#Langit terlihat datar dan luas
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kenapa langit terlihat melengkung seperti ada Kubah Bumi
Apakah Bumi ini ada Kubah? “Jawabannya belum pasti, belum di putuskan, apakah langit ini Datar, seperti Lebar Luas tanpa seperti kubah dan juga Tidak dapat melakukan riset lebih dalam di Antartika karena pembatasan kegiatan Antartika untuk orang Umum, kecuali pihak-pihak politik terkait seperti yang dijelaskan perjanjian Antartika, Yang jelas bumi ini dilindungi, “Contohnya seperti Ledakan Meteor…
View On WordPress
#Langit terkadang terlihat datar dan juga langit terlihat melengkung#Langit terlihat datar dan luas#Langit terlihat melengkung seperti ada gelombang elektromagnetik
0 notes
Text
Tentang malam dan rasi bintang
Bondowoso. Sabtu, 6 April 2024
Malam hari sekitar pukul 21.40an. Saat perjalanan menuju bukit paralayang Megasari yang terletak di kota Tape, Bondowoso. Sesekali kutatap langit malam saat mengendarai motor Varioku, ya salah satu alasan aku suka berkegiatan di alam adalah karena suka melihat gemerlap bintang yang sulit ku temukan di desa, apalagi diperkotaan.
"Dek, coba tengadah! Langitnya bagus. Cacak suka main ke alam salah satunya karena itu. Bikin tenang. Di kota ngak kira ada, polusi cahaya dari lampu-lampu, yang walaupun banyak orang suka melihatnya telah mengaburkan keindahan gemerlap cahaya bintang." Kataku pada Robin, ponakan dari pulau garam, Madura, yang kubonjeng.
"Iya, bagus cak. Langitnya ternyata bercahaya, gemerlap dan ngak gelap" tanggapnya. Ya, langit malam hari itu bersih, indah.
"Ya memang. Warna dasar semesta mungkin gelap, hitam, tapi Tuhan menciptakan berbagai benda dilangit untuk mempercantiknya. Melukis semesta dengan sedemikian indahnya. Bintang-bintang itu contohnya dan alam sekitar kita." Kataku sambil menatap pepohonan disekitar.
"Kalo alam sekitar mah, ini hutan. Seram ah" tanggap dek Robin.
Sesekali aku memanggil namanya atau mengobrol, memastikan dek Robin ngak ngantuk selama di perjalanan.
"Setengah jam lagi kita sampai" jelasku.
Kita ber 7 yang akan bermalam di megasari bertemu di persimpangan jalan utama lalu masuk lebih dalam ke dalam hutan, jalannya masih bisa dipakai kendaraan bermotor dengan konstruk jalan bebatuan dan sesekali aspal yang sudah penuh dengan lubang.
Sesampainya di Megasari, sudah ada 4 tenda lain. Kita mencari posisi mendirikan tenda, tanah yang datar. Sesekali bercanda, mengobrol dan beberapa dari kami akhirnya tenggelam dalam gadgetnya. Faiq, si brewok keluar memotret langit malam beserta bintang dengan susunan konstelasinya yang indah. Aku dan retem mengobrol ringan. Karena tenda yang kita bawa berkapasitas 4-5 orang, sedangkan kita ber 7, maka aku dan Retem memilih di luar tenda. Menghampar flyset lalu merebahkan badan menikmati gemerlap langit bintang.
"Bagus, bikin candu" ucap Retem, memecah keheningan.
"Iyap, selain langit malam. banyak hal yang aku dapatkan dari berkegiatan di alam" tanggapku
"Ya, alam sepertinya bagi banyak orang jadi tempat mencari tenang, muhasabah, mengevaluasi diri dan berbagai dinamika kehidupan. Aku pun demikian." jelasnya.
"Itulah kenapa orang suka ke pantai atau ke gunung. Ntah kenapa melihat hamparan luas baik air, langit atau perbukitan bisa bikin tenang. Mungkin secara ngak langsung menyadarkan kita, jangankan masalah kita, bahkan diri ini sekecil itu dihadapkan dengan hamparan ciptaan Tuhan." Tanggapmu merebahkan badan pada flyset yang dihamparkan di depan tenda. "Hufttt.... Langit gelap yang dihiasi gemerlap bintang, indahnya ciptaan Tuhan" lanjutku.
"Ya, kegelapan yang katamu adalah warna dasar semesta dan gemerlap bintang, titik-titik cahaya kecil yang menghiasi gelapnya, mengajarkan kita untuk melihat dan mensyukuri kebikmatan yang terlihat kecil dibalik kegelapan ternyata begitu menawan, hadirnya remah-remah itu sangat bisa untuk kita syukuri" kata Retem sambil mengaduk nasi yang sepertinya sebentar lagi matang.
Bintang yang bertebaran di luasnya langit malam, sesekali berpendar dan tertutup awan tipis.
3 notes
·
View notes
Text
Bab 6: Labirin
Chia terbangun dengan peluh membasahi dahi, leher serta tengkuknya. Mimpi yang membuatnya tidur tidak lelap. Ia mengerjapkan mata, memulihkan kesadaran diri. Pikirannya justru melayang kepada Satya.
Diraihnya ponsel di bawah guling, dicarinya kotak pesan Satya. Chia menuju pesan satu minggu sebelum hari akad. Ia mencermati setiap balasan pesan dari Satya. Calon suaminya itu benar-benar rapi menyembunyikan fakta. Tak ada balasan pesan yang janggal atau membuat curiga. Chia kembali merebahkan tubuhnya. Rasa kantuk segera menyergap kembali.
***
Pagi hari setelah membuka bengkel Pram datang ke rumah eyang—tempat tinggal Chia. Ia tidak sendiri ada Iko bersamanya.
"Silakan masuk," kata Chia begitu melihat tamunya telah datang. "Eh, Iko juga?"
"Kebetulan datangnya barengan. Ini antar makanan dari ibu," jelas Iko seraya menyerahkan rantang makanan.
"Kok repot-repot, sih?" Chia menerima rantang dengan sedikit keberatan.
"Kamu juga nggak mungkin masak," celetuk Pram.
"Terima kasih, Iko. Nanti kalau longgar, saya mampir ke rumah." Chia menutup percakapan di teras. Iko pun segera berlalu menuju bengkel.
***
Selesai menyantap sarapan. Chia membuka diskusi memecahkan kasus hilangnya Satya.
"Aku sudah baca surat ini berulang kali. Tapi nggak nemu petunjuk," gerutu Chia.
Pram meraih surat dari tangan Chia. "Dari pilihan kalimat dan tulisan tangannya kamu nggak merasa aneh?"
Chia menggeleng. "Dia selalu serapi ini kalau nulis?"
"Dia memang punya tulisan tangan serapi itu. Soal kalimat atau bahasanya, ya, memang begitu," ujar Chia.
"Keluarganya gimana? Sudah dapat informasi keberadaan Satya atau mereka mau lapor polisi?" tanya Pram penuh selidik.
