTAMA (VERSI ISTERI)
Sejujurnya i kahwin dengan suami i ni pun sebab dia dan keluarga dia kaya, senang lenang hidup i sikit. I bukannya melayan dia sangat waktu uni. Cuma i berdamping dengan dia sebab dia pandai dan tolong I dalam pelajaran.
Terkejut jugak I bila dia masuk melamar nak kahwin. I rasa geli nak berkahwin dengan dia, mana taknya, lemah lembut sangat, acah alim la kononnya, tak rasa macam dia tu lelaki.
I ingatkan dia akan tinggalkan I lepas tunda urusan perkahwinan sampai I habis grad. Rupa-rupanya, dia jadi makin menjengkelkan. Asyik telefon la, asyik mesej tanya khabar la, kekadang sampai tak tidur nak sembang dengan I.
I pulak bukan melayan sangat pun, i tengok dia macam orang yang telefon nak jual barang. Kekadang i blok je dia, lepas tu bagi alasan bateri fon habis, saja nak main-mainkan dia. Dekat uni, I ni boleh dikatakan terkenal jugak. Fakulti I tak ramai perempuan dan I ni salah satu yang cantik. Tiap-tiap hari boleh nampak pelajar laki curi-curi tengok tetek dan punggung I.
Lagi satu sebab i terkenal adalah sebab i suka melepak dengan pelajar lelaki. I suka apabila mereka curi-curi tengok tubuh, i suka apabila mereka beri perhatian dekat I, I suka disentuh oleh pelajar-pelajar lelaki. Korang nak tahu satu rahsia? Dalam masa i belajar dekat uni, i jarang gila duduk dekat asrama I. Selalunya, I akan duduk di bilik-bilik pelajar lelaki yang I suka. Warden pun bukan periksa pun apa yang jadi dalam asrama lelaki.
Dalam asrama lelaki inilah, I belajar untuk membuli dan merendahkan pelajar-pelajar lelaki skema,acah alim dan lembik. Dengan sokongan kebanyakan pelajar lelaki yang lain, hidup I di uni senang. Kerja kursus I ditangani bebudak skema, waktu peperiksaan banyak saja bebudak laki akan tolong I dalam dewan peperiksaan dan nafsu I jugak dipuaskan bebudak lelaki yang sama.
Pada awalnya, masa suami I telefon, i selalu akan elak panggilan dia. Tetapi atas saranan pelajar lelaki lain, mereka menyuruh i menjawab saja panggilan tersebut dan melayan suami I sambil mereka melayani I. Mereka memberitahu kepuasannya berbeza jika dibandingkan dengan yang biasa.
Memang betul cakap mereka, perasaan klimaks sambil bersembang dengan suamiku memang berbeza. I berasa lebih seronok, I berasa seperti I dapat kepuasan yang I nak sambil mempermainkan suami I. I akan biarkan cipap i dijilat sambil bertelefon dengan suami I, suara dengusan I akan I biarkan suami I mendengar. Si Suami I pulak akan menyangka i dalam kesakitan dan menanya perihal kesihatan I. I pernah bersembang dengan suami I ketika menunggang batang pelajar lain dan juga pernah membuat panggilan video semasa cipap ku disantap oleh pelajar lelaki lain.
Begitulah kehidupan I di uni. I menunggang seberapa banyak batang yang boleh, I memuaskan nafsu diri I setiap hari dengan menggunakan pelajar-pelajar lelaki di sekeliling I. I pernah melayan seorang, dua orang dan beberapa orang sekaligus sewaktu I di uni. Sebab itulah, I berasa kurang seronok ketika ibu bapa I bersetuju untuk mengahwinkan I dengan suami I. I berasa I dikekang dan geli untuk berkahwin dengan dia tapi i masih terima sebab suami i ni kaya.
Sebab itulah sehari sebelum bernikah, I anjurkan "pesta ranjang" di sebuah bilik hotel. I menjemput rakan-rakan lelaki I untuk meraikan perkahwinan I. Hampir 15 rakan lelaki I datang dan kami mulakan sebaik sahaja rakan pertama i muncul. I dihenjut beraneka posisi, dari katil hingga ke ruang tamu hingga ke tandas I tunggang batang. I bermandi peluh dan mani sehingga keesokan paginya. Kekadang I menunggang satu batang, kekadang dua dan paling maksima melayan 5 batang sekaligus(punggung, cipap, mulut dan melancap guna kedua-dua tangan).
I tidak tidur semalaman tersebut, I tidak tahu berapa kali i klimaks dan tidak tahu berapa kali rakan-rakan I memancut ke dalam ku. Perut I berasa kenyang menelan air mani pancutan batang-batang rakan-rakan I . I tidak berhenti sehinggalah beberapa jam sebelum waktu bernikah. Rakan-rakan I tidak membenarkan I untuk mandi dan menyuruh I bersedia untuk bernikah tanpa membersihkan diri. I masih ingat lagi air mani rakan-rakan I menitik membasahi seluar dalam I ketika I sedang bernikah.
Lepas habis bernikah, I pun cuba la berseronok dengan suami I waktu malam tersebut, Tapi korang semua dah tau kan, si suami I tak dapat naik dan I menduakan dia dengan rakan lelaki yang lain. Memang puas I menunggang rakan lelaki I malam itu sambil suami I terpaksa tengok. Lebih puas adalah menyuruh suami I membersihkan cipap I sambil punggung i dihenjut rakan I. Itu adalah malam keseronokan I dan malam dimana suami I kekal teruna selama-lamanya
#melayu sedap#tudung lucah#modal melayu#minah melayu#melayunakal#melayumantap#melayugersang#melayucantik#melayuboleh#hot malay#malay#malay hijab#malaygirl#malaysia#pepekberair#tudung hot#lancap#tudung melayu#lucah melayu#melayu hot#melayu lancap#melayu tudung#cerita#cerpen#lucah#air mani#basah#hijab nakal#modal lancap#tudung lancap
2K notes
·
View notes
Text
anak saudara dan pak mat
Suatu hari ketika keluarga mertua ku mengadakan majlis kenduri arwah di kampung, kami dikejutkan dengan berita kematian abang kepada mertua ku yang juga merupakan bapa saudara kepada suami ku. Oleh kerana ketika itu hanya suami aku sahaja yang mempunyai kereta, maka mertua ku dan adik beradik ipar yang lain semuanya turut serta menziarahi jenazah di kampung lain yang agak jauh juga daripada kampung mertua ku.
Oleh tempat duduk terhad, suami ku menyarankan agar ku tinggal sahaja di rumah mertua ku dan ditemani oleh dua orang anak saudara suami ku. Zaidin anak adik ipar ku yang baru nak masuk tingkatan 1 dan Zairul anak abang ipar ku yang baru nak masuk darjah 6. Kedua-dua mereka ini masih belum bersunat.
Aku tidak berapa percaya kepada budak-budak tersebut kerana memang aku tahu, setiap kali aku mandi Zaidin memang tak lepas peluang untuk mengintai tubuh ku. Namun begitu aku diam sahaja perkara tersebut, bukannya orang lain, anak saudara suami aku juga yang aku anggap macam anak saudara aku juga. Lagi pun mereka itu budak-budak yang sedang melangkah ke alam remaja tentulah keinginan untuk mengetahui dan mencuba perkara yang berkaitan seks itu meluap-meluap. Disebabkan itu saranan suami ku, maka aku tidak membantahnya, diharapkan tiada apa yang tidak diingini berlaku pada diri ku malam ni.
Aku melayan anak buah suami ku itu macam biasa, walau pun aku perasan mereka memandang aku seolah-olah mahu menelan tubuh ku ini. Memang nasib tidak menyebelahi diriku malam ini, di luar rumah sayup-sayup kedengaran bunyi burung hantu yang menyeramkan bulu roma ku.
Aku sememang nya seorang yang penakut, malam itu aku terpaksa meminta tolong Zaidin dan Zairul menemani aku untuk ke tandas yang terletak di luar rumah. Tandas kampung yang dibina menggunakan papan, walaupun bertutup semua tetapi masih terdapat lubang-lubang yang membolehkan Zaidin dan Zairul mengintai aku yang melepaskan hajat.
Namun begitu aku tidak mempedulikan apa yang Zaidin dan Zairul buat, ketika ini perut aku memulas dan ingin melepaskan hajat, kalau dia orang mengintai tubuh ku pun itu rezeki dia orang lah, aku tidak ada malu lagi dah ketika ini.
Setelah lega aku mendapatkan Zaidin dan Zairul yang menunggu di luar dengan tersenyum-senyum memandang aku, aku membalas senyuman mereka dan bertanya samada mereka nak kencing atau tidak. Mereka mengeleng-geleng kepala, tetapi aku perasan seluar pendek yang dipakai oleh mereka berdua tertonjol ke depan.
Sah dia orang mengintai aku tadi yang menyebabkan zakar dia orang menegang. Sememang nya ketika melepaskan hajat tadi, aku menyelak kain ku ke atas mendedahkan keseluruhan anggota bahagian bawah tubuh ku.
“Mak Ngah, tadi Zaidin mengintai Mak Ngah,” Zairul memberi tahu aku.
“Ooo ambil peluang ye, tak baik Zaidin buat macam tu,” tegur ku.
“Habis tu kalau mintak nak tengok, mesti Mak Ngah tak kasi punya, jadi peluang yang ada tadi memang saya tak lepas punya,” jawab Zaidin.
“Fuh! Mak Ngah punya memang tembam, bulu banyak pulak tu, sampai sekarang batang pelir saya masih menegang, teringatkan burit Mak Ngah tadi,” sambung Zaidin lagi.
Merah muka aku menahan malu dan geram tapi nak buat macam mana Zaidin memang macam tu, kenakalan memang diakui oleh kedua orang tuanya sendiri.
“Zaidin… tak baik tengok orang lain punya, lagi pun Zaidin masih budak tak baik memikirkan perkara yang bukan-bukan,” tegur ku lagi.
“Ala Mak Ngah, kita orang dah rasalah burit budak perempuan, hangat dan geli bila dijolok dengan batang pelir,” jawab Zaidin selamba.
Meremang bulu roma ku mendengar jawapan tersebut.
“Eii Zaidin ni nakalnya, nanti Mak Ngah cakap kat bapak kan,” ugut ku.
“Ala kalau Mak Ngah beritahu bapak kita pun, boleh cakap jugak yang burit Mak Ngah tembam dan berbulu,” jawabnya pula.
Boleh hilang akal aku kalau dilayan sangat budak ni. Suami adik ipar yang merupakan biras aku lebih tua daripada aku memang seorang yang gatal sikit. Pernah beberapa kali dia mengambil peluang menepuk punggung ku ketika di dapur. Anak dengan bapak sama je perangainya.
Jadi aku ubah strategi aku daripada menasihat kepada melayan karenah anak saudara suami ku ini.
“Zaidin buat dengan siapa?” tanya aku ingin tahu.
Dia menceritakan yang dia pernah bersetubuh dengan budak perempuan kampung ini yang sekelas dengannya, ketika pulang dari mengaji quran. Menurutnya lagi dia belum pernah bersetubuh dengan perempuan dewasa dan dia teringin sangat ingin merasa lubang burit perempuan dewasa.
“Zaidin tak boleh buat dengan perempuan dewasa sebab tak bersunat lagi,” jawab ku cuba mengawal keadaan.
“Ala tak kisah Mak Ngah, orang Cina dan India tu boleh main, mereka tu bukan bersunat pun,” jawab Zaidin cuba memusingkan fakta.
Panas muka ku, terkena aku dengan jawapan budak ni.
“Jadi Zaidin nak apa sebenarnya ni?” tanya aku cuba mematikan helahnya.
“Mak Ngah bagilah saya rasa sekali burit Mak Ngah malam ni, tak tahan ni, dari tadi batang pelir saya asyik menegang saja,” jawabnya selamba.
Memang dah agak dah, itu yang dia mahu sebenarnya. Zairul hanya tersenyum dan diam membisu saje.
“Eh tak Mak Ngah tak boleh bagi lah Zaidin, berdosa tau, lagi pun Mak Ngah ni bini Pak Ngah kau, kalau dia tahu kan susah nanti,” jawab ku berterus terang.
“Ala Mak Ngah jangan bagi tau yang Idin dah rasa burit Mak Ngah, tolonglah Mak Ngah tak tahan ni, nak meletup rasanya batang pelir saya ni,” sambung Zaidin sambil menayangkan batang pelirnya yang keras menegang itu.
Berdebar juga melihat saiz batang pelir Zaidin yang berukuran lelaki dewasa walaupun dia masih berusia 13 tahun dan masih belum bersunat. Terlintas jugak dalam kepala aku bagaimanalah budak perempuan yang sebaya dengannya menerima kemasukan batang pelir Zaidin yang bersaiz lelaki dewasa ke dalam kemaluan dia orang. Patutlah dia beriya-iya sangat nak rasa burit perempuan dewasa, saiz zakarnya memang untuk burit perempuan dewasa.
“Kalau Mak Ngah tak nak kasi, kita nak tinggalkan Mak Ngah sorang-sorang kat sini, tidurlah dengan hantu kubur kat belakang rumah tu,” ugut Zaidin.
Rumah mertua ku memang berdekatan dengan kawasan perkuburan, tu yang menyeramkan aku bila tinggal sorang-sorang.
“Janganlah macam tu Din, Mak Ngah takut sorang-sorang kat rumah ni,” rayu aku.
“Kami boleh temankan Mak Ngah tapi tu la, bagi lah kami rasa sekali burit Mak Ngah tu, bukannya orang lain tahu pun, kita-kita je Mak Ngah,” pujuk Zaidin lagi.
Aku buntu memikirkan cara untuk menghindarkan dari bencana yang bakal menimpa diriku. Nampaknya dalam keterpaksaan begini aku pasrah menyerahkan tubuhku untuk dinikmati oleh Zaidin dan Zairul. Sememang aku tidak sanggup mengharungi malam yang penuh menyeramkan seandainya aku ditinggalkan bersendirian.
Aku cuba memujuk hati bahawa keadaan yang akan diharungi adalah sama seperti malam-malam yang lain cuma situasi yang berbeza. Jika di malam-malam yang lepas aku ditiduri oleh suami sendiri dan hanya zakar suami sahaja yang memasuki faraj ku tetapi malam ini aku akan ditiduri oleh anak saudara suami ku dan mungkin zakar mereka akan memasuki faraj ku.
Tambahan lagi saiz dan kekerasan batang pelir Zaidin menyebabkan faraj ku berdenyut-denyut melihat nya. Kadang-kadang terlintas juga di fikiran ku untuk merasai batang zakar yang belum bersunat. Pernah juga aku berkhayal disetubuhi oleh pelakon cerita Korea dah tentu zakarnya tidak disunatkan.
Kini batang pelir Zaidin yang belum bersunat dan saiznya yang menyamai saiz zakar suami ku terpampang didepan aku. Akhirnya aku mengalah dengan keadaan, setelah menyepi beberapa ketika. Zaidin masih lagi memain-mainkan zakarnya yang keras menegang itu.
“Baiklah Zaidin, Mak Ngah mengalah, kalau Zaidin dan teringin sangat nak rasa Mak Ngah boleh bagi, tapi kena janji tau tak ceritakan perkara ini kepada sesiapa.”
Tersenyum lebar Zaidin mendengar pengakuan aku tersebut, lantas tubuh ku dipeluk dan diciumnya.
“Kami janji Mak Ngah, tak kan cerita kepada sesiapa pun,” janji Zaidin sambil menyondol zakarnya pada tubuh ku.
Aku mengajak Zaidin ke bilik tidur untuk dia melampiaskan nafsunya dengan tubuh ku. Aku berbaring membiarkan Zaidin mengerjakan tubuh ku. Tangan dan mulutnya rakus mengerjakan buah dada ku serta mencium seluruh tubuh ku.