"Belum ada informasi apapun. Aku rasa mereka nggak akan gegabah untuk lapor polisi. Kalau benar Satya pergi dengan sendirinya, fakta itu bakal mencoreng nama keluarga Wicaksana. Sekarang sih sudah," ungkap Chia. Tadi sebelum Pram datang, Chia mengirimkan pesan lebih dulu ke Mama Satya. Jawabannya seperti tempo hari: tidak ada kabar dan tidak lapor polisi.
"Kenapa keluarga Wicaksana?"
"Maksudnya?"
"Maksudnya, keluarga Wicaksana terpandang?"
"Oh. Cukup terpandang. Ayahnya Satya punya bisnis furnitur yang sudah ekspor ke luar negeri. Rekan bisnisnya banyak. Di lingkungan rumah juga disegani tetangga," jelas Chia.
Pram yang sedari tadi mengamati surat Satya dan bertanya ini itu sambil mondar mandir akhirnya duduk di lantai. Ia menyalakan laptop Chia yang menganggur di atas meja.
"Mau apa?"
"Kamu sudah lacak perangkatnya atau nomor handphonenya?" pandangan Pram fokus ke layar laptop yang masih proses booting.
"Nggak ada hasil. Perangkatnya nggak tertaut di ponselku. Nomornya mati sejak dia hilang. Mana bisa dilacak kan?" ada nada putus asa dari jawabannya.
"Email?"
Chia tampak berpikir sesaat. "Ah, iya, email. Kok aku nggak kepikiran," decaknya gemas. Namun sekian detik berikutnya saat membuka email di ponsel ia tersadar sesuatu. "Aku nggak pernah kirim email ke Satya."
Pram menghentikan kesibukan jemarinya di antara tuts keyboard. Ia memberikan ekspresi keheranan yang disambut senyum datar Chia.
***
Ruangan ini luas namun minim cahaya. Lembab dan bau apak. Langit-langitnya penuh dengan sarang laba-laba. Ada meja dan kursi yang sudah lapuk di makan usia. Botol-botol bir berwarna hijau berserakan di lantai dan di meja. Bungkus makanan kosong ataupun yang masih ada sisa tergeletak di kursi menjadi sasaran kawanan semut.
Tepat di bawah lampu, ada dua buah kursi berhadapan. Ada seseorang duduk di salah satu kursi dengan kaki dan tangan terikat. Semakin mendekat, terlihat wajahnya yang lebam akibat pukulan. Kepalanya tertunduk lunglai. Pakaiannya lusuh.
"Sudah empat hari nggak mau ngaku. Dipukul berkali-kali nggak mampus juga," sebuah suara nyaring memecah keheningan.
"Lima hari, bodoh! Jangan sampai dia mampus. Kasih makan," suara berat menyahut.
"Ada kabar Arga?" tanya suara berat. Tak ada jawaban mengartikan tak ada kabar.
"Heh! Mau sampai kapan kau mengelak?! Kawan tololmu itu nggak akan balik. Semakin kau melawan, semakin remuk badanmu." suara berat mengancam orang yang duduk terikat di kursi. Ditariknya rambut orang tersebut dan ditepuk kepalanya dengan kasar.
"Apa perlu kirim pesan ke keluarganya, Bos?" tanya suara nyaring. Dijawab gelengan oleh suara berat.
Orang itu adalah Satya. Ia masih bertahan meski telah lebam wajah dan tubuhnya. Nama yang disebut suara berat tadi adalah penyebab kekacauan yang dialaminya. Ia terpaksa pergi meninggalkan surat perpisahan tepat di hari akad karena gerombolan preman ini. Mereka adalah debt collector yang dua minggu terakhir mengejarnya karena namanya tercantum sebagai penjamin hutang milik Arga. Sial benar nasib Satya.
Surat dalam amplop biru itu ditulisnya dengan ancaman dan desakan para debt collector. Saat itu Satya berniat menemui mereka untuk mengulur waktu, tapi justru diculik. Di dalam mobil ia menuliskan surat itu dengan berat hati. Entah bagaimana surat itu sampai ke Chia, ia tidak tahu. Selesai dengan suratnya, ia mendadak pening dan jatuh pingsan.
Selama lima hari Satya bertahan dan berharap cemas tetap selamat. Jika teringat liciknya Arga ia menggeram kesal. Arga adalah kawan terdekatnya sejak kuliah. Sudah dianggap seperti saudara sendiri. Nasib baik mempertemukan mereka kembali di kantor yang sama, sebuah bank swasta. Tiga tahun bersama sebagai rekan kerja berjalan dengan baik. Prestasi Satya dan Arga cukup bersinar sebagai pegawai junior. Sayangnya, memasuki tahun keempat perilaku Arga mulai mencurigakan. Sampai enam bulan lalu, Satya mengetahui yang sebenarnya. Arga terlibat kecurangan terhadap tabungan milik nasabah. Awalnya ia menasehati kawannya agar berhenti melakukan tindakan tersebut. Tetapi tidak digubris. Tindakan yang sama terus berulang. Timbul niatan Satya untuk melaporkan ke atasan. Setelah melalui perdebatan dalam dirinya, Satya memilih menyelamatkan nasib nasabah.
Tak lama setelah melaporkan kecurangan Arga secara anonim, Satya mengajukan pengunduran diri. Proses laporannya terbilang cepat direspon. Bahkan lebih cepat dari keputusan resign dari HRD. Tindak lanjut atas laporannya berbuntut pada pemecatan Arga. Selang dua hari dari pemecatan Arga, Satya mulai diteror nomor tidak dikenal. Itulah awal mula mimpi buruk Satya.
Arga manusia licik dan pengecut kabur dari tanggung jawab ganti rugi serta pelunasan hutang pinjaman online. Ia sekarang menjadi buron polisi atas kasus penipuan nasabah. Debt collector juga mengincarnya. Tetapi terselamatkan karena kini Satya sebagai penjamin yang ditawan.
"Saya sudah bilang berkali-kali, saya dijebak Arga. Cari dia bukan saya. Sumpah saya nggak tahu apa-apa," kata-kata yang sama keluar dari mulut Satya yang luka. Sudut bibir kanannya robek. Ada bekas darah kering di sana. Pukulan kembali mendarat di perutnya.
***
"Teman Satya nggak ada yang bisa kasih petunjuk?" Pram kembali menyelidik.
Chia kembali mengamati setiap pesan dari teman Satya. Ada satu nama yang hampir terlupakan olehnya. Saat ia mengecek pesan ke orang itu, pesannya centang satu sejak Satya hilang.
"Pram, jangan-jangan ada hubungannya sama orang ini?" Chia menunjukkan pesannya. Mereka pun saling pandang.
6 notes
·
View notes
Text
Bia 1/4 Baya - Episode 1 [Bangun Datar]
Semenjak wisuda enam bulan lalu, Sabia Maharani memutuskan untuk tidak pulang ke kampung halaman. Perempuan yang biasa disapa Bia itu berusaha untuk mencari pekerjaan. Keliling kota berseragam hitam putih dan membawa amplop coklat adalah aktivitas Bia setiap harinya, kecuali akhir pekan dan hari libur nasional. Bia menitipkan amplop coklat di pos satpam dari kantor satu ke kantor lainnya, dari pabrik satu ke pabrik lainnya. Seringkali disambut baik, namun tak jarang juga disambut dengan penolakan yang kasar. Tak hanya itu, Bia juga mengirim lamaran pekerjaan dan curriculum vitae melalui surat elektronik ke banyak perusahaan incarannya. Namun satu pun tidak ada yang lolos, sedangkan uang di dompetnya sudah menipis.
“Aaaaakkkhhhhh.”
Teriak Bia sambil melempar amplop-amplop coklat ke pojok kamar kosan dan merebahkan badan di kasur tipis dengan sprei yang belum dicuci selama sebulan.
Memandangi langit-langit kosan dengan mata berkaca-kaca meratapi nasib yang tidak tau akan kemana arahnya. Sarjana matematika tak kunjung dapat kerja. Apa harus pulang kampung? tapi apa kata orang tua? Apa kata teman-temannya? Apa kata orang di kampungnya? Hingga tak disadari Bia terlelap dalam tanya.
07.45 WIB
“Klunting.” Suara notifikasi masuk di ponsel Bia.
���Siapa sih pagi-pagi ngirim pesan.”
Gerutu Bia yang masih rebahan dan malas-malasan. Sekedar menggerakkan tangan meraih ponsel di meja yang jaraknya tidak sampai satu meter itu saja dia tidak berdaya. Dengan malas, Bia memaksa tangannya untuk meraih ponsel itu dan perlahan membaca pesan. Matanya terbelalak, seketika senyum merekah terlihat di bibir Bia. Semua rasa malasnya runtuh entah jatuh kemana. Rupanya dia tengah berbahagia lantaran diterima di salah satu dari ratusan lowongan pekerjaan yang telah dilamarnya. Akhirnya usaha yang dilakukan berbuah juga. Meskipun bukan pekerjaan impiannya, setidaknya dia bekerja dan bisa mewujudkan keinginannya untuk hidup mandiri di perantauan dan tidak merepotkan orang tua dikampung halaman.
Bia menyampaikan kabar bahagia itu kepada Jo, kekasihnya. Jo pun turut bahagia dan memberikan ucapan selamat kepada Bia.
Tak lupa, Bia juga menyampaikan kabar baik itu kepada ayah dan ibunya.
“Alhamdulillah.”
Terdengar suara di ujung telpon. Suara itu tidak terdengar bahagia, datar-datar saja. Ayah dan ibu Bia menganggap pekerjaan Bia seperti bangun datar, memiliki keliling dan luas, tetapi tidak memiliki volume. Bia mendapat pekerjaan di perusahaan besar yang memungkinkan Bia untuk banyak belajar, namun hal itu tidak membuat ayah dan ibunya merasa bangga, karena pekerjaan Bia dinilai tidak menaikkan harga diri orang tua, tidak seperti kakaknya, kak Qudwah, yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara.
Bersambung …
@nurmareliana | 19 Maret 2023
3 notes
·
View notes
Text
Extra 3 - Musim Panas
Musim panas di Abyss telah tiba.
Melihat ke bawah dari Institut Penelitian Gaodi, tanah hijau gelap luas yang tinggi dan rendah terlihat seperti lautan yang terhubung dengan langit biru muda. Di pegunungan yang jauh, sekelompok monster bersayap hitam berputar-putar, membuat raungan panjang.
Raungan dan angin bergerak menuju puncak gunung. Di koridor, daun dan cabang tanaman merambat bergoyang dan kelopak putih melingkupi tubuh An Zhe. Dia mengangkat tangannya untuk mengambil satu, memegangnya di tangan kirinya sambil menggunakan tangan yang lain untuk bermain-main dengan ujung tanaman merambat.
Lu Feng mengulurkan tangan untuk membantu menyingkirkan kelopak bunga dari kerah dan rambutnya. An Zhe merasakan pergerakkan pria ini dan berbalik dan menarik tanaman merambat ke depan Lu Feng. "Lihat."
Dia baru saja menemukan kuncup bunga putih baru pada pokok tanaman merambat.
Tentu saja, fakta apakah ada kuncup bunga baru, apakah kuncup bunga itu besar atau kecil, hitam atau putih, tidak akan membangkitkan minat Kolonel Lu. Kolonel hanya membungkuk untuk mencium dahinya dengan acuh tak acuh.
"Tsk." Dr. Ji di seberang mereka membuat suara dengan nada yang mirip dengan mengolok-olok. Dia bersandar di ambang jendela, mengocok botol reaksi dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya tergantung di sampingnya.
Dalam pertempuran terakhir untuk menjaga Pangkalan Utara, Dr. Ji kehilangan seluruh lengan kanan dan kaki kanannya. Percakapan dengan Institut Penelitian Gaodi sebelumnya, dapat diselesaikannya dalam kesakitan yang hebat. Adapun mengapa dia selamat dan tidak mati karena kehilangan banyak darah, itu hanya bisa dikaitkan dengan kebaikan Tuhan.
Kemudian, Dr. Ji, yang kehilangan sebagian tubuhnya, mendaftar ke Institut Penelitian Gaodi. Otaknya tidak terpengaruh tetapi di era ini tanpa kaki palsu, satu lengan dan satu kaki yang hilang sudah cukup untuk mengubur kehidupan seorang ilmuwan. Dia tidak datang ke sini untuk melanjutkan penelitiannya. Dia datang karena kekagumannya pada Polly Joan dan kesediaannya untuk berkontribusi dalam penelitian baru. Dengan bantuan lusinan sukarelawan seperti dia, Institut itu mendapat enam frekuensi aman untuk disebarkan, salah satunya adalah kemampuan untuk meregenerasi anggota tubuh.
Singkatnya, Dr. Ji sekarang seperti manusia normal, meskipun dia belum sepenuhnya beradaptasi dengan anggota tubuhnya yang baru.
An Zhe menoleh untuk melihat Dr. Ji, ingin melihat apa yang dia 'Tsk' saat ini.
Dr. Ji memperhatikan Lu Feng, dan pada waktu yang sama, dia mengulurkan tangan untuk bertepuk tangan pada mereka berdua.
"Aku melihatnya, Kolonel Lu." Dia menyatakan. "Jika aku tidak melihatnya, aku benar-benar mengira kamu akan menjadi pria terhormat dan pastor yang berkualitas seumur hidupmu. Oh, kamu terlalu muda. Mungkin, menjadi seorang saudara yang memenuhi syarat."
Lu Feng melepas kelopak terakhir dari leher An Zhe dan melirik Dr. Ji dengan ekspresi datar.
"Ji Bolan," katanya. "Aku menaksirkan kepribadianmu terlalu tinggi."
"Okay, okay, okay..." Dr. Ji mengangkat tangannya dan menyerah. "Aku yang salah. Aku meremehkan standar moral Hakim."
Lu Feng tidak mengatakan apa-apa.
"Aku salah, aku mengakuinya. Bukan karena kepribadianmu terlalu mulia, standar moralku memang relatif rendah." Dr. Ji terus memohon belas kasihan, tetapi dia memutar matanya. Dia melihat lengan yang memegang Lu Feng mencari keamanan, — milik An Zhe.