Ternyata pengakuan Zaidin dalam pengalaman seksnya adalah benar. Perlakuannya sebagaimana orang dewasa melakukan hubungan seks. Aku kini terangsang bila nafsu ku dirangsang oleh Zaidin.
Zairul hanya memerhatikan perlakuan kami di tepi pintu. Aku mengajaknya sekali untuk bersama-sama Zaidin mengerjakan tubuh ku. Aku mencapai kemuncak rangsangan bila Zaidin menjilat faraj ku, perkara yang tak pernah dilakukan oleh suami ku.
Aku menarik Zairul supaya meramas dan menghisap tetek ku. Aku mencapai klimaks ku yang pertama di saat Zaidin masih lagi mengerjakan faraj dan menggentel-gentel kelentik ku. Malu juga rasanya bila air mani ku terpancut pada muka Zaidin.
Selepas itu terasa lemah seluruh badan ku, ketika itu aku hanya memejam mata dan pasrah bila faraj mula terbuka menerima tusukan batang zakar Zaidin. Terasa hangat dan geli bila keseluruhan batang zakar nya tenggelam dalam lubang faraj ku.
Setelah melakukan beberapa tusukan perlahan kedalam rongga faraj ku, Zaidin mula menghenjut faraj ku dengan laju dan ganas. Terhenjut-henjut tubuh ku menahan hentakan batang zakar Zaidin pada lubang burit ku.
Namun begitu geselan batang zakar dan ari-ari nya pada kelentik ku menimbulkan rasa sensasi dan berahi yang amat sangat pada tubuh ku, tanpa ku sedari aku sendiri mengerang bernafsu bila diperlakukan sebegitu.
Manakala Zairul pula rakus mengerjakan tetek ku, diramas dan dihisapnya puting ku mengalahkan suami ku. Aku kelemasan di saat rasa berahi ku memuncak, lalu aku mengepit dan mengemut batang zakar Zaidin yang ditekan sedalam-dalamnya ke dalam lubang burit ku. Terasa hangat dalam burit bila Zaidin memancutkan berdas-das air mani nya. Kenikmatan tersebut menyebabkan aku juga mencapai klimaks ku yang kedua dengan mengeluarkan air mani yang bercampur dengan air mani Zaidin memenuhi rongga burit ku.
Setelah Zaidin mencabut zakar nya dari buritku, kini giliran Zairul pula yang bercelapak di celah kangkang ku. Aku membiarkan Zairul menekan batang zakarnya yang bersaiz budak 12 tahun ke dalam burit ku. Burit ku yang sudah lencun itu memudahkan kemasukan zakar Zairul yang baru pertama kali menikmati burit perempuan.
Kini sudah 3 bulan peristiwa hitam di mana aku diperkosa oleh anak saudara suami berlalu. Nasib baiklah benih yang ditabur oleh Zaidin dan Zairul ke dalam rahim ku tidak menjadi. Walau pun aku kesal dengan kejadian tersebut, namun ianya memberi kesan dan dimensi baru dalam kehidupan seksual ku.
Aku melayan kemahuan seksual suami hanya untuk melaksanakan tanggung jawab ku sebagai seorang isteri. Memang aku jarang mendapat kepuasan dari hubungan tersebut, tidak seperti yang diberikan oleh Zaidin dan Zairul ketika merogol ku tempoh hari. Kesan dari kejadian tersebut juga timbul keinginan dalam diri ku untuk bersetubuh dengan lelaki lain. Tetapi bila memikirkan aku ini isteri orang dan aku masih menyayangi suami ku, keinginan tersebut ku pendam sahaja dalam diri ku.
Suatu hari rumah kami dikunjungi oleh Pak Mat iaitu bapa saudara kepada suami ku. Dia meminta untuk bermalam di rumah kami semalam dua kerana telah dihalau keluar rumah oleh isteri dan anaknya, gara-gara hasratnya untuk berkahwin lagi satu. Sebenarnya Pak Mat ingin bermalam di rumah anaknya yang lain, tetapi mereka tiada di rumah kerana pergi bercuti ke Johor, mungkin dalam sehari dua lagi mereka akan pulanglah.
Suami ku tidak berkeberatan membenarkan Pak Mat bermalam dirumah kami walaupun dia terpaksa menghadiri mensyuarat di Kuala Lumpur keesokannya. Aku tidak membantah keputusan suami ku walaupun aku terpaksa tinggal berdua dengan Pak Mat malam besoknya.
Pak Mat berusia dalam lingkungan 68 tahun, tapi badannya masih tegap, maklumlah orang kampung banyak amalan petuanya. Tambahan lagi dia masih berkeinginan untuk berkahwin lagi satu. Kesian juga aku mendengar keluhan isi hati Pak Mat yang hilang kasih sayang dan perhatian dari anak-anak dan isterinya akibat daripada hasratnya untuk berkahwin lagi.
Menurutnya lagi memang selama ini isterinya hanya bersikap acuh tak acuh dalam menberikan kasih sayang dan perhatian terhadap dirinya. Malam itu kami tak banyak bersembang kerana kesian melihat Pak Mat yang kepenatan lagipun suami ku akan berangkat ke Kuala Lumpur esok.
Suami ku akan berada di Kuala Lumpur selama 2 hari. Malam itu suami ku tidak dapat menyetubuhi diriku sebagaimana kebiasaan sebelum beliau berangkat out station. Namun begitu aku masih lagi dapat memuaskan nafsu suami ku dengan melancap zakarnya dengan tangan ku sehingga keluar air maninya. Sayang juga aku melihat air maninya yang terpancut-pancut ke atas perut ku, alangkah baiknya kalau air mani tersebut dapat dilepaskan ke dalam rahim ku.
Keesokannya selepas suami bertolak ke Kuala Lumpur, aku melakukan aktiviti harian ku sebagai suri rumah seperti biasa. Pak Mat. aku lihat hanya termenung , mungkin mengenangkan nasibnya atau mungkin juag terkenangkan kekasihnya yang ingin dikahwininya.
Bila tinggal berdua-dua dengan Pak Mat, fikiran aku asyik terkenangkan kenangan pahit di mana aku disetubuhi oleh Zaidin dan Zairul tempoh hari. Ini membuatkan nafsuku terangsang bila mengingatkan kejadian tersebut. Terfikir juga dalam kepala aku, kalaulah budak mentah macam Zairul dan Zaidin tu teringin untuk menyetubuhi diriku, inikan pula Pak Mat, tua bukan sebarang tua, keinginan nya untuk berkahwin lagi membayangkan kemahuannya untuk berhubungan seks masih ada.
Untuk berdepan dengan situasi tersebut, petang itu aku mandi wajib untuk membersihkan diri ku. Seandainya Pak Mat menyetubuhi diriku sekurang-kurangnya diriku telah bersih. Namun begitu aku cuba untuk menghindari segala andaian tersebut, walaupun faraj ku berdenyut-denyut kegatalan meminta untuk dijolok dengan zakar.
Malam itu aku cuba bersikap biasa dengan Pak Mat, menyiapkan makan malam bersama. Sudah menjadi kebiasaan ku bila di rumah hanya berbaju t-shirt dan berkain batik tanpa memakai coli dan seluar dalam.
Ketika makan malam aku perasan yang Pak Mat asyik merenung puting buah dada ku yang tertonjol disebalik t-shirt nipis yang aku Pakai.
“Hai Pak Mat termenung je, teringatkan bini kat rumah ke?” tegur ku memecah kesunyian.
Dengan nada terkejut Pak Mat menjawab, “ishh tak de lah Ani, kalau Pak Mat ingat kan kat dia pun boleh dapat apa, orang dah tak sayang kita, kalau dia masih sayang, buat macam Ani ni haa, makan minum disedia, layan laki dengan baik, ni tidak asyik nak berleter je kerjanya. Bbila nak cari lain tahu pulak cemburu, merajuk hiee mematikan nafsu saya je,” rungut Pak Mat lagi.
“Manalah tahu malam-malam begini, kalau dulu selalu tidur berdua malam ni keseorangan pulak,” tambah ku.
Pak Mat ketawa kecil mendengarnya, “Pak Mat ni dah hampir 20 tahun tidur berseorangan, anak bongsu Pak Mat tu dah berusia 20 tahun, sejak dia lahir sehingga ke saat ini, bini Pak Mat tak pernah melayan kemahuan batin Pak Mat, tiang bendera Pak Mat ni masih boleh menegang, kalau dah tegang mestilah perlu tempat untuk disalurkan, kat mana lagi kalau tidak kat tubuh bini, tapi bini Pak Mat selalu menolak bila diajak bersama, sebab itulah Pak Mat nak cari bini lain, tapi niat yang baik tu pun mereka tak bersetuju dan menentang, Pak Mat nak buat macam mana, tak kan Pak Mat cari pantat lembu,” tambah Pak Mat dengan nada geram.
“Sabar Pak Mat,” aku cuba menyabarkan Pak Mat, tapi dalam kepala aku terfikir Pak Mat ni kemaruk seks dan gian untuk merasai burit perempuan.
“Dah hampir 20 tahun Pak Mat bersabar, tapi bila ada perempuan yang sanggup memberi kasih sayang dan sanggup menjaga Pak Mat, malangnya mereka pula tak setuju, dituduhnya Pak Mat ni gatal dan miang, orang tua tak sedar diri, apalah salah Pak Mat ni,” tambah Pak Mat dalam nada sedih.
“Tak pe lah Pak Mat, sabar je lah, saya sudi mendengar rintihan Pak Mat tu,” aku cuba memujuk dan menenangkan hatinya, kesian juag aku melihat orang tua tu.
“Biar saya selesaikan kerja saya kat dapur tu dulu lepas tu kita sambung bercerita,” kata ku yang menyudahkan makan malam ku.
Ketika aku terbongkok-bongkok dalam keadaan menonggeng mengemas dan menyusun pinggan mangkuk, aku tak perasan yangPak Mat berada di belakang ku. Bila aku bangun punggung ku terkena bahagian hadapan tubuhnya, menyebabkan Pak Mat terundur ke belakang dan hampir terjatuh.
Untuk mengelak dirinya terjatuh Pak Mat telah memegang punggung ku sehingga ianya menempel rapat pada bahagian depan tubuhnya. Aku dapat rasakan galangan batang zakar Pak Mat yang menempel tepat pada lurah punggung ku.
“Pak Mat ni terkejut saya,” tegur ku sambil itu Pak Mat mula menjarakkan tubuh dari punggung ku.
“Maaf Ani… Pak Mat tak sengaja, tak perasan pulak ani nak bangun, nak basuh tangan ni ha,”jawab Pak Mat tersenyum.
“Tu la Pak Mat lain kali ikut jalan yang betul, nasib baik terlanggar punggung saya, kalau langgar benda lain, entah akan terjadi,” tambah ku lagi.
Sebenarnya faraj ku juga berdenyut bila merasakan galangan batang zakar Pak Mat yang menempel pada lurah punggung tadi, sebab itulah aku membiarkan sahaja perkara tersebut sehingga Pak Mat sendiri yang menjarakkan diri nya.
Setelah aku menyelesaikan kerja-kerja ku, Pak Mat kembali menyambung menceritakan tentang kisah hidupnya. Bagaimana dia boleh jatuh cinta dengan Kak Leha janda muda tu. Menurutnya kak Leha tu berusia dalam lingkungan awal 40 an dan tidak mempunyai anak kerana disahkan mandul. Itu antara sebab mengapa dia diceraikan oleh bekas suaminya dulu.
Kak Leha mengambil upah menoreh getah untuk menyara hidupnya. Kebun getah yang ditorehnya terletak bersebelahan dengan kebun getah Pak Mat. Pada awal perkenalan mereka Pak Mat hanya mengusik kak Leha biasa-biasa sahaja, lama-kelamaan kemesraan terjalin dan Pak Mat mula menceritakan masalah peribadi nya kepada kak Leha dan begitu juga kak Leha. Ketika mereka berehat di pondok yang terdapat dalam kebun tersebut, Pak Mat menyatakan kerinduan nya untuk menikMati tubuh perempuan.
“Leha, abang Mat ni dah 20 tahun tidur berseorangan, tapi akhir-akhir ni sejak rapat dengan Leha, abang sering terfikir kenikmatan tidur bersama perempuan, dapat peluk, cium, meramas dan bersetubuh untuk melegakan nafsu ni, tapi semua tu tak dapat abang Mat lakukan pada bini abang sekarang ni,” begitulah keluhan Pak Mat cuba meraih simpati kak Leha.
“Leha paham masalah abang Mat tu, kalau abang Mat teringin nak sentuh, cium dan ramas luaran tu, Leha tak kisah kalau abang Mat nak ambil kesempatan dengan apa yang ada pada tubuh Leha ni, tapi kalau nak bersetubuh untuk melepaskan nafsu abang Mat tu, bukannya Leha tak nak bagi, kita ni dah tua, biar lah kita lakukan secara halal, abang Mat pujuk lah kak Munah tu supaya menerima Leha sebagai madunya, biar pun Leha ni hanya sebagai isteri batin abang Mat sahaja,” terang kak Leha panjang lebar.
Hari tu Pak Mat kerja tubuh kak Leha cukup-cukup hingga kak Leha terangsang habis dan buat pertama kalinya batang zakar Pak Mat boleh menegang keras setelah sekian lama tidak digunakan. Di saat genting tersebut kak Leha masih mampu mengawal keadaan dengan menasihati Pak Mat agar mangahwininya secara sah, lepas itu barulah menikmati tubuhnya. Pak Mat mengeluh panjang mengenangkannasib nya.
“Bersabar je lah Pak Mat, mungkin ada yang tersirat disebalik apa yang terjadi, lagi pun kalau ada jodoh tak ke mana kak Leha tu, yang penting berusaha,” aku cuba memberi perangsang kepada Pak Mat.
“Oh ya, Pak Mat nak kopi nanti saya buat kan, kopi tongkat ali campur madu,” kata ku sambil berlalu ke dapur.
Pak Mat juga mengekori aku ke dapur.
“Eh tak payah susahh-susah lah Ani, tapi kalau dah buat tu, Pak Mat minum aje,” ujar Pak Mat merendah diri.
“Hai bila pekena kopi tongkat ali ni selalunya tongkat Pak Mat turut sama menegak,” sambung Pak Mat lagi.
“Entah lah sejak kenal Leha tu, malam-malam asyik bangun je tongkat Pak Mat ni, nak pacak kat bini, dia tak bagi, nak pacak kat Leha tak rasmi lagi,” ujar Pak Mat lagi mengomel.
Aku hanya tersenyum dan faham sangat apa yang dimaksudkan oleh Pak Mat tu, tapi aku hanya bersikap berselamba.
“Tapi bila dah menegak, Pak Mat yang lah susah, tak lena tidur dibuatnya sebab dah gian dan teringin sangat nak bersetubuh dengan perempuan dah 20 tahun tak merasa burit, tak nak buat macam mana, bini tak nak layan, akhir nya bantal peluk jugak lah jadi mangsa sampai tongkat Pak Mat kendur,” ujar Pak Mat lagi selamba.
Aku hanya tersenyum melayan Pak Mat bersembang yang mula menyentuh soal seks, aku faham Pak Mat memang gian sangat tu nak bersetubuh.
“Pak Mat mintak lah elok-elok dengan bini Pak Mat tu, cakap lah kat dia melayan suami tu wajib kalau tak berdosa,” ujar ku lagi.
“Dah bebuih mulut Pak Mat ni ceramah kat dia tu, akhirnya kita jugak dituduhnya orang tua gatal tak sedar diri, dia tak tahu kalau zakar Pak Mat ni dibenam dalam burit dia tu silap hari bulan masih boleh bunting dia tu,” ujar Pak Mat lagi yang mula menyentuh cerita-cerita hangat.