"Jika aku diberi bayi kecil seperti itu ..." Dia menyeringai, mengulurkan tangannya, dan membuat gerakan. "Aku akan mengikatnya ke tempat tidur kemudian ...."
Lu Feng mengirimnya tatapan dingin.
"... Kemudian membedahnya." Dr. Ji menutup mulutnya setelah berbicara.
"Otak Dr. Ji rusak." Lu Feng menunduk untuk melihat An Zhe. "Kamu bisa mempertimbangkan untuk mengobatinya dengan miselium."
"Tidak perlu!" Dr. Ji kaget. "Aku akan pergi."
Usulan Lu Feng untuk membunuh Dr. Ji tidak membangkitkan minat An Zhe. An Zhe hanya berjinjit dan mencium sisi wajah Lu Feng.
Dr. Ji berkata lagi, "Tsk."
Lu Feng mengatakan kepadanya, "Kamu bisa pergi."
"Apakah kamu memperlakukan sahabatmu seperti ini? Kolonel Lu." Dr. Ji memprotes.
"Ya."
"Kenapa? Bahkan aku tidak memiliki kualifikasi untuk menontonmu bermain?" Suara Dr. Ji bercampur sedikit dengan jejak patah hati.
"Tidak."
Kata-kata 'bermain' membangkitkan minat An Zhe dan dia menatap Dr. Ji lagi.
"Sangat lucu." Dr. Ji menatapnya dengan mata bersinar dengan cahaya aneh. "Kamu akan menangis lama setelah pembedahan."
An Zhe selalu merasa bahwa Dr. Ji dirasuki sesuatu. Mungkin dia menyatu dengan Boss Xiao.
Dr. Ji melipat lengannya dan menghela nafas, kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke botol reaksi biru pucat.
"Kolonel Lu, kamu benar-benar tidak akan mencoba ini?" Dia bertanya. "Ekstrak No. 1014 tidak memiliki efek samping. Dengan modulasi frekuensi kutub magnet lingkup kecil, setelah disuntikkan, salah satu dari tiga subjek memiliki penglihatan malam yang sempurna. Kaulah yang membawa ini kembali dari Abyss sebulan yang lalu."
Sinar matahari menembus celah-celah tanaman merambat dan menyentuh tabung kaca yang ramping, menyebabkan botol reaksi berkilau.
Lu Feng hanya meliriknya.
Menghadapi ekspresi berharap dokter, An Zhe menjawab untuk Lu Feng, "Dia tidak mau."
"Tsk." Dr. Ji berpaling dengan botol reaksinya dan mengutak-atik komunikator. "Polly memanggilku. Selamat tinggal."
An Zhe menjawab, "Selamat tinggal, Dokter."
Lu Feng benar-benar tidak menginginkan ekstraknya, An Zhe tahu.
Selain itu, Kolonel tidak membutuhkan peningkatan atau keterampilan aneh ini. Dia datang dan pergi dari Abyss dengan nyaman dan bebas.
Sambil An Zhe berpikir untuk waktu yang lama, miseliumnya melilit tanaman merambat hijau yang dia idam-idamkan sejak lama.
"Jangan makan tanpa pandang bulu." Lu Feng melihat gerakannya.
"Yang ini bisa dicerna." An Zhe membela diri.
Dia mengulurkan untaian miselium untuk menunjukkannya pada Lu Feng. Miselium berjalan ke seragam hitam Kolonel dan membentuk sebuah daun baru berwarna hijau di atas lencana perak, bergetar lembut tertiup angin.
Ini adalah kesenangan terbaru An Zhe. Sejak mengetahui bahwa ia dapat dengan aman memadukan semua makhluk hidup atau tidak hidup, ia telah mencoba banyak hal — kecuali hal-hal buruk.
Pada kesempatan yang lebih tinggi, dia mengubah dirinya menjadi sebuah ruangan yang penuh dengan bunga catkins, dan hampir mencekik Kolonel.
Tetapi peleburan tidak selalu aman, seperti yang dikatakan Lu Feng dahulu kala, monster polimorfik terkadang membuat kesalahan ketika mereka mengubah bentuk mereka. Ketika dia minum sup kentang belum lama ini, karena cintanya pada tanaman ini, dia pergi ke laboratorium untuk memadukan umbi kentang kecil dengan tubuhnya, lalu tiba-tiba jatuh pingsan dan bangun tiga jam kemudian. Polly mengatakan, ini karena frekuensi jamurnya terlalu berbeda dari kentang dan ada penolakan. Hal yang sama berlaku ketika menggabungkan hal-hal lain. Meskipun hasilnya selalu baik, prosesnya penuh ketidakpastian. Seperti sepotong Natrium yang akan terlarut dalam air, tetapi proses pelarutan dalam air akan menyebabkan ledakan.
Sejak itu, Lu Feng mencegahnya makan tanpa pandang bulu.
Namun, An Zhe ingin memakan sepotong tanaman merambat kecil ini. Perilaku ini tidak akan membahayakan kehidupan tanaman merambat itu sendiri. Tanaman merambat ini bukan tanaman merambat tidak biasa, ini hanya tanaman merambat dengan bunga yang indah.
An Zhe dengan lembut menggores di kulit tanaman merambat dan cairan keluar.
Saat ini sangat ... tenang. Ketika miselium dicelupkan ke dalam cairan hijau pucat, angin Abyss bertiup melalui langit yang dingin, menghembuskan tanaman merambat yang melekat pada Institut. Matahari, bulan, bintang-bintang, semua yang ada di langit bersinar. An Zhe memejamkan mata dan tubuhnya juga menjulur seperti tanaman merambat. Lu Feng tepat di sampingnya, jadi dia tidak perlu khawatir tentang apapun. Dia membiarkan Lu Feng setengah menggendongnya untuk duduk di bangku kayu panjang di koridor hijau gelap.
Mungkin kondisinya normal dan tanaman merambat itu normal. Lu Feng tidak mengizinkannya makan tanaman merambat ini, tetapi Lu Feng juga tidak menghentikannya.
Ini adalah kelalaiannya.
Dia berbaring di lengan Lu Feng, menggenggam tangannya. Pikirannya berserakan seperti direndam dalam air hangat.
"Ini sudah tumbuh di sini selama bertahun-tahun. Awalnya tanaman merambat ini tidak tumbuh." Kata Zhe. "Kemudian beberapa binatang bersayap datang dengan serbuk sari dan akhirnya tanaman ini memiliki bunga putih. Sangat indah dan sangat membahagiakan."
Dia membisikkan emosi yang dia rasakan dari pokok tanaman merambat sambil mengulurkan tangannya untuk memeluk bahu Lu Feng. Dia masuk ke pelukan Lu Feng dan ia menggesekkan kepala pada leher Lu Feng. Pipinya menempel pada kancing perak yang dingin di dadanya. Itu sangat nyaman.
Lu Feng membuat 'hmm' untuk menunjukkan bahwa dia mendengarkan.
Emosi dan kenangan tanaman merambat hanyalah hal-hal sederhana dan beberapa tidak dapat dijelaskan dengan bahasa manusia. An Zhe mencari beberapa kata. "Ia juga ingin memiliki bunga biru. Kemudian ... dia juga berharap akan ada burung, kupu-kupu, atau lebah yang datang lagi, menyerbukinya dan kemudian akan menghasilkan buah."