Faraj ku kini mula berair kerana dari tadi dirangsang nafsu berahi.
“Tak tahu nak tolong macam mana lagi, sabar je lah Pak Mat,” ujar ku mengakhiri perbualan kerana aku dah mula rasa mengantuk dan kelentit meminta untuk digaru kerana terangsang.
“Tak ape lah Ani, Pak Mat amat terharu di atas simpati Ani tu, lagi pun Ani dah abncuh kopi ni, tak elok kalau menolak rezeki,” ujar Pak Mat tersenyum.
“Tegak pun tegak lah, nanti bagi bantal peluk satu Pak Mat, bila tongkat Pak Mat menegang nanti, Pak Mat peluk bantal kemas-kemas,” sambung Pak Mat lagi.
“Saya kesian tengok Pak Mat tapi tahu nak tolong macam mana, memang saya faham sangat kalau lelaki tua ke muda ke kalau dah terangsang tu memang tak boleh duduk diam, mengalahkan kucing nak beranak, samalah macam suami saya,” ujar ku lagi.
“Sebenarnya saya tak sampai hati nak tengok Pak Mat macam tu, tak apa lah nanti saya tak kunci pintu bilik, kalau Pak Mat rasa memang dah tak tahan dan gian sangat, Pak Mat lakukan apa yang patut, semuanya atas diri Pak Mat,” ujar ku sambil melirik kepadanya dan terus berlalu dalam bilik tidur ku meninggalkan Pak Mat yang agak tergaman.
Aku hanya tidur dengan berkemban kain batik sahaja tanpa seluar dalam dan coli, sebagai persediaan sekiranyanya Pak Mat ingin menyetubuhi diriku malam ini. Sambil membaca novel lucah aku mengentel-gentel kelentit ku sehingga ianya cukup berair.
Kalau lah aku ni bukan isteri orang mahunya aku mengajak Pak Mat bersetubuh secara terbuka, disebabkan status ku itu, biarlah Pak Mat yang mulakan sekiranya dia mahu, bimbang juga nanti aku dilabel sebagai isteri curang.
Aku terjaga dari lena bila terasa ada tangan yang meramas-ramas buah dada, aku terkejut dan dalam kegelapan aku terus memegang tangan tersebut. kemudian aku mendengar bisikan, “Ani Pak Mat ni, sorry ani Pak Mat tak tahan dah gian sangat batang zakar Pak Mat ni,” bisik Pak Mat kat telinga aku.
“Ohh Pak Mat,” terkejut saya, jawab ku sambil melepaskan tangan Pak Mat dan meletakkannya kembali ke atas buah dada ku.
“Pak Mat main lah puas-puas dan buat apa yang Pak Mat mahu, saya tak kisah, tapi saya mengantuk ni, Pak buat sorang je lah ye,” jawab ku.
“Sayang Ani tidur lah, biar Pak Mat belai ani sampai terlena,” jawab Pak Mat.
Romantis juga Pak Mat ni, fikir ku. Aku dapat rasakan Pak Mat mula mengosok-gosok permukaan faraj ku yang sudah sedia basah tu, lepas tu dia berbisik kat telinga ku, “Ani, Pak Mat dah tahan sangat ni, Pak Mat nak masukkan zakar Pak Mat ye,” bisik Pak Mat.
Aku mengangguk dan menarik tubuh Pak Mat supaya menindih tubuh ku.
“Pak Mat kita berselimut lah dulu, seganlah saya buat dalam keadaan terbuka,” ujar ku.
Pak Mat menarik selimut menyelimuti tubuh kami berdua, aku melucut kan kain batik yang masih di tubuh ku dan berbogel sepenuhnya di sebalik selimut tersebut.
“Pak Mat bukalah baju,” ujar ku.
“Pak Mat cuma nak rasa burit Ani je,” jawab Pak Mat.
“Saya dah bagi satu badan ni kat Pak Mat, Pak Mat pun kena bagi satu badan juga,” ujar ku lagi.
“Baiklah sayang, bukan apa sebenar Pak Mat segan maklum lah orang tua,” jawab Pak Mat merendah diri.
“Saya tak kisah Pak Mat janji saya dapat rasakan tubuh Pak Mat bersatu dengan tubuh saya,” jawab ku sambil mengerang bila terasa Pak Mat mula mengesel-gesel kepala zakarnya pada lurah faraj ku yang sudah licin dengan air berahi ku itu.
“Pak Mat masuk kan ye,” ujar Pak Mat lagi.
“Silakan lah, tapi pelan-pelan ye Pak Mat,” ujar ku lagi.
Aku mengerang bila bibir faraj ku mula terbuka untuk menerima kemasukan batang zakar Pak Mat ke dalam nya. Pak Mat mengeluh kesedapan, setelah separuh zakar nya memasuki faraj ku, ditariknya keluar dan menekannya masuk kembali kali ini dengan lebih dalam sehingga hampir keseluruhan kepanjangan batang Pak Mat tenggelam di dalam rongga faraj ku. Aku sedikit menjerit menehan kesenakan kerana ini lah kali pertama rongga faraj ku diteroka sedalam-dalamnya sehingga menyentuh pintu rahim ku.
Pak Mat membiarkan batang zakar nya terendam didasar faraj ku, aku yang kegelian dan kesenakan itu lantas mengemut dan mencengkam kemas batang zakar Pak Mat itu sehingga tubuh ku terasa kejang dan mengeluarkan air mani ku untuk klimak ku yang pertama. Pak Mat membiarku ku mencapai kepuasan batin ku, selepas itu Pak mula menggoyang-goyangkan punggung nya dan memusing-musing zakar nya yang masih terendam rapat dalam faraj ku.
Geselan kepala zakar nya yang menyentuh batu merinyam ku dan bulu-bulu di pangkal zakar nya yang lebat itu mengosok-gosok kelentit menyebabkan aku kembali terangsang. Apatah ketika itu Pak Mat giat meramas dan mehisap puting buah dada ku. Penat klimak yang pertama belum hilang kini aku kembali terpancut untuk klimak ku yang kedua. Aku rasakan rongga faraj kini bagaikan telaga yang selepas hujan dilimpahi oleh air berahi ku. Tubuh ku menjadi lemah lesu, tapi aku gagah kan juga untuk menahan asakan zakar Pak Mat yang mula menghenjut faraj ku dengan rentak perlahan tapi padu. Zakar nya sentiasa menyentuh pintu rahim dan batu merinyam ku setiap kali ditusuk hingga kedasar rongga faraj ku.
Gaya Pak Mat yangtidak memaksa pinggangnya membolehkan dia menhenjut faraj ku dalam tempoh yang agak lama. Tubuh ku sudah basah bermandi peluh begitu juga dengan Pak Mat, namun begitu zakar nya masih gagah menikam faraj ku. Aku telah pun klimak untuk kali ke tiga ketika Pak Mat rancak menghenjut faraj ku.
Kini segala sendi ku terasa lenguh, nak gerak kan kaki pun aku rasa tak mampu. walau pun sudah klimak tiga kali, kesedapan dan kegelian masih terasa pada faraj ku setiap kali zakar Pak Mat keluar masuk dari rongga faraj ku.
Ini tak boleh jadi fikir ku, aku sebenar nya sudah tak larat lagi dah nak mengangkang untuk Pak Mat, aku mesti melakukan sesuatu untuk mempercepat Pak Mat untuk mencapai kepuasan nya.
Dengan sisa tenaga yang ada aku membalas asakan Pak Mat dengan memeluk kemas tubuh nya dan mula meromeng leher dan tengkuk nya, manakala kaki aku silangkan pada pinggang nya menyebabkan zakar nya tertanam rapat di dalam rongga faraj ku. Aku menahan kegelian dan kesenakan akibat tekanan kepala zakarnya yang rapat pada pintu rahim ku, dengan sekuat hati aku mengemut-ngemut otot faraj ku untuk mencengkam batang zakar Pak Mat. Teknik yang aku pelajari dari buku yang dikenali sebagai kemutan anjing aku gunakan pada Pak Mat.
Pak mula mendesis kesedapan dan memuji-muji diriku, ketika itu juga aku mula merasa kepala zakar nya mula bedenyut-denyut dan mengembang-ngembang, di saat itu juga aku terangsang tahap maksimum. Aku mengerang kuat ketika Pak Mat melepaskan berdas-das pancutan air mani nya yang menghangatkan rahim ku, terkejut dengan kehangatan tersebut, aku juga melepas kan air mani ku untuk klimak yang keempat, aku terdampar kepenatan dan kelesuan terasa gelap dunia ku seketika, namun begitu aku masih lagi dapat merasakan zakar Pak Mat yang masih berterusan memuntahkan air maninya yang sehinggalah ke titisan yang terakhir yang memenuhi setiap rongga faraj ku. Hampir dua minit zakar Pak Mat memuntah kesemua air mani nya yang tersimpan begitu lama kedalam rongga faraj ku.
Selepas itu Pak Mat terdampar kelesuan di atas tubuh ku. Punggung dan cadar katil lencun dengan cairan mani yang mengalir keluar dari faraj ku. Aku minta Pak Mat bangkit dan mencabut zakar nya yang masih terendam dalam faraj ku, kerana aku ingin ke bilik air dan menukar cadar yang lencun itu.
Aku membuka lampu bilik dan agak terperanjat melihat kepanjangan zakar Pak Mat yang masih separuh tegang itu. Pada perkiraan ku hampir 9” iaitu hampir dua kali ganda kepanjangan zakar suami ku, patutlah aku kesenakan dikerjakan nya.
Pak Mat mengucapkan berbanyak-banyak terima kasih kepada ku dan memuji-muji layan aku tersebut serta tidak tahu nak membalas jasa ku tersebut. Aku hanya tersenyum, “Pak Mat pun apa kurang nya mengalahkan suami saya,” balas ku.
“Kita habis kan kat sini je lah Pak Mat, lepas ni anggaplah tiada apa yang berlaku di antara kita,” tambah ku lagi.
“Ye lah Ani… Pak Mat pun harap macam tu, tapi kalau Pak Mat teringin nak rasa lagi, boleh ke,” tanya Pak Mat bergurau.
Aku tergelak, “cukuplah dengan apa yang Pak Mat dapat tu, lepas ni kalau teringin nak lagi, cepat-cepat lah Pak Mat kahwin dengan kak Leha tu,” ujar ku lagi.
“Ye la Ani, selepas ni apa nak jadi pun jadi lah Pak tetap berkahwin dengan Leha tu, memang nikmat dan sedap lah kalau dapat bersetubuh dengan perempuan ni,” ujar Pak Mat sambil berlalu dari bilik ku.
2K notes
·
View notes
Text
Nikmatnya Sekolah part4
-kelas-
"ok class, today kita akan pergi gym. So prepare your pakaian untuk masuk ke gym". "Baik cikgu Azira!". Kitorang menukar pakaian di changing room. Sampai di gym mataku terpaku dekat Qistina dengan baju yang ketat. Keras batang aku. Qistina memanggil aku untuk menolongnya menggunakan chest pressure machine. Qistina duduk di kerusi manakala aku berdiri didepannya. Dari atas aku memandang depat ke dada qistina yang bertetsan peluh mengalir membuatkan nafsuku membuak. Tetiba qistina tergelak. "Awak nak saya blowjob awak kat sini ke?" Aku terkejut batangku memacak tegak betul-betul kearah mulut qistina. Tetiba aku rasa kepala batangku ngilu. Qistina mula mencium dan menjilat kepala batangku dengan penuh soft beralaskan seluarku.
Aku rasa macam nak terpancut tetiba "ok class bunyi loceng nanti makesure kemas semua peralatan and balik kelas ok, cikgu ada meeting mengejut" tanpa fikir panjang aku locotkan sedikit seluar terus jolok dalam mulut qistina dan pancutkan air mani yang aku tahan dekat 20-25 minit. Qistina terkejut menerima deepthroat. Dia menelan semua air maniku "actually ni first time orang pancut dalam mulut saya". Aku berasa bangga sebab kitorang berjaya melakukannya tanpa sesiapa yang perasan. "Next time buat saya pancut pulak ok" sambil membersihkan batangku yang masih tersisa air mani.
-kelas-
"yeah petang ni ada koko minggu kelab persatuan". Suara Erissa tu cukup membingitkan kelas. Aku hampir seminggu kat sini tapi aku still tak tau aku koko kelab apa. Aku pon keluarkan borang maklumat sekolah aku. Aku masuk kelab modelling and photography. "Kau pon kelab modelling and photography juga ke?" Aku terkejut sebab suara tu suara Mia and why aku kena sekali dengan dia? Just ignore it.
-Bilik Photography-
"ok guys, for this year I'm you'll photography teacher. So saya rasa ramai pelajar baru join kelab ni. My name is Sophia just call me Ms Sophie".
Aku tengok Ms Sophie mengancam betul. Tak pasal-pasal memacak je batang aku sepanjang koko. "i interested with you, shouldn't you introduce yourself?" "Me? arrr... My name is Zul, i'm new here. Nice to meet you guys". " You tahu basic about photography?" "Not yet, but saya boleh tunjuk hasil kerja photoshoot saya kat sekolah kama" "wow great, awak boleh jadi photographer but for today kita just buat sesi perkenalan sahaja. Anything boleh minta tolong senior f5 ajar". "okay Ms". " Hai zul, we meet again" ternyata bella pon kelab sama dengan aku. "Jom tolong i kemas changing room. U masuk bilik tu ambil barang bagi kat i".
Aku masuk bilik tersebut lalu aku ternampak sesuatu keindahan yang tak semua orang nampak. Ada senior aku berbikini. "Have a nice moment" bella tergelak dan tutup pintu lalu kunci membiarkan aku dan senior tersebut. "I know batang u boleh buatkan member i gila and senak, so let me try yours. Btw my name is Eyka". "Arrr so i nak kena buat apa ni?" "Let's play in one round or two round" aku senyum sinis and bisik kepadanya "lima round pon i boleh, jangan menyesal".
Aku buka baju and start with small game which is foreplay and my favourite is 69 position. Aku dukung Eyka atas meja makeup and mula menjolok eyka in counter tap position. Eyka ni nampak je macam keding tapi memang sedap body dia. Pantat dia yang ketat cukup membuatkan batangku menjadi rakus untuk jolok sampai dia senak. Seluruh batangku berjaya sampai kedalam pantatnya sehingga dia menjerit. Aku teruskan menjolok dengan rakus sehingga Eyka telah mencapai klimaksnya yang pertama. Aku mengangkat eyka dan menjoloknya lagi dalam position sexy tree huggers. Position ni akan membuatkan batang aku cukup dalam menjolok pantatnya. Aku dapat lihat Eyka cukup ghairah hingga tak nampak mata hitamnya. Itu membuatkan aku jadi makin rakus. Aku peluk pinggangnya dan joloknya makin laju membuatkan dia tidak keruan. Berkali-kali eyka klimaks sehingga terkencing. Eyka terkulai layu kepenatan. Aku nak teruskan untuk third round but kesian tengok eyka kepenatan. Aku terus habiskan dan pancut di perutnya. Nampak kesan lebam di cipapnya mungkin sebab aku jolok dengan kuat. Aku kemaskan diri dan check jam. Aku terkejut sudah pukul 5.30 bermakna aku dah berperang dekat satu jam setengah dalam bilik tu. Aku membuka pintu dan ternyata bella tertido diluar pintu. Agaknya bosan menunggu aku lama kat dalam. Aku sempat ramas tetek dan pantatnya. 'nasib baik semua dah gerak, kalau tak kantoi aku'.
Comment for part5 and give your feedback
2K notes
·
View notes
Text
Selera Seks Budak Orang Kampung
Sejak aku ditukarkan ke sekolah di sebuah kampong yang terletak di pedalaman semenanjung, hidup ku semakin berubah hari demi hari. Aku merupakan seorang guru matematik yang baru keluar dari maktab. Sememangnya aku adalah lelaki yang perwatakan menarik, sederhana dan mudah menghormati orang-orang kampong. Maka tidak hairanlah boleh dikatakan semua orang kampong cukup suka kepada ku.