Setelah itu, tidak ada yang bisa dikatakan.
Lu Feng menggosok rambutnya.
Pada saat ini, komunikator Lu Feng menyala. Dia mengambil komunikator dan An Zhe juga melihat ke layar. Itu adalah pesan dari dokter yang sudah pergi: "Kamu benar-benar tidak akan mempertimbangkan Ekstrak No. 1014? Temanmu benar-benar membutuhkanmu. Dia membutuhkan subjek percobaan."
— Dokter belum menyerah pada ekstraknya. An Zhe tersenyum ketika dia melihat Lu Feng menyentuh tombol pada komunikator dan membalas: "Tidak."
Dokter itu menjawab: "Mengapa sikapmu begitu dingin? Bukankah penglihatan malam itu hal yang baik? Apakah kamu tidak membutuhkannya? Setiap kali kamu pergi ke Abyss, aku khawatir tentang keselamatanmu. Jika kamu disuntik dengan Ekstrak No. 1014, maka aku akan bisa santai."
Dia mengatakan yang sebenarnya.
Lu Feng bertanya-tanya: "Bukankah kacamata inframerah lebih mudah digunakan?"
"Maka kamu bisa mempertimbangkan Ekstrak No. 1015, sayap membran hitam murni. Dengan lebar sayap 4,3 meter. Kamu bisa terbang, itu sangat keren. Aku sungguh berharap kamu dapat mengalami pengalaman meluncur di udara."
"Apakah kamu mempertimbangkannya?"
Lu Feng: "Tidak."
Dokter merespons dengan cepat, dan kebencian dalam ketikannya dengan cepat dapat dirasakan di layar.
"Waktu telah berubah, Tuan Hakim."
"Kamu harus melupakan teori garis keturunan manusia, melepaskan prasangka buruk di hatimu dan merangkul gen asing."
Tanggapan Lu Feng masih sederhana dan tidak berbeda: "Terima kasih."
"Kamu aneh. Apakah kamu memerlukan konseling psikologis?"
"Tidak perlu."
"Kamu tidak punya harapan!" Dokter bahkan mengirimkan tanda seru.
Kemudian muncul pesan: "Kapan kamu akan sembuh dari sterotip garis keturunan dan moralitas? Aku ingin menyiram ekstrak padamu."
Jelas sekali, dokter itu sedang marah. Dia selalu seperti ini setelah promosi ekstraknya gagal.
Lu Feng masih tampak tenang saat dia membalas: "Aku normal."
"Pilih salah satu dari 1014 dan 1015 dan aku akan percaya padamu."
Lu Feng: "......"
"Lihat, kamu tidak punya harapan."
Lu Feng sedikit mengernyit. Setelah sekian lama, ia mengetik satu kata di layar dan mengirim: "Jelek."
Ada keheningan singkat.
Dokter: "......"
Dokter: "......"
Dokter: "......"
Dokter mengatakan kepadanya: "Kamu benar-benar baik."
Lu Feng melepaskannya. An Zhe memegang komunikator dan melihatnya sambil tertawa.
Dia pikir dokter itu seharusnya sudah tahu — dia sudah menebaknya sejak lama.
Setelah 'suara lonceng', banyak orang secara sukarela menerima beberapa frekuensi yang bersertifikat dan aman. Beberapa orang menumbuhkan sayap, beberapa orang memperoleh kemampuan fotosintesis, dan tentu saja, beberapa memiliki penolakan. Beberapa tidak mendapatkan apa-apa meskipun menyatu dengan frekuensi.
Namun, Lu Feng menolak hal semacam ini.
Tentu saja, alasannya bukan apa yang disebutkan oleh dokter. Lu Feng tidak peduli tentang silsilah garis keturunannya yang terkontaminasi oleh monster.
Alasan sebenarnya sederhana.
Lu Feng berpikir bahwa monster ini, atau spesies heterogen, sangat jelek.
Dia bisa hidup berdampingan secara damai dengan manusia yang telah menyatu dengan gen lain di Institut, tetapi menumbuhkan sesuatu yang lain di tubuhnya adalah hal yang mustahil.
Dia membencinya.
An Zhe menyingkirkan komunikator dan menatap wajah Lu Feng. Sudutnya cukup untuk melihat semua detail.
Lu Feng memiliki wajah yang berkesan, tetapi hanya beberapa orang akan melihat dengan cermat fitur wajahnya ini. Lebih banyak orang bahkan tidak berani menatap langsung ke wajah ini.
An Zhe berpikir bahwa alis dan matanya adalah yang terbaik. Mata ini indah dan cerah, seperti angin dingin dan bersih di atas pegunungan di Abyss. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh alis Kolonel yang tipis. Ketika dia membuat boneka di masa lalu, Boss Xiao berulang kali akan melihat kepala boneka yang kosong dengan hanya alis dan rambut yang ditanamkan di dalamnya, dan menyatakan, "Ini benar-benar dia."
Lebih jauh ke bawah, ada mata hijau gelap yang setengah tertutup bulu mata. Bentuknya jelas dan keren dan An Zhe samar-samar bisa melihat bayangannya sendiri di dalam.
An Zhe merasa bahwa jika seorang manusia terlihat seperti ini, dia benar-benar memiliki kualifikasi untuk meninggalkan semua hal yang buruk.
Menatap komunikator, pesan terakhir dokter adalah: "Kalau begitu, maksudmu aku tidak terlihat baik?"
Kolonel itu tidak menjawab.
An Zhe berbalik untuk melihat Lu Feng dan bersandar ke lengan Lu Feng lagi. Dia tidak tahu mengapa, dia hanya ingin melakukan ini. Dia agak grogi.
Lu Feng mendekatkan dirinya padanya dan bertanya, "Ada apa?"
An Zhe menggelengkan kepalanya. Lalu tiba-tiba dia teringat sebuah pertanyaan.
Dia menatap Lu Feng dan tidak berbicara.
An Zhe adalah jamur yang sering pergi tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Matanya hitam dan putih, cerah dan jernih. Tetapi, sekarang itu berbeda. Ada lapisan kabut dan kelembaban.
Lu Feng menundukkan kepalanya dan mendekat.
Dia mendengar An Zhe berbisik, "Aku juga heterogen."
"Ya." Lu Feng berkata. "Heterogen kecil."
"Apakah menurutmu jamur juga jelek?"
"Kamu baik-baik saja." Lu Feng menjawab. "Putih terlihat cantik."
"Bagaimana kalau aku jamur abu-abu?"
"Itu juga baik."
"Bagaimana dengan jamur hitam?"
"Juga bagus."
"Bagaimana dengan jamur berwarna-warni?"
"Hmm." Lu Feng menatapnya tanpa ekspresi, suaranya datar. "Aku akan memberimu jamur putih untuk dimakan."
Orang ini memiliki karakteristik. Semakin dia mengolok-olok orang, semakin serius penampilannya.
Dengan demikian, An Zhe juga tanpa ekspresi dan berkata, "Aku akan memakanmu."