Kampung yang terletak jauh dari bandar dan boleh dikatakan agak ceruk juga di tempati lebih kurang 100 keluarga. Kedudukan antara rumah adalah jauh dan dipisahkan oleh kebun getah. Manakala jalan penghubung hanyalah jalan tar kecil yang hanya muat-muat untuk sebuah kenderaan sahaja. Manakala sekolah tempat aku mengajar pula menjadi tempat pelajar-pelajar dari kampung ini dan juga lagi dua buah kampung bersebelahan menuntut ilmu. Begitulah sedikit penerangan tentang kampung yang ku diami sekarang.
Aku tinggal di sebuah rumah kampung yang disewakan oleh salah seorang penduduk kampung yang berhijrah ke Bandar. Kuarters guru-guru tidak dapat menampung lagi jumlah guru-guru kerana projek pembinaan kuarters yang lebih besar masih dalam pembinaan. Walau pun rumah yang aku sewa tidak secantik mana, hanya rumah kampung beratapkan asbestos dan berdindingkan papan. Namun aku selesa mendiaminya meskipun seorang diri.
Seperti yang telah aku sebutkan sebelum ini tentang perwatakan aku dan juga hubungan ku yang baik dengan orang kampung, maka ramai orang kampung yang datang meminta berbagai bantuan dengan menjadikan aku sumber rujukan mereka dalam berbagai hal. Kelebihan aku yang mahir dalam komputer memberikan mereka semua peluang untuk merujuk aku dalam berbagai masalah komputer dan sekali gus mengajar anak-anak mereka supaya pandai mengendalikan komputer.
Selama bertahun aku menetap di kampung tersebut, selera nafsu ku juga semakin berubah. Minat ku kepada isteri-isteri orang yang matang dan montok semakin meluap-luap. Kebanyakkan suri rumah yang menetap di kampung tersebut memiliki tubuh yang montok. Maka sudah tentu masing-masing memiliki struktur tubuh yang gebu seperti tetek yang besar, malah ada yang melayut, perut yang gebu, peha yang montok serta bontot yang bulat dan besar. Tidak ketinggalan juga ramai antaranya yang kelihatan tonggek. Sudah tentu saban hari aku menelan air liur melihat punggung mereka yang bulat itu melenggok-lenggok dan bergegar di dalam kain batik sewaktu ke kedai atau ke rumah ku bagi bertanyakan berbagai pandangan berkaitan ilmiah dan kehidupan. Memang malu dan sukar untuk aku katakan, namun hakikat sebenarnya adalah aku sudah pun menikmati beberapa isteri orang sepanjang aku mengajar di sini.
Semuanya bermula dari keberanian ku mengorat kak Timah, isteri abang Azhar. Kak Timah datang ke rumah ku pada petang minggu itu bagi bertanyakan kepada ku cara untuk menutup akaun arwah emaknya yang meninggal dunia bertahun dahulu. Sepanjang kak Timah berbual di ruang tamu rumah, mata ku seakan sukar untuk melepaskan dari menatap wajahnya yang bagi ku sungguh menawan meski pun usianya ketika itu sudah hampir mencecah 45 tahun. Teteknya yang kelihatan sedikit melayut di dalam baju kurung kedahnya nampak seperti sedap untuk di hisap. Pehanya yang montok itu kelihatan montok dan sungguh menggoda di dalam kain batiknya yang lusuh. Sepanjang aku berbual dengannya, tidak habis-habis aku membayangkan alangkah nikmatnya jika peha montok itu mengangkang untuk ku sumbat batang ku di celah nonoknya. Sepanjang kami berbual, sempat juga aku selitkan sedikit unsur-unsur lucah.
Ternyata kak Timah juga suka, malah dia juga turut memberi respon dengan kata-kata lucah walau pun dalam bentuk sindiran. Kemudian kak Timah meminta diri untuk pulang dan sebaik dia berdiri dari sofa rotan ku, mata ku segera mencari bontotnya. Berkali-kali aku menelan air liur melihat bontotnya yang berkain batik lusuh itu. Dah lah bontot besar, lebar pulak tu. Bila berjalan ke pintu bontotnya melenggok dan bergegar. Aku yang geram pun dengan selambanya menampar bontotnya sampai dapat ku lihat ianya bergegar. Kak Timah tak marah pun, dia sekadar menjeling dan senyum. Paling mengejutkan adalah dia mengatakan adakah aku gatal dan aku menjawab sememangnya aku gatal melihat bontot yang cantik miliknya itu.
Kak Timah berhenti di muka pintu dan dengan membelakangi ku dia melentikkan bontotnya. Terbeliak mata ku melihat bontotnya yang lebar itu kelihatan semacam makin sendat dalam kain batik lusuh itu. Aku tepuk bontotnya sekali lagi dan dia nampaknya membiarkan. Melihatkan kak Timah seakan menyukai dengan perbuatan nakal ku, aku memberanikan diri meraba bontotnya yang nyata tidak memakai seluar dalam.
Aku tunduk menciumi bontotnya dan kak Timah menonggekkan bontotnya. Aku semakin stim dan aku tarik tangan kak Timah kembali ke ruang tamu. Aku minta kak Timah berdiri berpaut pada dinding dan aku pun kembali mencium dan menghidu bontotnya yang besar lebar itu sepuas hati ku. Menonggek kak Timah berdiri membiarkan bontot lebarnya aku cium dan ku puja dengan bernafsu. Aku menyangkung di belakang kak Timah. Batang aku yang keras dalam seluar aku rocoh-rocoh. Sememangnya aku mengidamkan bontot perempuan yang lebar dan bulat seperti milik kak Timah itu. Kak Timah aku lihat menoleh kepada ku dengan tudung yang masih di kepalanya. Dia senyum melihat aku menggomol bontotnya.
Aku berdiri pula dan aku rapatkan batang aku di bontot kak Timah yang bulat. Sungguh sedap dan lembut rasanya. Tangan ku meraba-raba bontot kak Timah. Daging empuknya yang lebar dan berlemak aku ramas penuh nafsu. Kak Timah melentikkan tubuhnya. Dia seperti menyerahkan seluruh bontotnya yang berkain batik lusuh kepada ku. Aku memang bernafsu betul ketika itu. Bontot bini orang kampung yang besar dan montok itu membuatkan aku sungguh tak tahan.
Aku keluarkan batang aku dan aku lancap di belakang kak Timah. Sambil melancap aku tengok bontot kak Timah. Aku ramas bontot empuknya. Kak Timah menoleh lagi dan dia tersenyum lebar melihatkan aku melancap di bontotnya. Kak Timah menarik batang ku rapat ke daging empuk bontotnya. Kain batik lusuhnya aku rasa sungguh lembut dan licin disentuh batang ku. Aku menghimpit batang ku ke bontot empuknya.
Aku cium kepala kak Timah yang bertudung itu. Aku hembuskan nafas berahi ku di telinganya. Tubuh gebu bini orang itu seakan menggeliat hingga bontot montoknya rapat menyentuh batang ku yang keras. Aku gila betul kepada bontotnya. Kak Timah rapatkan batang ku di celah bontotnya. Sekali lagi aku merasakan bontot empuknya yang sedap di dalam kain batik lusuh yang lembut itu menghimpit batang ku. Tubuh kak Timah turun naik membuatkan bontot empuknya turun naik menghimpit batang ku. Sedap sungguh rasanya ketika itu.
Kak Timah pun melentik-lentikkan bontotnya seakan mahu melanyak batang ku di bontotnya. Memang betul-betul nikmat aku dilancap bontot kak Timah. Batang ku menempel di bontot kak Timah menikmati lenggokkan daging empuknya yang berlemak. Aku semakin tak tahan lagi. Kanan kiri pinggul berlemak kak Timah aku ramas-ramas. Aku tarik pinggul empuknya hingga bontotnya rapat menghenyak batang ku. Aku tekan batang ku dan ku sorong tarik batang ku di atas bontot lebar yang empuk milik bini orang kampung itu. Aku stim teramat sangat melihat bontot besar yang berkain batik. Aku tak tahan. Akhirnya air mani ku terpancut-pancut keluar. Bontot kak Timah yang berkain batik lusuh dihujani pancutan demi pancutan air mani.
Kak Timah menoleh dan melihat muka ku yang nyata sedang dilanda keghairahan melepaskan air mani di atas bontotnya. Kak Timah melentikkan bontotnya seakan meminta ku melepaskan air mani ku sepuasnya. Dia hanya tersenyum membiarkan bontot lebar yang besar itu di limpahi air mani lelaki yang bukan suaminya.
Aku peluk kak Timah. Tubuh montok yang berlemak itu aku peluk dalam keberahian melepaskan air mani yang membasahi kain batik lusuh di bontotnya. Tetek kak Timah aku ramas geram bersama geramnya aku menekan batang ku yang sedang memancutkan air mani di bontot kak Timah.
Kak Timah pun pulang ke rumah bersama air mani ku yang masih membasahi kain batiknya. Malah, dia membiarkan cairan kental keputihan itu meleleh di bontotnya. Aku berdiri di pintu memerhatikan bontot besarnya yang melenggok dan bergegar di dalam kain batik yang basah dengan air mani ku.
Perbuatan ku bersama kak Timah tidak berakhir di situ. Sekali-sekala, kak Timah datang ke rumah ku dan kami akan bermesra-mesra hingga air mani ku membasahi kain batiknya. Kadang kala aku tidak melancap di bontotnya, tetapi kak Timah melancapkan batang ku dengan menggoncangkan batang ku menggunakan tangannya yang dibaluti kain batik lusuhnya yang lembut. Namun, lumrah manusia, diberi betis nak peha. Akhirnya kak Timah berzina juga dengan ku.
Persetubuhan yang kami lakukan memang sungguh menikmatkan. Dapat juga aku merasa tubuh montok bini orang kampung yang berbontot besar dan montok itu. Walau pun kami tidak pernah bersetubuh telanjang, hanya dengan menyelak baju dan kain batiknya sahaja sudah cukup membuatkan persetubuhan kami hangat. Kak Timah tahu aku meminatinya kerana bontotnya. Akhirnya dapat juga ku nikmati dubur kak Timah dan membenihkan lubang najisnya yang empuk berlemak itu. Pertama kali aku melakukannya, air mani ku keluar tidak sampai seminit. Ianya gara-gara terlalu ghairah kerana mendapat apa yang selama ini aku idamkan. Setakat air mani ku memenuhi lubang nonoknya sudah menjadi perkara biasa. Malah, seorang bayi turut terhasil dari perbuatan sumbang kami berdua.
Kak Timah yang sentiasa sudi melayan nafsu ku dan curang kepada suaminya semakin hangat di atas ranjang. Dia semakin bijak mengetahui apakah keinginan ku dalam permainan nafsu. Bontotnya yang aku idam-idamkan dan selalu ku puji dan stim kepadanya menjadi medan persetubuhan yang paling kerap aku nikmati. Malah sekiranya masa tidak mengizinkan atau kami kesuntukan masa, tetapi tetap inginkan persetubuhan, kak Timah tahu bagaimana hendak melakukannya.
Dia akan hisap batang ku dulu dan kemudian dia akan menonggeng di mana-mana saja yang sempat dan tersembunyi, selak kain batiknya dan aku pun jolok duburnya. Pernah kami melakukannya di majlis gotong royong di balairaya. Kami sempat melencong di dalam kebun pisang. Pokok pisang kebun Haji Jamil menjadi tempat kak Timah berpaut sementara aku menikmati lubang bontot lebarnya yang sedap dan berlemak itu. Bergegar lemak-lemak yang melebarkan dan membesarkan bontot bini orang tu. Memang sedap. Tak hairanlah setiap kali main bontot memang tak pernah pancut luar. Sedap sangat lepas dalam.
Selain kak Timah aku juga dah merasa tubuh montok dan gebu milik kak Esah. Bini orang yang selalu gersang itu aku nikmati tubuhnya sewaktu aku dalam perjalanan ke rumah ketua kampung melalui jalan pintas yang melalui kebun-kebun. Kak Esah kira sudah berumur juga. Di dalam lingkungan 50-an. Anak-anaknya juga sudah besar-besar dan ada yang lebih tua dari ku. Suami kak Esah terperap di rumah lantaran sakit angin ahmar. Jadi hanya kak Esah dan anak-anaknya yang mencari rezeki dengan membuka kedai makan di tepi jalan besar yang dibuka setiap malam hingga awal pagi.
Biar aku cerita macam mana tubuh gempal kak Esah yang montok tu aku nikmati. Sewaktu aku melalui denai yang merupakan salah satu jalan pintas, aku terserempak dengan kak Esah yang juga sedang melalui jalan yang sama dan juga hendak pergi ke rumah ketua kampung. Jadi kita orang pun berjalan bersama-sama perlahan-lahan sambil berborak-borak. Sewaktu tiba di denai yang kecil, aku biarkan kak Esah jalan dahulu di depan sementara aku mengikutnya di belakang. Semasa tu lah aku tengok bontot kak Esah yang berkain batik tu nampak licin tanpa seluar dalam.
Bontotnya yang besar dan nyata sungguh berlemak lebar itu membuatkan aku geram. Melenggok-lenggok bersama pehanya yang besar. Sambil aku mengikutnya aku merocoh batang aku yang keras dalam seluar sambil mata aku tak henti menontot lenggokan bontot kak Esah. Kak Esah cakap apa pun aku tak perasan sampaikan dia menoleh ke belakang tengok aku sebab aku tak ambil endah apa yang dia katakan. Aku sedar kak Esah menoleh kepada aku yang sedang khusyuk pegang batang dan tengok bontot dia. Aku tengok muka kak Esah, dia senyum je kat aku. Lepas tu aku pun senyum balik kat dia dan akhirnya kita orang pun tiba kat rumah ketua kampung.
Selepas selesai urusan, aku dan kak Esah berjalan balik ke rumah bersama-sama. Kemudian kak Esah tanya aku satu soalan killer. Dia tanya kenapa masa dalam perjalanan pergi tadi dia nampak aku pegang batang aku sambil tengok bontot dia. Aku pun dengan selamba je bagi tau yang aku stim sangat kat bontot dia yang besar tu dan melenggok-lenggok dalam kain batik tu. Kak Esah senyum je dan dia pun kata patutlah masa kat rumah ketua kampung mata aku asyik tengok peha dia je. Memang betul pun, masa aku kat rumah ketua kampung, kak Esah duduk depan aku. Mata aku asyik memandang pehanya yang gebu dan lebar dalam kain batik tu. Aku berkali-kali menelan air liur dan bayangkan betapa bestnya kalau peha besar tu terkangkang menerima rodokan batang aku di cipapnya.
Masa ketua kampung pergi ambilkan borang asrama untuk anak kak Esah, aku lagilah tak boleh tahan sebab kak Esah duduk silangkan kakinya. Jadi pehanya nampak lagi sendat dalam kain batik tu. Aku tau kak Esah tengok aku, jadi dengan selamba aku raba-raba batang aku yang keras dalam seluar.
Lepas dah melalui denai kecil, aku pun berjalan beriringan dengan kak Esah. Aku tengok depan belakang kiri kanan. Line clear. Aku pun mula cucuk jarum. Aku raba bontot kak Esah. Rasa lembut je bontot lebar dia yang berlemak tu. Dari tepi aku nampak bontot dia menonggek pulak. Makin stim pulak aku. Kak Esah biarkan je. Dia senyum je. Aku yang tau dia ni mesti boleh makan punya pun tarik tangan dia masuk kat belukar tepi denai tu. Kak Esah biar je aku tarik dia sampai agak dalam sikit dari denai tu, aku pun sandarkan kak Esah kat sepohon pokok yang redup. Aku peluk kak Esah dan kucup bibir bini orang yang berumur dan montok tu. Kak Esah nampaknya membalas. Memang dia pun suka kat aku rupanya.
Kami berdiri berpelukan dan berciuman. Tubuh montok kak Esah yang bertudung, berbaju kemeja singkat dan berkain batik itu aku peluk semahunya. Seluruh pelusuk tubuh bini orang yang berlemak itu aku raba dan ramas sesedapnya. Batang aku yang makin stim dalam seluar kak Esah pegang. Dia buka seluar aku dan dia pegang serta mula melancapkan batang aku sampai aku jadi makin stim yang teramat sangat. Aku minta kak Esak hisap batang aku. Kak Esah pun menyangkung dan menghisap batang aku keluar masuk mulutnya. Aku tengok kepala kak Esah yang bertudung tu bergerak depan belakang hisap batang anak muda yang berpuluh tahun muda darinya. Bontot kak Esah yang lebar tu nampak sendat dalam kain batiknya masa dia menyangkung macam tu. Aku paut kepala kak Esah dan aku jolok mulut kak laju-laju. Kak Esah biarkan aku rodok kepala dia yang bertudung tu.
Selepas itu, aku minta kak Esah duduk atas rumput yang bersih dan kering. Kak Esah macam faham apa yang aku nak buat. Dia pun mengangkang dan menunggu aku membuka kain batiknya. Aku usap peha kak Esah dan aku selak kain batiknya. Cipap kak Esah yang kehitaman tu aku nampak dah berkilat dengan lendir. Nampak sangat makcik kita sorang ni dah stim sangat. Aku pun apa lagi, terus terjun dalam lubang cipapnya yang dah longgar gila tu. Aku hayun sesedap rasa. Walau pun dah longgar sebab dah berderet budak yang dia beranakkan, tapi masih syok dengan kelembutan daging dalamnya dan licin dengan air cipapnya. Kena pulak tu kak Esah kemut memang sedap. Rasa macam ada mulut satu lagi tengah hisap batang aku kat bawah. Lazat, memang lazat.
Kak Esah terkangkang dengan kain batiknya yang terselak. Tudungnya yang semakin kusut menampakkan bahawa dia semakin hilang kawalan diri. Aku menjolok cipap longgar perempuan berumur yang bertubuh montok dan berlemak itu semahu-mahunya. Bunyi lucah dari cipapnya yang berlendir dengan air nafsu sungguh memberahikan. Tudung kak Esah sedikit kusut. Lemak yang membuncitkan perut kak Esah membuai-buai setiap kali aku menghenjut batang ku keluar masuk bagaikan belon yang berisi air. Nafsu ku semakin tidak keruan dan aku semakin seronok menyetubuhi wanita matang itu.
Kak Esah memeluk ku dan menarik tubuh ku rapat kepadanya. Dia berbisik bertanyakan adakah sedap menyontot tubuh gemuknya. Aku memberi respon dengan mengatakan ianya sungguh melazatkan. Kak Esah mendesah nikmat dan menyuarakan kesedapannya di jolok batang ku. Suara kak Esah semakin tersekat-sekat.
Kak Esah semakin kuat memeluk ku dan akhirnya tubuhnya terangkat-angkat membuatkan tubuh ku yang lebih slim darinya turut terangkat. Jelas dia sudah mencapai kepuasan batinnya. Bau peluh kak Esah semakin semerbak menusuk hidung ku. Aku bangun dari menindih tubuhnya. Aku minta kak Esah menonggeng di atas tanah yang beralaskan rumput. Kak Esah menonggeng dan aku lihat kain batik di bontotnya basah dengan air nafsunya. Aku selak kainnya dan aku ramas daging bontot kak Esah yang berlemak.
Aku sumbat batang ku ke dalam lubang cipap kak Esah. Aku celup batang aku sekali dua hingga ke pangkal dan aku keluarkan kembali. Aku ludah simpulan lubang dubur kak Esah yang berwarna gelap itu. Aku kuak belahan bontotnya yang berlemak itu bagi membolehkan air liur ku masuk ke dalam duburnya. Aku halakan kepala batang ku ke simpulan dubur empuk bini orang yang berumur itu dan aku tekan sedikit demi sedikit hingga tenggelam kepala batang ku.
Kak Esah merengek dan bertanya kepada ku adakah boleh melakukan persetubuhan melalui jalan najis itu. Aku memberitahunya bahawa sudah tentu boleh dan sememangnya aku bernafsu kepadanya gara-gara bontotnya. Kak Esah memberitahu ku bahawa dia tidak pernah di liwat dan agak takut untuk melakukannya. Aku memujuk kak Esah agar tenang dan biarkan aku saja yang bertungkus lumus. Aku minta kak Esah berikan saja duburnya untuk ku nikmati. Kak Esah agak gugup, namun dia membenarkan.
Aku tekan batang ku hingga seluruhnya masuk ke dalam dubur kak Esah. Melentik tubuh gebunya mungkin sebab pedih sebab pertama kali duburnya di liwat. Aku hayun batang aku di lubang najisnya yang sempit itu. Sungguh sedap rasanya meliwat dubur perempuan berumur yang berlemak itu. Kain batik kak Esah aku selak lagi hingga seluruh bontotnya yang putih dan lebar itu menampakkan gegarannya. Bagaikan belon berisi air, bontot berlemak kak Esah berayun ketika aku menghayun batang ku. Setiap kali batang ku menujah dubur empuk berselulit perempuan kampung itu, semakin sedap ku rasa. Aku menghayun bagai nak gila.
Kak Esah merengek tak henti-henti. Melentik bontot kak Esah dijolok batang aku. Aku hilang kawalan. Bontot berlemak yang lebar itu semakin membuatkan aku ghairah. Aku jolok bontot tonggek bini orang itu semakin laju. Kak Esah mengerang semakin kuat. Akhirnya aku benamkan batang ku dalam-dalam dan ku lepaskan air mani yang berkhasiat dan subur ke dalam dubur kak Esah. Kak Esah merengek sewaktu dia merasakan air mani terpancut-pancut dari batang ku yang tersumbat sedalam-dalamnya di dalam duburnya. Aku perah seluruh air mani ku agar keluar memenuhi lubang bontot bini orang yang kegersangan itu.
Selepas puas memenuhkan lubang bontotnya, aku tarik batang ku keluar. Serentak itu, tanpa aku duga kak Esah mengeluarkan gas aslinya dari lubang bontotnya yang ternganga. Berkali-kali kak Esah terkentut-kentut hingga anginnya dapat ku rasa kuat menghembus batang ku yang sudah terkeluar dari duburnya. Kemudian mengalirlah benih ku keluar dari duburnya setelah ianya sesat tidak menjumpai lubuk peranakan yang boleh dibuntingkannya, sebaliknya hanya najis-najis yang bakal diberakkan sahaja yang dijumpainya. Kak Esah tersipu-sipu malu. Dia berdiri dan membetulkan tudung serta kain batiknya. Ketika itu kak Esah memanggilku dan mengangkat kainnya. Kak Esah menunjukkan sesuatu kepada ku. Dari kainnya yang diangkat, aku lihat air mani ku mengalir turun dari duburnya ke peha dan betisnya. Kak Esah kata air mani ku banyak dan dia kata aku seakan-akan kencing di dalam duburnya.
Dengan kepedihan, kak Esah berjalan semacam terkangkang pulang ke rumahnya. Sewaktu kami berpisah mengikut haluan masing-masing, aku terdengar bunyi air mani ku tercirit-cirit dari lubang bontotnya. Kak Esah ketawa kecil sambil berlalu dari situ. Aku melihat kain batik kak Esah basah dari bontot hingga ke bawah. Aku tersenyum sendiri. Tak sangka, sedap juga emak orang yang dah kira berumur tu. Paling kelakar adalah sempat juga dia kentut kepada ku. Memang aku tak dapat lupakan kak Esah. Setiap kali terkentut, tiap kali itulah aku akan teringat kepada kak Esah.
selepas affair dengan kak Esah, aku menjalinkan pula hubungan sulit dengan Kak Sue. Dia ni bini orang juga. Lakinya bekerja bawa lori di pekan dan balik 3 hari sekali. Anaknya pun dah besar-besar dan paling sulong sebaya aku dan masih belajar di unversiti. Aku mula main dengan kak Sue semasa kak Sue datang ke rumah aku minta tolong buatkan surat untuk urusan tanahnya. Aku pun sambil buat surat sambil cucuk jarum. Kak Sue ni orangnya biasa-biasa je, tak semontok kak Esah dan Kak Timah, gebu-gebu je lah. Tapi bontot dia membuatkan aku macam nak bawak dia lari dan kawin kat Siam. Dahlah lebar, tonggek pulak tu. Aku yang stim sangat kat dia pun selamba je bangun dari kerusi komputer. Dia punya terlopong tengok aku sampai lalat pun boleh masuk. Nak tahu kenapa. Sebab masa aku bangun tu batang aku tegak menongkat kain pelikat. Kak Sue senyum je kat aku. Aku pun senyum juga kat dia.
Lepas tu aku offer dia pegang batang aku. Kak Sue ni pun berani juga nak cuba. Dia pun pegang. Biasalah, alang-alang dah pegang, aku minta dia lancapkan sekali. Kak Sue pun lancapkan dan aku pun tanggalkan kain pelikat dan baju aku sampai aku telanjang depan kak Sue. Kak Sue pun hisap batang aku lepas aku minta dan seterusnya persetubuhan pun bermula. Aku main dengan kak Sue tak pernah ikut depan. Walau jolok cipap sekali pun, tak pernah ikut depan. Mesti menonggeng sebab aku syok gila dengan bontot dia yang lebar dan tonggek tu. Dah lah pinggang dia slim. Aku beruntung sebab kak Sue dah selalu kena liwat laki dia. Jadi tak ada masalah masa aku jolok bontot dia pertama kali. Memancut air mani aku dalam bontot dia. Kak Sue ni pun jenis suka pakai kain batik ke hulu hilir. Jadi memang senang sangat nak main dengan dia kat mana-mana pun.
Pernah sekali tu aku dah gian gila dengan bontot tonggek dia tu, aku main dengan dia kat belakang reban ayam rumah dia. Masa tu aku sengaja datang ke rumah dia. Tengok-tengok dia tengah berkemban sidai baju kat ampaian. Aku pun ngorat ajak main. Dia pun ok je. Tapi masa tu mak dia ada dalam rumah. Anak-anak dia pun ada juga. Jadi dia pun ajak aku pergi belakang rumah dan kat belakang reban pun jadi. Aku selak kain batik kemban dia dan jolok cipap dia dari belakang. Bila nak terpancut je, aku cabut batang aku dan aku jolok bontot dia. Aku rodok dubur tonggek kat Sue kuat-kuat sampai dia menjerit kecil. Lepas tu macam biasalah, aku kencingkan mani aku dalam bontot dia.
Tu je lah… sampai sekarang aku masih menikmati tubuh empuk mereka. Dari apa yang aku tahu, masing-masing kata puas main dengan lelaki muda. Sebab lelaki dah berumur ni dah tak pandang sangat perempuan montok-montok dan gebu-gebu macam mereka. Lelaki muda je yang boleh bagi mereka kepuasan batin walau pun lubang masing-masing dah longgar. Lebih-lebih lagi lubang bontot yang ada sebilangannya yang sebelum itu tak pernah kena liwat, akhirnya di liwat juga. Bagi mereka, walau pun tak sedap pada mulanya, tapi bila dah selalu kena, sedap gila rasanya hingga menimbulkan kerinduan dan ketagihan pada duburnya untuk diliwat. Malah, itu jugalah satu-satunya lubang yang masih sempit dan sedap ditubuh mereka yang boleh dinikmati dengan penuh nikmat untuk lelaki muda yang memberikan mereka kepuasan batin. Jadi tak hairanlah dia orang semua malas nak jaga badan. Lagi besar bontot dia orang lagi dia orang suka sebab dia orang tahu ada orang yang menghargai bontot besar mereka tu.
By_lanmaxtremesblog
454 notes
·
View notes
Text
Pensyarahku
kisah ni berlaku bulan 11 tahun lepas. masa tu umur aku 19 tahun. masa tu aku kene tahan ngan lecturer aku sebab aku x datang kelas die 2 bulan. masa tu da pukul 9 malam. aku kena tahan sampai pukul 12.
die pensyarah baru, dan x tau yang kolej aku akan ditutup pkul 10. aku pon diam la..ingat die ade kunci. masa tu da pkul 11 dan esok nya ahad. aku tanya die "puan ada kunci ke, sebab pkul 10 kolej ni tutup". die terkejut dan mula gelabah.
nampaknya terpaksa tunggu isnin. dia x bole buat ape. sebab die xde henset. dan kolej aku punya talipon da off. pkul 12, sedang aku buat denda yang dia bg, aku terbau sesuatu.
rupenye, die terberak dalam seluar dalam die. aku tanya "nape x g tandas" dia kata takut. aku temankan die ke tandas. aku semakin terangsang bile melihat dan membau tahi die.
aku minta untuk membersihkan untuk dia. dia xkisah dan aku mula meraba pepek die. die marah aku dan berkata, "itu pepek saya la. xkene tahi". aku tersenyum dan kami gelak sama2. aku semakin x tahan..aku menyuruh dia menonggeng. die enggan. mungkin die tau aku nk jilat tahi kat bontot die.
akhirnya die akur juga dan memuji keayuan bontot die. dia hanya tersenyum. aku membelai2 punggung dia. putih dan gebu. ku lihat pepek die mula berair. dengan nada manja, die menyuruh aku menjilat bontot die. aku menjilat.
terasa masin dan kelat tahi die. aku gagahi juga. menjilat dan menyedut. semasa menyedut sisa tahi dia dalam lubang bontot dia. dia kata nk terberak lagi. aku baring dan die mencangkung pada muka aku.
lubang bontot dia tepat kat mulut aku. aku mengurut punggungnya tanda aku da sedia. dia melepaskan squad tahinya yang petama dan penuh dalam mulut aku. aku menguyah dan menelan tahi dia dgn penuh nikmat. aku lihat pipinya merah tanda malu.
dia menghabiskan sisa najis nya yang terakhir. aku melayan dgn penuh nafsu.die menjilat sisa tahi die yang melekat kat tepi bibir aku. tp aku dgn segera mencium mulut dia dan merampas tahi yang di ambil. aku xnk kongsi tahi dia dgn sape2 walaupun dia.
sesudah itu, kami mandi kat tandas kolej. aku meminta dia baring dan aku mengangkang kan kaki dia, aku menjilat dgn penuh rasa hormat dan nikmat. dia hanya mengeluh nikmat sahaja. walaupon bau pepek dia agak busuk, tp bau itu membangkit kan nafsu aku.
dia yang x tahan dgn rangsangan yang aku beri, terus membaringkan aku dan merogol aku. aku membiarkan je, dekat 1 jam dia mengayak konyok aku. aku klimak 3 kali dan dia klimak dekat 18 kali.
kami tertidur, bangung pagi itu, aku di sajikan dgn tahi dan air kencing dia, dia tersipu2 malu. aku mengucapkan terima kasih dan makan perlahan2 tahi dia. agak sedap, die mengemas tmpat tido kami.
aku bernafsu tgk dia mengemas tanpa memakai baju. aku terus memeluk dari belakang dan terus masukkan konek aku dalam bontot dia. susah juga nk masuk sebab x penah di usik suami dia. akhirnya, dia menjerit bila konek aku masuk dalam bontot dia.
aku main bontot dia dekat 2 jam. macam2 gaya aku buat. sebab ketat aku terpancut 10 minit sekali. licin dan panas dalam bontot dia. bila aku cabut keluar konek aku, berlambak cecair aku kuar. malam tu dia period, aku main gak.
dia kata nk gak konek aku. aku pon main gak la. da orang bg kan. die kata, beruntung sangat sebab dapat lelaki bodoh macam aku yang makan tahi dan minum kencing die. aku senyum je.
mmg semua laki bodo. tp lagi bodo klo xpnah nk rasa tahi n air kencing bini/awek. rugi btul. syok tau. aku tau sebab aku da buat. sampai skang aku masih lagi makan tahi dia.
aku jugak ade simpan tahi die yang da kering. sebab sebelum tido, aku akan melancap sambil mencium tahi dia yang aku akan selit pada hidung aku.