Lu Feng tertawa lembut dan mengangkatnya, mengubah postur An Zhe. Lu Feng awalnya memegangnya di samping tetapi sekarang mereka saling berhadapan.
An Zhe jatuh ke depan seperti dia tidak memiliki tulang dan nyaris menyentuh dahi Lu Feng. Ini tidak biasa. Dia masih memiliki tulang tetapi pada saat ini, ada perasaan malas di setiap tulang. Dia tidak mundur. Hidung Lu Feng tinggi, membuatnya merasa agak gatal. Dengan demikian, dia menggosoknya sebelum mengubur kepalanya di bahu Lu Feng.
Lu Feng memeluknya dan mengusap kepalanya.
Lu Feng juga tampak tersenyum ketika memeluk An Zhe lebih erat.
Layar komunikator mati lalu menyala, mati lalu menyala lagi. Dr. Ji masih tanpa lelah mengirimkan pesan umpatan. Lu Feng melirik kata-kata amarah dokter, mengingat percakapan sebelumnya, dan menoleh ke An Zhe.
Dia bertanya, "Apakah standar moralku tinggi?"
"Huh?" An Zhe tidak mengerti untuk sementara waktu. Dia memikirkannya lalu menjawab, "Kamu orang yang baik."
"Oh."
An Zhe merasa bahwa jawabannya mungkin sedikit acuh tak acuh, ia menambahkan, "Kamu sangat baik pada kami."
Lu Feng bertanya, "Siapa aku bagimu?"
"Bagiku ..." renung Zhe. "Terkadang kamu tidak begitu baik."
"Kamu bisa menjawabnya lagi."
An Zhe tidak bisa bicara, jadi Lu Feng tertawa lagi. Tawa kecilnya menyebabkan dadanya sedikit bergetar. An Zhe sangat dekat dengannya dan bisa merasakannya.
Lu Feng tidak berbicara lagi, jadi An Zhe mulai berpikir.
Tentu saja, Lu Feng baik padanya. Di Abyss, terluka adalah hal tidak terhindari. Terkadang, dia memiliki sedikit darah di lengannya dan sikap Lu Feng ketika mengobatinya membuatnya merasa bahwa dia telah mematahkan lengannya. Jika An Zhe ingin melakukan sesuatu, dia tidak akan menghentikannya. Jika An Zhe tidak ingin melakukan sesuatu atau tidak setuju untuk melakukan sesuatu, bahkan jika ini jarang terjadi, Lu Feng tidak akan memintanya.
Namun, pria ini sering menggertaknya mengenai hal-hal kecil. Pria ini telah mengungkapkan wujud aslinya sejak saat dia menangkap An Zhe untuk dimasukkan ke penjara.
Lu Feng juga baik pada Dr. Ji, meskipun mereka berdua tampak saling olok-mengolok setiap hari.
Lalu, dengan orang lain —
Perlakuan Lu Feng terhadap mereka, tentu saja, tidak didasarkan pada apa-apa.
Jika Institut menghadapi bahaya, tidak peduli siapa yang berada di ruangan bersama Lu Feng, Lu Feng mau tidak mau, akan membiarkan orang itu pergi terlebih dahulu dan dia akan menghadapi bahaya sendirian. Jika seseorang meminta bantuan, Lu Feng tidak akan menolak.
Tetap saja, ini terbatas pada ini. Dia tidak akan melakukan percakapan berlebihan dengan orang lain selain Polly jika bukan karena pekerjaan.
Hubungan antara orang-orang di Institut itu sebenarnya sangat harmonis. Sangat biasa untuk saling menggoda dan mengolok-olok satu sama lain. Ada juga banyak percakapan dan kerja sama yang damai. Namun, Hakim jelas tidak bergabung.
An Zhe berpikir bahwa Kolonel telah berdiri agak jauh untuk melindungi orang begitu lama, sehingga dia lupa bagaimana berbaur dengan mereka, atau dia tidak pernah mempelajarinya sama sekali.
An Zhe memberi tahu Lu Feng, "Kamu juga bisa sedikit menurunkan standarnya untuk dirimu sendiri."
"Bagaimana cara menurunkannya?"
An Zhe tahu apa yang ingin diturunkan Lu Feng dan menjawab, "Kamu pikirkan sendiri."
"Baik."
Suara Lu Feng dingin, tetapi sepertinya ada tawa di dalamnya. Itu suara yang sangat menyegarkan.
An Zhe berpikir, dia mungkin jamur yang baru saja bergabung dengan masyarakat manusia sampai batas tertentu dan masih harus banyak belajar. Namun, hal yang sama berlaku untuk Lu Feng. Itu sebabnya An Zhe berkata, "Misalnya, jika kamu ingin berteman dengan orang-orang di Institut, kamu dapat makan bersama semua orang dan membawakan mereka buah ketika kamu kembali dari luar."
Metode ini mungkin tidak cocok untuk Lu Feng. Dia hanya memberi contoh yang akan dipahami Lu Feng.
"Aku tidak mau." Lu Feng berkata. "Aku makan denganmu dan membawakanmu buah-buahan."
"Itu berbeda."
"Huh?" Lu Feng menggunakan nada nasal yang umum ketika menggoda An Zhe. "Apa bedanya?"
An Zhe tidak ingin berbicara dengan orang ini sehingga dia menggigit leher Lu Feng. Sepertinya sakit jadi dia memberi ciuman setelah gigitan untuk menebusnya.
Suara Lu Feng berisi tawa. "Kamu benar."
An Zhe selalu merasa bahwa dia dan Kolonel telah membicarakan hal-hal yang berbeda sejak awal. Dia ingin mengangkat tubuh bagian atasnya untuk menggosok wajah Lu Feng.
Dengan demikian, dia meletakkan tangannya di bahu Lu Feng dan mundur sedikit.
Pada saat ini, tubuhnya melunak tanpa alasan. Dia hampir tidak bisa menstabilkan dirinya dan dia tertanam ke depan.
— Dia menanamkan dirinya di tubuh Lu Feng.
Lu Feng mendukungnya. "Apa yang salah?"
An Zhe menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang.
Lu Feng mengulurkan tangan untuk menyentuh dahinya tetapi tidak menemukan apapun. An Zhe bersandar pada bahunya, terengah-engah, dan tidak bisa menggunakan kekuatan apa pun. Dia bergumam, "Aku merasa tidak nyaman..."
"Dimana kamu merasa sakit?"
Tiba-tiba An Zhe melingkari tubuhnya sendiri pada Lu Feng. Sulit untuk menggambarkan perasaannya saat ini dalam bahasa manusia. Itu seperti ... seperti dipanggil oleh alam, menunggu sesuatu terjadi. Terakhir kali ia merasakan ini adalah ketika spora itu pergi. Tetapi kali ini berbeda.
Apakah dia akan membuat spora baru lagi dan memulai perputaran pelayuan dan kelahiran kembali? Tidak, itu tidak benar. Saat ini, dia hanya ingin dekat dengan Lu Feng. Lu Feng mengambil tangannya. Tangan Kolonel terasa dingin, tetapi pada saat berikutnya An Zhe menyadari sesuatu. Suhu tubuh Lu Feng normal sedangkan dia sendiri sangat panas.