Tamat...
315 notes
·
View notes
Text
Pahit dan manis pun harus sama-sama disesap, seperti dalam pesan ibu mengatakan—bahwa untuk sembuh dari kehidupan yang sakit adalah belajar menelan rasa pahit, dan untuk cinta kepada kehidupan yang harmonis adalah perbanyak menyesap rasa manis—
meski diriku dipenuhi dengan hari-hari melankolis, tetapi percakapan bersama perempuan yang selalu tersenyum manis, telah menjelma kisah-kisah teramat romantis—yang mana ketika aku datang membawa tulisan dan setangkai bunga, kamu tidak akan ragu untuk menerima tanpa memalingkan kedua mata.
22 notes
·
View notes
Text
Menyetubuhi Mama Sampai Terpancut Dalam Pantat
“Bobi. mari makan” ajak Halimah kepada Bobi di pintu bilik Bobi. Bobi yang sedang termenung di tebing katil seolah tidak menghiraukan mama nya. Fikirannya merasa bersalah dan malu atas apa yang telah berlaku petang tadi. Halimah sedar perubahan anaknya.
Dia terus duduk rapat di sebelah Bobi. Jari jemarinya kemas memegang telapak tangan Bobi. Di ramas lembut jari jemari Bobi. “mama. Bobi rasa bersalah sangat kat mama. Bobi minta maaf mama. ” kata Bobi sambil matanya masih terus menatap kosong ke lantai.
“Bobi. mama yang sepatutnya minta maaf. Bobi tak salah, kalau bukan mama yang mulakan, perkara ni takkan jadi. ” kata Halimah. Mereka terdiam seketika. Suasana sepi malam yang mula menjelma seolah memberikan ruang untuk dua beranak itu berbicara secara peribadi dari hati ke hati.
Halimah menarik tangan Bobi yang digenggamnya ke atas pehanya yang gebu. Jari jemari anaknya di ramas lembut, penuh kasih sayang dari seorang ibu kepada anak. “mama. Kenapa mama buat cam tu. m. boleh Bobi tahu?. ” Tanya Bobi sedikit gugup.
Halimah terdiam sejenak. Otaknya ligat mencari jawapan bagi soalan yang terlalu sensitif dari anaknya itu. Secara tak langsung, dia gugup hendak menjawabnya. Tangannya yang kemas memegang tangan anaknya di atas pehanya yang lembut itu semakin di tarik ke arah tundunnya.
Fikirannya bercelaru, buntu. “mama. kenapa mama. ” sekali lagi Bobi bertanyakan kepada Halimah. “Bobi. susah mama nak cakap. hal orang perempuan. nanti Bobi tahu la. ” kata Halimah ringkas dan dia terus berdiri lalu keluar dari bilik Bobi, meninggalkan anaknya diam sendirian.
Bobi keliru dengan jawapan mama nya. Akal mentahnya tidak berapa memahami objektif jawapan mama nya. Dia hanya mampu melihat mama nya berlalu keluar dari biliknya meninggalkannya sendiri bersama seribu satu persoalan di kepala.
bontot lebar mama nya yang tonggek itu kelihatan melenggok ketika melangkah keluar. Daging jubur nya yang bulat dan montok kelihatan membonjol di kain batik lusuh yang dipakai mama nya.
Bobi menelan air liur melihat harta berharga milik mama nya. Hatinya berdebar, perasaannya tiba-tiba bercelaru. Rasa kasihan dan sayang kepada mama nya yang sebelum ini terbit dari hatinya secara tiba-tiba di selinap masuk oleh perasaan nafsu yang terlalu malu bagi dirinya untuk memikirkan.
Bobi lantas bangun menuju ke dapur, terlihat mama nya sedang duduk mendagu di meja makan. Mata mama nya seolah merenung kosong hidangan makan malam yang telah disediakan di atas meja.
Perlahan-lahan Bobi menghampiri mama nya, di pegangnya kedua-dua bahu mama nya lembut. Bobi menunduk dan mulutnya menghampiri telinga mama nya. “mama. Bobi janji, Cuma kita berdua je yang tahu. mama janganlah risau. Bobi sayang mama. ” bisik Bobi di telinga maknya.
Halimah merasakan sejuk hatinya mendengar kata-kata Bobi yang lembut itu. Jari jemari Bobi yang sedang memegang bahunya terasa sungguh selesa. Haba dan hembusan nafas dari Bobi di telinganya membangkitkan bulu roma Halimah.
Perasaan berdebar-debar menyelinap ke dadanya bersama selautan rasa sayang yang tinggi menggunung kepada anak bujangnya itu. Halimah menoleh perlahan memandang wajah Bobi yang hampir rapat di pipinya.
Layanan dan sikap Bobi kepadanya seolah mengisi sedikit kekosongan batinnya yang merindukan belaian lelaki, iaitu suaminya. Wajah mereka saling berhadapan. Bobi mengukir senyuman yang ikhlas di bibirnya, begitu juga Halimah.
Pipi gebu Halimah di usap Bobi dengan lembut. Halimah memejamkan matanya. Bibirnya yang lembap dan comel terbuka sedikit. Bobi yang seperti di pukau dengan paluan gendang syaitan itu pun tanpa ragu-ragu membenamkan mulutnya mengucup bibir mama nya.
Mereka berkucupan, penuh kasih sayang. Perasaan yang sejak mulanya lambang kasih sayang antara ibu dan anak akhirnya bertukar menjadi perasaan kasih sayang yang berlambangkan seks yang saling memenuhi dan memerlukan.
Tangan Halimah perlahan-lahan mengusap rambut anak bujangnya yang sedang hangat mencumbui bibirnya. Bibir Halimah ligat meneroka mulut Bobi yang nampaknya masih tidak mahir dalam permainan manusia dewasa itu.
Nafas masing-masing saling bertukar silih berganti. Degupan jantung dua insan itu semakin kencang, seiring dengan deruan nafsu yang semakin bergelora. Halimah semakin lemah, dia terus memeluk tubuh Bobi.
Tertunduk Bobi di peluk mama nya, mulutnya masih mengucup bibir mama nya. Ghairah Bobi kembali bangkit, lebih-lebih lagi apabila bayangan mama nya menghisap kote nya di pagi dan petang hari itu silih berganti di kotak fikiran.
Bobi semakin berani memulakan langkah, tangannya yang tadi memegang bahu mama nya kini menjalar ke payudara mama nya yang masih berbalut t-shirt. Kekenyalan payudara mama nya yang tidak memakai coli itu dirasakan sungguh mengasyikkan.
Puting mama nya yang semakin keras dan menonjol di permukaan t-shirt digentel lembut berulang kali, Halimah semakin terangsang dengan tindakan anaknya itu. Ini mendorong Halimah untuk meraba dada anaknya yang bidang itu.
Tangannya kemudian turun ke pinggang anaknya dan seterusnya dia menangkap sesuatu yang keras dan membonjol menujah kain pelikat yang dipakai anaknya. konek Bobi yang semakin keras di dalam kain pelikat di genggam Halimah.
Cerita Sex Menyetubuhi Mama Sampai Terpancut Dalam Pantat
Di rocoh kote anaknya penuh nafsu. Perasaan penuh nafsu yang melanda Halimah mendorongnya untuk mengulangi sekali lagi perbuatannya seperti di waktu siang tadi. Halimah melepaskan kucupan di bibir anaknya.
Senyuman terukir di wajahnya, mempamerkan rasa keberahian yang tiada selindung lagi. Halimah melucutkan kain pelikat Bobi, maka luruhlah kain pelikat yang Bobi pakai ke lantai dan sekali gus mendedahkan kote nya yang sasa dan berotot itu tegak mengeras menghala muka mama nya.
Halimah tahu kehendak Bobi, malah, dia juga sebenarnya inginkannya juga. Perlahan-lahan Halimah membenamkan kote keras Bobi ke dalam mulutnya. Bobi memerhati perbuatan mama nya tanpa selindung lagi.
Sedikit demi sedikit kote nya di lihat tenggelam ke dalam mulut mama nya yang comel. Tahi lalat di dagu mama nya menambahkan lagi kecantikan mama nya yang sedang menghisap perlahan kote nya.
Halimah semakin galak menghisap kote anaknya. Perasaan keibuan yang sepatutnya dicurahkan kepada anaknya sama sekali hilang. Nafsu dan kerinduan batinnya menguasai akal dan fikiran membuatkannya hilang pertimbangan hingga tergamak bermain nafsu bersama anak kandungnya sendiri.
Halimah benar-benar tenggelam dalam arus gelora. konek anaknya yang di hisap dan keluar masuk mulutnya benar-benar memberikan sensasi kelazatan menikmati kote lelaki yang di rindui selalu. Setiap lengkuk kote anaknya di sedut dan dinikmati penuh perasaan.
Tangan kirinya mengusap-usap pantat nya dari luar kain batik. Sungguh bertuah dirinya dirasakan ketika itu, kedahagaan batin yang selama ini membelenggu jiwanya terasa seolah terbang jauh bersama angin.
Dirinya merasakan begitu dihargai. Jiwanya semakin tenteram dalam gelora nafsu. Bobi pula benar-benar menikmati betapa lazatnya merasakan kote nya di hisap oleh mama nya. Wajah mama nya yang sedang terpejam mata menikmati kote nya penuh nafsu itu memberikan satu kenikmatan yang sukar untuk di ucapkan.
Matanya tertancap kepada tangan mama nya yang sedang menggosok-gosok pantat. Kain batik yang dipakai mama nya kelihatan terperosok ke bawah kelengkang akibat kelakuan mama nya. Peha gebu mama nya yang kelihatan lembut dan menyelerakan membangkitkan selera Bobi.
Serta merta Bobi menarik kote nya keluar dari mulut mama nya. Bobi terus tunduk mengucup mama nya dan sekali gus dia memeluk tubuh mama nya...Halimah
24 notes
·
View notes
Text
GURU ZAMAN SEKARANG PT 2
Korang bayangkan, kalau dekat sekolah pun si guru dah berani nak menunggang anak murid, apa akan jadi kalau si laki dia tu dayus dan lembik.
Senang saja si guru nak bawak anak murid dia balik. Si guru boleh saja tipu dekat ibu bapa dengan alasan kelas tambahan dan bawak si anak murid balik untuk beberapa jam.
Yang bukak pintu dan jemput si guru dan anak murid adalah si suami. Si guru dengan selambanya membawa masuk si anak murid ke dalam rumah tanpa memikir perasaan si suami. Masuk-masuk rumah mulalah si guru dan si anak murid bercumbu di ruang tamu. Suami di depan mata hanya mampu melihat. Makin si suami tengok, makin si guru rancak bercumbu dengan anak murid.
Si guru mengarah suaminya membawa air kosong kepada anak muridnya. Arahan si guru diikut oleh si suami tanpa rungutan. Si guru memberi ubat biru kepada anak murid sambil menyuruhnya minum air yang dibawa suaminya.
Si guru kemudiannya menyuruh si suami dan si anak murid menanggalkan seluar masing-masing. Si guru mengejek menghina batang si suami yang berkali ganda kecil dari batang anak murid. Si guru menggelar suaminya sebagai lelaki mati pucuk. Si anak murid pulak tersenyum tersengih dipuji guru kegemarannya.
Si guru membawa si anak murid masuk ke biliknya, suami si guru mengikut mereka berdua bagaikan anak anjing kehilangan ibu. Si guru bercumbu dengan anak murid tanpa menghiraukan si suami di atas katil perkahwinan mereka. Bermacam-macam bunyi rengekan si guru keluarkan semasa menjilat, mencium, menggigit si anak murid. Batang si anak murid dikulum bersungguh-sungguh. Makin besar batang si anak murid, makin dalam kuluman si guru.
Tanpa membuang masa si guru mula menunggang batang si murid. Bergetar tetek si guru melonjat menunggang batang keras si anak murid. Rengekan keseronokan si guru bergema di seluruh bilik dan di telinga si suami yang memerhati mereka dalam kesedihan. Habis basah tilam akibat peluh si anak murid ditunggang gurunya.
Si anak murid memancut beberapa kali dalam masa beberapa jam, hasil daripada ubat biru yang ditelannya. Daripada posisi si guru menunggang anak murid, berubah ke posisi si anak murid menghenjut si guru dari belakang, hadapan dan dari tepi. Setiap pancutan anak murid memenuhi nafsu dan cipap si guru sehingga air mani si anak murid menitik keluar.
Selepas puas menerima sumbangan mani si anak murid, si guru menunjukkan sikap sadisnya terhadap suaminya. Si suami disuruh merangkak ke arah si guru yang bersedia di tandas. Si guru memaksa mengarah si suami membersihkan cipapnya sementara si anak murid berehat keletihan di atas katil. Walaupun hatinya remuk dan enggan, si suami mengikut arahan si guru, membersih dan menelan sebanyak mana air mani si murid yang si suami dapat. Sambil-sambil itu, si guru jugak puas melihat kehinaan suaminya dan puas dijilat cipapnya...
#hot malay#lucah melayu#malay hijab#malaygirl#melayu sedap#malaysia#melayuboleh#melayucantik#melayugersang#melayumantap#malay#pepekberair#tudung melayu#lancap#tudung hot#malaysg#minah melayu#burit melayu#melayu lancap#melayunakal#melayusundal#modal melayu#melayu hot#melayu tudung#modal lancap#tudung lancap#bahan lancap#tudung lucah#lucah#video lucah
1K notes
·
View notes
Text
aku dan biras pt 2
Pertamanya aku nak ucapkan terima kasih kepada semua yang telah menghantar e-mail kat aku, dan di atas permintaan mereka aku akan ceritakan sambungan kisah aku dan biras.
Selepas pertama kali aku fuck biras aku tu, hampir tiga minggu kalau tak silap aku, kami tak berhubungan. aku semacam naik sasau. yang paling aku risau ialah kalau-kalau aku mengigau dan tersebut nama Ita, tentu bini aku mengamuk dan potong konek aku. namun begitu, pada satu hari bini aku ajak aku pergi ke rumah mak dia pasal ada hal. Di situ aku tersentak sebab kebetulan terjumpa dengan Ita. Kami hanya tersenyum dan say hi ajelah. aku cuba juga nak cari kesempatan berjumpa Ita, tapi maklumlah orang ada. Tiba-tiba Mak mertua aku panggil bini aku dan laki dia untuk berbincang secara sulit kat dalam bilik (pasal hal keluarga dia oranglah). Aku tau aku mesti ambil peluang ini. Masa tu anak aku bermain-main kat ruang atas sementara anak dia masih terlalu kecil. Aku menghampiri Ita dan memegang bahunya, dia nampak gementar. (aku pun gementar juga). Tapi dia tak kata apa-apa.
Aku kata " I miss you Ita". Dan dengan perlahan dia jawab "I miss you too". Betapa leganya hatini. Tanganku semakin berani merayap ke bawah sampai ke pinggulnya. dia tersenyum. aku dah tak tahan, aku sentuh dagunya dan mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kami berkucupan erat dan berpelukan. Tanganku seperti biasa merayap ke teteknya.
Tiba-tiba dia menolak aku. Mungkin dia takut untuk berlaku sumbang di situ. Di waktu yang sama anak kecilnya menangis. Puas dipujuk, masih tak berhenti. Ita tau dia nak menyusu. Aku masih ingat peristiwa itu. Ita memandang tepat ke arah aku, sambil tangannya menyelak baju t-shirtnya seolah-olah dia mahu aku melihat dengan jelas. Bra putihnya diselak ke atas, menampakkan dengan jelas teteknya yang ranum. Nyata sekali dia mahu menunjukkan teteknya itu kepada aku bila dia sengaja mengambil masa untuk menyuapkan puting teteknya ke dalam mulut anaknya. Aku tersenyum gembira, dan Ita menyembutnya dengan senyuman juga.
Aku menghampiri Ita, dan tanganku meramas teteknya yang sebelah lagi. Ita kata "jangan bang, not here". Tapi aku degil, aku terus meramas, sambil aku tau Ita sukakannya. Aku kucup bibirnya lagi. Masa tu aku dah tak kisah apa. tanganku terus merayap kebawah baju dan branya, memainkankan putingnya. Tanpa berkata apa-apa aku dekatkan mulut aku ke tetek Ita untuk menghisap, Ita cuba membantah, tapi tak berupaya. Aku sempat menyonyot beberapa kali dan menelan susu Ita. Tiba-tiba anak aku memanggil aku minta aku tolong sesuatu. Pantas aku berhenti, membetulkan baju Ita dan pergi mendapatkan anak aku. Nasib aku memang baik, kerana diwaktu yang sama juga pintu bilik dibuka dan bini aku keluar. Selepas itu kami tidak berkesempatan lagi untuk mencuba di situ. sebelum balik, aku sempat membuat isyarat supaya Ita call aku esok.
Esok aku menerima panggilan Ita melalui handphone. Kami berbual panjang. Ita kata pada mulanya dia memang rasa amat bersalah, itu sebabnya dia tak call aku (aku memang tak ada nombor dia). Tapi bila dia fikirkan sikap laki dia, Ita rasa semakin rindu dan gian kat aku. Dipendekkan cerita kami merancang untuk berjumpa lagi di hotel beberapa hari kemudian.
Sehari sebelum hari yang dijanjikan, aku booked bilik hotel berhampiran, tapi aku tak tidur di situ. Sebabnya masa check-in hotel ialah selepas pukul 1.00 tgh dan check-out ialah sebelum jam 12.00 tgh esoknya. So check-in hari ini untuk digunakan esok paginya.
Hari tu aku bersiap seperti biasa untuk pergi kerja, cumanya aku cuti hari tu dan terus ke hotel (so bini aku tak suspect lah). Aku sampai di bilik hotel lebih kurang jam 8.00 pagi. Tak sabar betul rasanya nak jumpa Ita. Lebih kurang jam 8.30 pagi bilik aku di ketuk. Ita berjaya menyusup masuk ke hotel. Bila dia masuk aje, aku terus peluk dan kucup dia. Tapi Ita menolak, dia kata aku tak gantung kad 'do not disturb'. Alamak, apalagi cepat-cepatlah aku gantung. Bila aku toleh aku tengok Ita dah berdiri dekat katil. Dengan wajah menggoda dia menanggalkan butang baju blousenya satu persatu. Mula-mula bajunya, skirtnya, branya dan last sekali pantynya. Aku rasa macam tiga jam aku menunggu untuk dia telanjang. Aku masih dapat maintain aku punya coolness, walaupun konek aku tegang bagai nak tercabut. Ita berdiri dengan gaya manja menunggu aku berbogel. (oh ya masa tu aku cuma pakai robe, supaya senang). So tak ada masalah besar, aku cuma perlu tanggalkan ikatan, dan berbogellah aku dengan konek aku tepat menunjukkan diri kat Ita.
Selepas melakukan rutin biasa berpelukan, berciuman, raba meraba, hisap-menghisap, Ita berbisik "abang, boleh tak abang jilat? please" Masa tu aku tau pantat dia dah basah lenjun, tapi aku dah bersedia untuk itu, aku memang ada bawa "pussy licker" (Krim ni memang khas untuk disapukan kat pantat so kita boleh jilat tanpa merasa bau pantat, malah ia datang dengan pelbagai perisa. Krim ni aku beli masa aku kat German dulu.) - nota khas- kepada lelaki yang tak suka menjilat pantat, belilah krim ni, nescaya kau orang akan jadi penjilat pantat yang paling disayangi. So kalau kau orang pergi overseas, atau ada orang lain yang pergi carilah benda ni.
Lepas aku sapu, aku pun jilatlah pantat Ita, sampai dia merengek minta berhenti dan menarik rambut aku. Ita secara aggressive bangun nak menghisap konek aku pulak sebab dia nak balas budi, "bang, Ita nak hisap, please let me suck you". Tapi aku bingkas menolak sebab aku tau aku pasti akan terpancut sebelum fuck dia. Dengan lembut aku jawab "you can suck me later sayang". Aku kembali membaringkan Ita dan memasukkan konek aku ke dalam pantatnya. Sambil mengenjut, aku cium keseluruh muka dan tengkuk dan sesekali menghisap tetek. Selepas beberapa minit (mungkin saat?) aku terasa nak pancut, "Ita, I'm going to cum". mendengar itu Ita memautkan kakinya dipinggang aku, minta aku pancut dalam.
Kami ketawa bersama tanda puas. Berkucupan, berpelukan. Ita masih belum mahu melepaskan kakinya, walaupun konek aku terasa amat geli di dalam pantatnya. Akhirnya kami berbaring, tanpa mahu menutup tubuh kami. Kami berbual. Ita kata "thank you for the great fuck. Ita betul-betul puas." Aku kata "It's a pleasure to fuck you, sayang".
Selang beberapa minit, tangan Ita merayap ke konek aku, Aku tau dia nak lagi. Ita menjilat-jilat tetek aku, dan beransur ke perut aku. Sebelum sempat dia sampai ke konek, aku kata aku perlu basuh konek aku dulu. Lalu aku ke bilik air dan basuh. Sekembali ke Ita, dia dah siap melutut di lantai menanti konek aku. Sambil aku berdiri, Ita memasukkan konek aku ke dalam mulutnya, perlahan-lahan. Keluar-masuk. Penat berdiri, aku duduk di kerusi, Ita langsung tak melepaskan hisapannya. Aku tau dia enjoy menghisap konek aku. Aku ingatkan aku dapat bertahan lama selepas pancutan tadi, tapi aku silap Ita memang pandai menghisap. Aku warning Ita 'Ita, careful sayang, abang nak pancut ni". Tapi dia terus menghisap. " sayang, I'm cumming" Aku cuba cabut konek aku, tapi Ita menarik bontot aku. Nyata dia mahu aku pancut kat dalam mulut dia, so aku dah tak kuasa melawan, terus pancut. BIla terpancut aje, Ita segera melepaskan konek aku, dia terbatuk-batuk. Mana taknya, pancutan mani aku terus ke dalam tekaknya. Tapi aku masih sempat memancutkan sebahagian air mani ke dalam mulut manakala sebahagian lagi jatuh di muka dan teteknya. Tapi yang menarik, walaupun terbatuk-batuk Ita masih tak mahu melepaskan konek aku dari genggamannya.
Aku tengok mata Ita berair kerana tercekik agaknya. Tapi dia masih mahu menjilat lebihan air mani aku di tepi bibirnya. "Hmm, it doesn't taste bad" (maknanya sedaplah tu). Lalu menjilat pulak hujung konek aku. Kau orang pun tau mesti geli punya. Aku menjerit. Ita terus memasukkan keseluruhan konek aku ke dalam mulutnya. Aku menjerit lagi. Dan kami sama-sama tertawa.
Aku tanya Ita kenapa dia hisap sampai pancut. Ita kata "sebab abang jilat pantat Ita sampai Ita cum so Ita kenalah hisap sampai abang cum". Dia ingatkan air mani ni busuk atau kotor, rupanya tak begitu. so dia kata nanti dia nak lagi.
Selepas memebersihkan badan, Ita cuba membalut dirinya dengan towel, aku tarik towel itu dan memintanya terus berbogel. Dia setuju. Maka kami terus berbogel. Hampir jam 10.00 pagi kami tersa lapar. Aku minta room service dua nasi goreng dan roti. Bila room service sampai, Ita bersembunyi di dalam bilik air, tapi aku rasa budak tu tau ada perempuan dalam bilik tu sebab dia senyum aje. aku pun bagi tip lebih sikit dan tepuk bahu dia, dia pun faham.
Kami makan sambil telanjang. Aku rasa kau orang kena cuba makan sambil telanjang dengan partner kau orang. Kami menggunakan imaginasi kami untuk makan. Aku ambil udang nasi goreng tu dan perlahan-lahan sapukan ke pantat Ita, lalu aku suap ke dalam mulut. Ita agak terperanjat, tapi dia pun tak mau kalah, Ita ambil jem dan sapukan ke konek aku dan jilat. Dia cuba melancap konek aku supaya pancut ke atas roti untuk di makan, tapi aku tak mau pancut. Aku balas dengan menghisap teteknya sambil dia makan nasi goreng, malah aku jilat pantatnya sambil dia makan. Lepas tu dia pulak hisap konek aku masa aku makan. last sekali, Ita naik ke atas aku dan masukkan konek aku dalam pantat dia, semua itu dilakukan masa kami makan dan berbual mesra. Macam-macam lagi kami buat menggunakan imaginasi kami.
Habis makan dan fuck, kami tengok habis bersepah bilik tu.
Kami berada di dalam bilik tu sampai lebih kurang jam 12.00 tgh. sampai masa untuk check-out. Tapi Ita minta aku call front-desk minta check-out lewat sikit. Nyata dia belum mahu beredar dan berpisah. Selama itu kami tidak dibaluti seurat benang pun.
Tiba masa untuk berpisah, kami berjanji untuk meneruskan perhubungna sulit ini. Kami akan terus mencari peluang untuk bersama. Sehingga kini kami masih terus bersama. Di lain kali aku akan ceritakan lagi kisah sex kami. Sementara itu teruskan menulis kat aku di azri64 di surat panas. Ynag perempuan pun jangan malu-malu. aku sedia membaca surat kalian.
42 notes
·
View notes
Text
nalu eşara maryam
6.15 pm
22/07/2024
bagaimana kamu tahu bahwa bara api adalah bara api?
bagaimana tubuhnya tersusun dari banyak senyawa membara yang terus menerus membakar dirinya agar hidup bagi yang membutuhkannya?
meskipun ia tahu ketika ia terbakar dan dipergunakan saat seseorang menginginkannya, ia masih tetap sedia membakar dirinya hingga habis, padahal keperluan itu sama sekali bukan untuknya.
hanya manusia itu yang akan merasakan manfaat dari dirinya.
dan kamu adalah salah satu orang yang mengaku bahwa manusia yang paling kau sayangi adalah dirimu sendiri?
sedangkan satu-satunya manusia yang paling tidak aku sayangi adalah diriku sendiri.
aku rela membakar diriku demi orang lain yang membutuhkanku tanpa memikirkan aku senang melakukannya atau tidak.
aku akan sedia mengoyak-ngoyak nadiku sendiri, hal yang paling dekat denganku untuk memberikan kehidupan pada orang lain.
dan seandainya pun kau mengatakan kau mencintai aku melebihi dirimu sendiri, aku akan tetap melakukan hal yang sama berulang-ulang kali demi membunuhmu juga.
jika di dunia ini masih hanya tentang bagaimana kau ingin mendapatkan yang kau mau, kau tak perlu repot meminta Tuhan untuk merayuku.
aku selalu memberikan sebelum kau meminta.
menelan semua rasa sakit sendirian bukan hal yang sulit bagiku mengingat hidupku sudah penuh dengan darah yang malu aku tumpahkan di bumi ini.
malu sekali aku menunjukkan semua yang aku rasakan kepada manusia, yang selalu hanya memikirkan bagaimana hal-hal harus terjadi sesuai yang ia inginkan.
bagaimana ia akan mampu meraih sesuatu yang sangat ia yakini bahwa itu akan membuatnya lebih hidup.
aku, jantung dunia ini.
aku, si pemilik semesta ini.
aku, adalah ratu lautan yang bebas itu.
mengambil jantungku sendiri lalu memberikan kepada yang ingin merasakan bagaimana rasanya hidup, bukanlah hal sulit bagiku.
tapi, apa arti dari keberadaan dirimu sendiri?
apa arti dari hidupmu yang kau jalani?
rambutku yang terurai panjang habis dimakan oleh pikiranku sendiri.
agar tidak tampak menyedihkan, aku mewarnainya dengan darah yang senantiasa kutumpahkan bagi manusia yang meminta perasaan bahagia, seolah itu adalah warna yang paling kusukai.
telinga yang selalu mendengar kata cinta ini, kuhias dengan perhiasan yang aku suka, aku lubangi dan akan bertambah seiring semakin banyak yang harus aku dengar.
kulubangi agar angin senang menyapu hal-hal dusta.
tubuhku yang mungil ini, sanggup menerima nanar-nanar luka yang sudah busuk dan bernanah untuk memikirkan bagaimana untuk membahagiakan semua?
semua butuh bahagia, semua butuh memberi makan egonya sendiri.
hidungku terluka setiap kali mecium kebohongan yang dilakukan untuk sekedar mendapatkan perhatianku. memanipulasi perasaan agar terlihat tulus bagiku tapi masih berani mengakui bahwa mereka mencintaiku.
jiwa siapa yang sedang sakit saat ini?
mereka yang menyatakan bahwa aku keistimewaan satu-satunya yang mereka punya,
tapi tidak bisa menerima hal-hal yang berbeda di dalam diriku.
menguntai kata-kata bahwa aku ini yang perlu diperbaiki, tapi tidak ada yang bertanya siapa yang membuatku seperti ini? apa yang telah kulalui saat tubuhku memilih hidup di dunia ini?
kau harus tahu, tiap-tiap yang kusentuh akan memiliki jiwa yang kupilih sendiri.
tapi tidak termasuk jiwa yang aku punya.
kupastikan saat aku hilang nanti, jiwa-jiwa yang sudah kuberi tidak akan ikut bersamaku.
jika ada yang sangat kau sukai di dalam diriku, ambil saja, sebab aku tidak peduli sama sekali.
untuk hal-hal yang membuatku bahagia,
episodenya tidak pernah ada tersedia di dunia ini.
karena cinta untukku tidak pernah tersedia di dunia ini.
23 notes
·
View notes
Text
Kak Timah yang sentiasa sudi melayan nafsu ku dan curang kepada suaminya semakin hangat di atas ranjang. Dia semakin bijak mengetahui apakah keinginan ku dalam permainan nafsu. Bontotnya yang aku idam-idamkan dan selalu ku puji dan stim kepadanya menjadi medan persetubuhan yang paling kerap aku nikmati. Malah sekiranya masa tidak mengizinkan atau kami kesuntukan masa, tetapi tetap inginkan persetubuhan, kak Timah tahu bagaimana hendak melakukannya.
Dia akan hisap batang ku dulu dan kemudian dia akan menonggeng di mana-mana saja yang sempat dan tersembunyi, selak kain batiknya dan aku pun jolok duburnya. Pernah kami melakukannya di majlis gotong royong di balairaya. Kami sempat melencong di dalam kebun pisang. Pokok pisang kebun Haji Jamil menjadi tempat kak Timah berpaut sementara aku menikmati lubang bontot lebarnya yang sedap dan berlemak itu. Bergegar lemak-lemak yang melebarkan dan membesarkan bontot bini orang tu. Memang sedap. Tak hairanlah setiap kali main bontot memang tak pernah pancut luar. Sedap sangat lepas dalam.