Dia menggosok bahu Lu Feng, menggelengkan kepalanya, dan menutup matanya. Kemudian dia melihat beberapa pandangan buram di depannya.
Angin. Angin musim panas bertiup dari selatan Abyss. Hutan itu seperti lautan hijau gelap yang berhembus dalam angin. Daun tanaman merambat baru juga bergoyang-goyang dengan lembut pada musim panas ini. Musim panas adalah musim berbunga. Di celah antara dedaunan dan cabang-cabang, bunga-bunga seputih salju tumbuh seperti jamur yang muncul dari tanah setelah hujan. Kelopak bunga menghiasi langit.
Lalu tunggu.
Apa yang dia tunggu?
Menunggu burung-burung, menunggu kupu-kupu.
Apa yang akan dilakukan burung dan kupu-kupu?
An Zhe mendengus tidak nyaman.
Sumber masalahnya ada pada tanaman merambat itu.
Dia telah mengabaikan peringatan Lu Feng dan memakan cairan dari tanaman merambat, menyebabkan gejala aneh ini muncul. Rasanya seperti dia jatuh pingsan selama tiga jam setelah memakan gen kentang.
Lu Feng mengangkat kepala An Zhe dan menepuk pipinya dengan lembut. "An Zhe?"
An Zhe sadar, tapi dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Lu Feng mengangkat An Zhe sedikit untuk memeriksa kondisinya, membuat An Zhe sangat tidak nyaman. An Zhe terus berbaring di Lu Feng sambil berbisik, "tanaman merambat..."
"Apakah itu menyakitkan?"
An Zhe dengan cepat menarik tanaman merambat yang tergantung di koridor ke depannya. "Tanaman merambat."
Lu Feng memegang An Zhe, bernafas lega. Penampilan An Zhe yang sekarang seperti tidak kesakitan.
Lu Feng menepuk-nepuk punggung An Zhe. An Zhe bersenandung dan mendorong dirinya kembali ke pelukan Lu Feng.
Lu Feng melirik tanaman merambat hijau berbunga yang menggantung seperti air terjun.
Di balik tanaman merambat ada bangunan Institut putih, yang untungnya, tidak jauh dari tempat tinggal mereka saat ini.
Tercium aroma bunga samar di angin. Pada saat ini, ada juga aroma segar, hampir tak tercium karena sangat samar. Aromanya seperti rumput dan bunga putih setelah hujan.
Mirip lingkungan seperti ketika jamur tumbuh dan setelah beberapa musim hujan, aroma itu akan menjadi aroma jamur itu sendiri.
Hakim menghela nafas dengan cepat.
Dia memegang bahu An Zhe dan membuat An Zhe menatapnya.
Jari-jari An Zhe dengan erat mengepal pada kain lengan Lu Feng, An Zhe menatap matanya dengan bulu mata basah yang ditutupi dengan tetesan air kecil.
"Kamu jamur," kata Lu Feng padanya. "Kamu tidak bisa makan apa saja."
An Zhe memandangi tanaman merambat. Tidak ada tanaman merambat yang lebih normal di dunia daripada ini, tetapi itu masih membuatnya sangat tidak nyaman. Hanya karena dekat dengan Lu Feng bisa meredakannya. Sama seperti tanaman merambat yang menunggu kupu-kupu.
Dia mengerutkan kening dan melirik Lu Feng.
Lu Feng juga menatapnya.
Lalu dia diangkat.
"Ingat baik-baik kali ini."
***
10 notes
·
View notes
Photo
Pintu Awal #1 (cerpen)
Terdengar suara ketukan pintu dari arah tumpukan buku. Awalnya, aku tak menghiraukan suara tersebut. Namun, suara tersebut terus mengganggu pendengaranku. Tanpa pikir panjang aku membongkar tumpukan buku tersebut. Kini tumpukkan itu sudah mendatar. Aku menemukan pintu datar sejajar dengan permukaan lantai kamar tersebut. Perlahan aku mendekati pintu itu. Aku lihat pintu itu terkunci oleh gembok biru. Melihat itu aku ingat kunci yang aku temukan Minggu lalu. Kunci yang aku temukan ada dua, yang satu berukuran besar dan yang satunya lagi berukuran mini. Aku pun mengambil kunci yang aku temukan di bawah bantal dan segera membuka gembok biru itu. Tak butuh waktu lama, gembok itu pun terbuka. Aku meraih ponsel canggihku dan mengaktifkan cahaya senter dari ponselku. Perlahan aku menelusuri jalan menurun bertangga. Tak butuh banyak waktu, aku pun berhasil melewati anak tangga yang berukuran sedikit kecil dari langkah orang dewasa.
Perlahan aku berjalan dengan ditemani cahaya dari ponselku. Aku menghentikan langkahku dan mengarahkan cahaya ponsel lurus ke depan. Kuhelakan napas. Aku berbalik dan berniat tidak ingin melanjutkan langkahku untuk menelusuri jalan gelap itu. Ketika aku hendak membalikan badan untuk kembali ke pintu, suara pintu tertutup pun terdengar. Dengan sigap aku berlari ke arah pintu yang membuat aku masuk ke dalam ruangan gelap seperti ruang bawah tanah. Aku berusaha membuka pintu itu dengan menendang-nendang dan memukul pintu itu berulang kali, namun pintu tak dapat terbuka. Cairan bening keluar dari mata bulatku dan melewati pipi mulusku. Aku pasrah, aku tak tahu harus bagaimana agar aku bisa membuka pintu dan kembali ke asrama, tidur nyenyak, dan mimpi indah. Semoga ada seseorang yang membantuku, tapi itu mustahail. Cairan bening itu terhenti ketika aku melihat setitik cahaya dari kejauhan. Niatku mendekati cahaya itu pun aku turuti. Seketika niat itu terhenti dikarenakan setitik cahaya itu lama-kelamaan menjadi besar. Lega yang kurasa. Kuharap ada seorang yang mau mengantarku pulang. Saat cahaya itu hampir dekat denganku, aku mendengar suara laki-laki tua yang tertawa jahat. Laki-laki itu mendekatkan cahaya itu ke arah wajahnya. Rupa laki-laki itu seperti hewan, namun serupa dengan manusia. Mengerikan sekali rupa laki-laki itu. Melihat itu, kakiku dengan cepat bereaksi dan aku pergi menjauh dari laki-laki itu. Laki-laki itu tetap tertawa jahat. Larianku terhenti ketika telingaku tak lagi mendengar tawa jahat itu. Kini, aku berjalan sambil mengatur napasku. Dari kejauhan aku melihat sebuah rumah dengan lampu kuningnya. Tanpa ragu aku pun menghampiri rumah itu. Ketika aku hampir sampai di depan rumah itu, aku tercengang melihat keadaan yang berada di samping rumah itu. Sedikit tak percaya. Ini adalah kota yang di luar khayalan orang. Kota begitu canggih dengan mobil tak menyentuh aspal, bangunan menjulang ke langit, kereta gantung di mana-mana, lift parking, jalan tol yang membentang di mana-mana. Ini seperti di dunia fantasi. Sungguh menakjubkan. Aku pun menghampiri ibu yang berdiri di depan rumah dengan lampu kuning itu. Dengan sopan aku menyapanya, berbincang sebentar dan dia begitu ramah padaku. Aku pun mengikuti ibu itu menelusuri kota ajaib. Dengan basa-basi aku berniat meminjam ponsel ibu itu. Saat aku ingin meminjam ponsel canggihnya, wajah ibu yang tadi ramah dan cantik, kini berubah menjadi wajah yang sangat sangar. Aku pun dengan sigap menjauhinya dan kini aku berada di bibir aspal yang banyak dilalui kendaraan canggih. Sulit bagiku untuk menyebrang. Kulihat di sekelilingku, begitu mudah orang-orang menyeberang, tapi aku tidak.