Selain kak Timah aku juga dah merasa tubuh montok dan gebu milik kak Esah. Bini orang yang selalu gersang itu aku nikmati tubuhnya sewaktu aku dalam perjalanan ke rumah ketua kampung melalui jalan pintas yang melalui kebun-kebun. Kak Esah kira sudah berumur juga. Di dalam lingkungan 50-an. Anak-anaknya juga sudah besar-besar dan ada yang lebih tua dari ku. Suami kak Esah terperap di rumah lantaran sakit angin ahmar. Jadi hanya kak Esah dan anak-anaknya yang mencari rezeki dengan membuka kedai makan di tepi jalan besar yang dibuka setiap malam hingga awal pagi
Biar aku cerita macam mana tubuh gempal kak Esah yang montok tu aku nikmati. Sewaktu aku melalui denai yang merupakan salah satu jalan pintas, aku terserempak dengan kak Esah yang juga sedang melalui jalan yang sama dan juga hendak pergi ke rumah ketua kampung. Jadi kita orang pun berjalan bersama-sama perlahan-lahan sambil berborak-borak. Sewaktu tiba di denai yang kecil, aku biarkan kak Esah jalan dahulu di depan sementara aku mengikutnya di belakang. Semasa tu lah aku tengok bontot kak Esah yang berkain batik tu nampak licin tanpa seluar dalam.
Bontotnya yang besar dan nyata sungguh berlemak lebar itu membuatkan aku geram. Melenggok-lenggok bersama pehanya yang besar. Sambil aku mengikutnya aku merocoh batang aku yang keras dalam seluar sambil mata aku tak henti menontot lenggokan bontot kak Esah. Kak Esah cakap apa pun aku tak perasan sampaikan dia menoleh ke belakang tengok aku sebab aku tak ambil endah apa yang dia katakan. Aku sedar kak Esah menoleh kepada aku yang sedang khusyuk pegang batang dan tengok bontot dia. Aku tengok muka kak Esah, dia senyum je kat aku. Lepas tu aku pun senyum balik kat dia dan akhirnya kita orang pun tiba kat rumah ketua kampung.
Selepas selesai urusan, aku dan kak Esah berjalan balik ke rumah bersama-sama. Kemudian kak Esah tanya aku satu soalan killer. Dia tanya kenapa masa dalam perjalanan pergi tadi dia nampak aku pegang batang aku sambil tengok bontot dia. Aku pun dengan selamba je bagi tau yang aku stim sangat kat bontot dia yang besar tu dan melenggok-lenggok dalam kain batik tu. Kak Esah senyum je dan dia pun kata patutlah masa kat rumah ketua kampung mata aku asyik tengok peha dia je. Memang betul pun, masa aku kat rumah ketua kampung, kak Esah duduk depan aku. Mata aku asyik memandang pehanya yang gebu dan lebar dalam kain batik tu. Aku berkali-kali menelan air liur dan bayangkan betapa bestnya kalau peha besar tu terkangkang menerima rodokan batang aku di cipapnya.
Masa ketua kampung pergi ambilkan borang asrama untuk anak kak Esah, aku lagilah tak boleh tahan sebab kak Esah duduk silangkan kakinya. Jadi pehanya nampak lagi sendat dalam kain batik tu. Aku tau kak Esah tengok aku, jadi dengan selamba aku raba-raba batang aku yang keras dalam seluar.
Lepas dah melalui denai kecil, aku pun berjalan beriringan dengan kak Esah. Aku tengok depan belakang kiri kanan. Line clear. Aku pun mula cucuk jarum. Aku raba bontot kak Esah. Rasa lembut je bontot lebar dia yang berlemak tu. Dari tepi aku nampak bontot dia menonggek pulak. Makin stim pulak aku. putri77.org Kak Esah biarkan je. Dia senyum je. Aku yang tau dia ni mesti boleh makan punya pun tarik tangan dia masuk kat belukar tepi denai tu. Kak Esah biar je aku tarik dia sampai agak dalam sikit dari denai tu, aku pun sandarkan kak Esah kat sepohon pokok yang redup. Aku peluk kak Esah dan kucup bibir bini orang yang berumur dan montok tu. Kak Esah nampaknya membalas. Memang dia pun suka kat aku rupanya.
Kami berdiri berpelukan dan berciuman. Tubuh montok kak Esah yang bertudung, berbaju kemeja singkat dan berkain batik itu aku peluk semahunya. Seluruh pelusuk tubuh bini orang yang berlemak itu aku raba dan ramas sesedapnya. Batang aku yang makin stim dalam seluar kak Esah pegang. Dia buka seluar aku dan dia pegang serta mula melancapkan batang aku sampai aku jadi makin stim yang teramat sangat. Aku minta kak Esak hisap batang aku. Kak Esah pun menyangkung dan menghisap batang aku keluar masuk mulutnya. Aku tengok kepala kak Esah yang bertudung tu bergerak depan belakang hisap batang anak muda yang berpuluh tahun muda darinya. Bontot kak Esah yang lebar tu nampak sendat dalam kain batiknya masa dia menyangkung macam tu. Aku paut kepala kak Esah dan aku jolok mulut kak laju-laju. Kak Esah biarkan aku rodok kepala dia yang bertudung tu.
Selepas itu, aku minta kak Esah duduk atas rumput yang bersih dan kering. Kak Esah macam faham apa yang aku nak buat. Dia pun mengangkang dan menunggu aku membuka kain batiknya. Aku usap peha kak Esah dan aku selak kain batiknya. Cipap kak Esah yang kehitaman tu aku nampak dah berkilat dengan lendir. Nampak sangat makcik kita sorang ni dah stim sangat. Aku pun apa lagi, terus terjun dalam lubang cipapnya yang dah longgar gila tu. Aku hayun sesedap rasa. Walau pun dah longgar sebab dah berderet budak yang dia beranakkan, tapi masih
syok dengan kelembutan daging dalamnya dan licin dengan air cipapnya. Kena pulak tu kak Esah kemut memang sedap. Rasa macam ada mulut satu lagi tengah hisap batang aku kat bawah. Lazat, memang lazat.
Kak Esah terkangkang dengan kain batiknya yang terselak. Tudungnya yang semakin kusut menampakkan bahawa dia semakin hilang kawalan diri. Aku menjolok cipap longgar perempuan berumur yang bertubuh montok dan berlemak itu semahu-mahunya. Bunyi lucah dari cipapnya yang berlendir dengan air nafsu sungguh memberahikan. Tudung kak Esah sedikit kusut. Lemak yang membuncitkan perut kak Esah membuai-buai setiap kali aku menghenjut batang ku keluar masuk bagaikan belon yang berisi air. Nafsu ku semakin tidak keruan dan aku semakin seronok menyetubuhi wanita matang itu.
Kak Esah memeluk ku dan menarik tubuh ku rapat kepadanya. Dia berbisik bertanyakan adakah sedap menyontot tubuh gemuknya. Aku memberi respon dengan mengatakan ianya sungguh melazatkan. Kak Esah mendesah nikmat dan menyuarakan kesedapannya di jolok batang ku. Suara kak Esah semakin tersekat-sekat.
Kak Esah semakin kuat memeluk ku dan akhirnya tubuhnya terangkat-angkat membuatkan tubuh ku yang lebih slim darinya turut terangkat. Jelas dia sudah mencapai kepuasan batinnya. Bau peluh kak Esah semakin semerbak menusuk hidung ku. Aku bangun dari menindih tubuhnya. Aku minta kak Esah menonggeng di atas tanah yang beralaskan rumput. Kak Esah menonggeng dan aku lihat kain batik di bontotnya basah dengan air nafsunya. Aku selak kainnya dan aku ramas daging bontot kak Esah yang berlemak.
Aku sumbat batang ku ke dalam lubang cipap kak Esah. Aku celup batang aku sekali dua hingga ke pangkal dan aku keluarkan kembali. Aku ludah simpulan lubang dubur kak Esah yang berwarna gelap itu. Aku kuak belahan bontotnya yang berlemak itu bagi membolehkan air liur ku masuk ke dalam duburnya. Aku halakan kepala batang ku ke simpulan dubur empuk bini orang yang berumur itu dan aku tekan sedikit demi sedikit hingga tenggelam kepala batang ku.
Kak Esah merengek dan bertanya kepada ku adakah boleh melakukan persetubuhan melalui jalan najis itu. Aku memberitahunya bahawa sudah tentu boleh dan sememangnya aku bernafsu kepadanya gara-gara bontotnya. Kak Esah memberitahu ku bahawa dia tidak pernah di liwat dan agak takut untuk melakukannya. Aku memujuk kak Esah agar tenang dan biarkan aku saja yang bertungkus lumus. Aku minta kak Esah berikan saja duburnya untuk ku nikmati. Kak Esah agak gugup, namun dia membenarkan.
Aku tekan batang ku hingga seluruhnya masuk ke dalam dubur kak Esah. Melentik tubuh gebunya mungkin sebab pedih sebab pertama kali duburnya di liwat. Aku hayun batang aku di lubang najisnya yang sempit itu. Sungguh sedap rasanya meliwat dubur perempuan berumur yang berlemak itu. Kain batik kak Esah aku selak lagi hingga seluruh bontotnya yang putih dan lebar itu menampakkan gegarannya. Bagaikan belon berisi air, bontot berlemak kak Esah berayun ketika aku menghayun batang ku. Setiap kali batang ku menujah dubur empuk berselulit perempuan kampung itu, semakin sedap ku rasa. Aku menghayun bagai nak gila.
Kak Esah merengek tak henti-henti. Melentik bontot kak Esah dijolok batang aku. Aku hilang kawalan. Bontot berlemak yang lebar itu semakin membuatkan aku ghairah. Aku jolok bontot tonggek bini orang itu semakin laju. Kak Esah mengerang semakin kuat. Akhirnya aku benamkan batang ku dalam-dalam dan ku lepaskan air mani yang berkhasiat dan subur ke dalam dubur kak Esah. Kak Esah merengek sewaktu dia merasakan air mani terpancut-pancut dari batang ku yang tersumbat sedalam-dalamnya di dalam duburnya. Aku perah seluruh air mani ku agar keluar memenuhi lubang bontot bini orang yang kegersangan itu.
Selepas puas memenuhkan lubang bontotnya, aku tarik batang ku keluar. Serentak itu, tanpa aku duga kak Esah mengeluarkan gas aslinya dari lubang bontotnya yang ternganga. Berkali-kali kak Esah terkentut-kentut hingga anginnya dapat ku rasa kuat menghembus batang ku yang sudah terkeluar dari duburnya. Kemudian mengalirlah benih ku keluar dari duburnya setelah ianya sesat tidak menjumpai lubuk peranakan yang boleh dibuntingkannya, sebaliknya hanya najis-najis yang bakal diberakkan sahaja yang dijumpainya. Kak Esah tersipu-sipu malu. Dia berdiri dan membetulkan tudung serta kain batiknya. Ketika itu kak Esah memanggilku dan mengangkat kainnya. Kak Esah menunjukkan sesuatu kepada ku. Dari kainnya yang diangkat, aku lihat air mani ku mengalir turun dari duburnya ke peha dan betisnya. Kak Esah kata air mani ku banyak dan dia kata aku seakan-akan kencing di dalam duburnya.
Dengan kepedihan, kak Esah berjalan semacam terkangkang pulang ke rumahnya. Sewaktu kami berpisah mengikut haluan masing-masing, aku terdengar bunyi air mani ku tercirit-cirit dari lubang bontotnya. Kak Esah ketawa kecil sambil berlalu dari situ. Aku melihat kain batik kak Esah basah dari bontot hingga ke bawah. Aku tersenyum sendiri. Tak sangka, sedap juga emak orang yang dah kira berumur tu. Paling kelakar adalah sempat juga dia kentut kepada ku. Memang aku tak dapat lupakan kak Esah. Setiap kali terkentut, tiap kali itulah aku akan teringat kepada kak Esah.
selepas affair dengan kak Esah, aku menjalinkan pula hubungan sulit dengan Kak Sue. Dia ni bini orang juga. Lakinya bekerja bawa lori di pekan dan balik 3 hari sekali. Anaknya pun dah besar-besar dan paling sulong sebaya aku dan masih belajar di unversiti. Aku mula main dengan kak Sue semasa kak Sue datang ke rumah aku minta tolong buatkan surat untuk urusan tanahnya.
Aku pun sambil buat surat sambil cucuk jarum. Kak Sue ni orangnya biasa-biasa je, tak semontok kak Esah dan Kak Timah, gebu-gebu je lah. Tapi bontot dia membuatkan aku macam nak bawak dia lari dan kawin kat Siam. Dahlah lebar, tonggek pulak tu. Aku yang stim sangat kat dia pun selamba je bangun dari kerusi komputer. Dia punya terlopong tengok aku sampai lalat pun boleh masuk. Nak tahu kenapa. Sebab masa aku bangun tu batang aku tegak menongkat kain pelikat. Kak Sue senyum je kat aku. Aku pun senyum juga kat dia.
Lepas tu aku offer dia pegang batang aku. Kak Sue ni pun berani juga nak cuba. Dia pun pegang. Biasalah, alang-alang dah pegang, aku minta dia lancapkan sekali. Kak Sue pun lancapkan dan aku pun tanggalkan kain pelikat dan baju aku sampai aku telanjang depan kak Sue. Kak Sue pun hisap batang aku lepas aku minta dan seterusnya persetubuhan pun bermula.
Bacaan sex top: Ternyata Pacarku Masih Perawan
Aku main dengan kak Sue tak pernah ikut depan. Walau jolok cipap sekali pun, tak pernah ikut depan. Mesti menonggeng sebab aku syok gila dengan bontot dia yang lebar dan tonggek tu. Dah lah pinggang dia slim. Aku beruntung sebab kak Sue dah selalu kena liwat laki dia. Jadi tak ada masalah masa aku jolok bontot dia pertama kali. Memancut air mani aku dalam bontot dia. Kak Sue ni pun jenis suka pakai kain batik ke hulu hilir. Jadi memang senang sangat nak main dengan dia kat mana-mana pun.
Pernah sekali tu aku dah gian gila dengan bontot tonggek dia tu, aku main dengan dia kat belakang reban ayam rumah dia. Masa tu aku sengaja datang ke rumah dia. Tengok-tengok dia tengah berkemban sidai baju kat ampaian. Aku pun ngorat ajak main. Dia pun ok je.
Tapi masa tu mak dia ada dalam rumah. Anak-anak dia pun ada juga. Jadi dia pun ajak aku pergi belakang rumah dan kat belakang reban pun jadi. Aku selak kain batik kemban dia dan jolok cipap dia dari belakang. Bila nak terpancut je, aku cabut batang aku dan aku jolok bontot dia. Aku rodok dubur tonggek kat Sue kuat-kuat sampai dia menjerit kecil. Lepas tu macam biasalah, aku kencingkan mani aku dalam bontot dia.
Tu je lah… sampai sekarang aku masih menikmati tubuh empuk mereka. Dari apa yang aku tahu, masing-masing kata puas main dengan lelaki muda. Sebab lelaki dah berumur ni dah tak pandang sangat perempuan montok-montok dan gebu-gebu macam mereka. Lelaki muda je yang boleh bagi mereka kepuasan batin walau pun lubang masing-masing dah longgar.
Malah, itu jugalah satu-satunya lubang yang masih sempit dan sedap ditubuh mereka yang boleh dinikmati dengan penuh nikmat untuk lelaki muda yang memberikan mereka kepuasan batin. Jadi tak hairanlah dia orang semua malas nak jaga badan. Lagi besar bontot dia orang lagi dia orang suka sebab dia orang tahu ada orang yang menghargai bontot besar mereka tu.
Lebih-lebih lagi lubang bontot yang ada sebilangannya yang sebelum itu tak pernah kena liwat, akhirnya di liwat juga. Bagi mereka, walau pun tak sedap pada mulanya, tapi bila dah selalu kena, sedap gila rasanya hingga menimbulkan kerinduan dan ketagihan pada duburnya untuk diliwat.
144 notes
·
View notes