Kulihat di sampingku ada anak perempuan berusia sekitar delapan tahun berkepang dua dengan tumpukan gelas bekas yang ia pegang dan menatapku dalam. Perempuan itu dengan wajah kekanak-kanakannya menawarkan jasa penyebrangan. Aku pun menyetujuinya. Perempuan itu memegang tanganku dengan kerasnya dan kami menyebrang bersama. Aku takut akan kendaraan canggih yang berlalu lalang dengan kecepatan tinggi. Saat penyebrangan, aku pun menutup kedua mataku. Perempuan itu kini melepas tanganku dan membuat mataku terbuka. Aku kehabisan kata-kata melihat penduduk kota ini dengan ahlinya menyebrang di tengah-tengah keramaian aspal. Aku pun memberi tanda terima kasih dengan sebuah bando yang kupakai. Perempuan itu menolak bando yang aku berikan dengan melemparnya ke arah aspal yang mengerikan itu. Sedikit kesal di hati, tapi tak apa mungkin di kota ini tak ada barang seperti itu. Aku pun pamit pergi, tapi tanganku di pegang erat oleh perempuan itu. Aku tak mengerti ada apa dirinya. Berniat melepaskan genggaman erat ini, namun aku kalah. Perempuan itu menjulurkan tumpukkan gelas yang ia bawa. Kini aku mengerti apa yang ia maksud. Aku pun mengambil tumpukan itu dan mengambil uang. Aku sadar bahwa aku tak membawa apa-apa selain tubuhku dan gaun putih elegan. Aku kebingungan harus membayar dengan apa. Aku pun mengembalikan tumpukan gelas itu. Perempuan itu tetap memaksaku untuk membeli tumpukan gelas itu. Aku tetap menolak, dikarenakan aku tak membawa sehelai uang. Selang beberapa waktu, aku dan perempuan itu beradu tangan. Kini, tanganku digenggam kuat oleh perempuan itu. Mimik perempuan itu pun berubah menjadi jahat. Dengan santai dan rasa tanpa dosa, perempuan itu mendorongku dan membuatku terjatuh di tengah-tengah aspal yang mengerikan. Terlihat dari jauh mobil besar canggih semakin mendekat. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, di mana aku tak dapat menyebrang. Aku hanya dapat pasrah dengan keadaan ini. Mulai pita suaraku bekerja.
“AAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!” teriakan itu tak terhenti. Mobil besar canggih itu semakin mendekat. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Semakin dekat mobil itu dengan cahaya putih menyilaukan mataku dan membuatku tak dapat melihat mobil besar canggih itu dengan jelas. Aku merasa melayang saat cahaya putih menyilaukan itu menyelimutiku. Kini, cahaya yang menyilaukan itu berubah menjadi cahaya hitam atau lebih tepatnya gelap. Aku meluncur di lorong seluncur dengan kecepatan tinggi. Lagi-lagi aku harus meluncur dengan kecepatan yang mematikan. Aku berharap aku tak jatuh di tempat yang mengerikan seperti kemarin. Lorong seluncur itu tak begitu panjang dan membuatku terjatuh pelan. Saat aku jatuh aku menutup kedua mataku. Tapi kini mataku terbuka. Melihat sekelilingku, tempat ini bagaikan surga. Sungguh indah dan hijau. Taman yang membentang luas dengan bunga yang beraneka ragam warna, tak lupa juga dengan kupu-kupu nan indah. Aku berjalan di tengah taman itu, tak lupa pula aku memetik setangkai bunga mawar biru. Kini, aku berada di pohon dengan daun yang lebat membuat tanah di bawah pohon terlindung oleh sinar kuning dari angkasa. Aku pun memutuskan untuk beristirahat dan memanjakan tubuhku di bawah pohon nan rindang. Sejuknya udara di bawah pohon rindang membuatku harus tertidur sejenak.
Aku harus terbangun dari tidurku dikarenakan aku mendengar suara langah kaki. Kufokuskan mataku mencari sumber suara itu, namun aku tak menemukan apa-apa. Ketika aku berniat beranjak dari tempatku, tak sengaja tangan mungilku memegang sepucuk surat dengan kertasnya yang kusam. Awalnya, aku berniat untuk tidak membuka dan membaca surat tersebut, namun rasa penasaranku membuat niat itu harus hilang. Perlahan aku membuka surat itu. Kuamati surat yang aku pegang, alis kananku mengangkat. Ini bukanlah surat melainkan peta. Aku tak mengerti peta apa ini. Aku pun memerhatikan dan memahami isi peta tersebut. Setelah beberapa menit kemudian, aku memahami isi peta itu. Akhirnya aku mengerti, peta itu berisi tentang peta Negeri Fantastic. Lorong yang aku lewati terdaftar di peta itu. Dan kini, aku berada di daerah barat selatan. Saat aku asyik bermain dengan peta kusam itu, tiba-tiba tangan kananku terasa sakit seperti terkena lemparan batu kecil. Aku pun melirik ke arah kanan. Aku menemukan sebuah batu berukuran tidak terlalu besar dengan balutan kertas putih. Kuraih batu yang dibalut oleh kertas. Kubuka balutan itu dan kuperiksa kertas putih yang membalut batu itu, apakah ada pesan atau sejenisnya. Kertas putih itu tertulis pesan singkat, pesan itu berbunyi,
“ jika kau ingin keluar dari negeri ini, kau harus menemukan pintu awal yang membuatmu terjebak di negeri ini. Kau dapat mengikuti peta itu.” Membaca itu, aku berdiri berniat mencari siapa yang telah mengirim surat dan peta ini. Namun, aku tak dapat menemukan sosok orang atau burung atau apalah. Kugunakan suara vokalku untuk berteriak mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah mengirimkan peta dan surat itu.
Kulirik lagi peta itu. Di peta aku berada tepat di pohon raksasa. Untuk menemukan pintu awal, aku harus mengikuti jalan di sebelah kiriku sampai bertemunya simpang empat jalan yang bewarna merah, kuning, hijau, dan biru. Tanpa ragu aku pun melangkahkan kakiku mengikuti instruksi dari peta. Jarak pohon raksasa dengan simpang empat, tidak terlalu jauh hanya membutuhkan waktu lima belas menit dengan berjalan kaki. Kini, aku berada tepat di tengah-tengah simpang empat. Aku bingung harus memilih jalan mana. Kulihat lagi peta yang kupegang selama perjalanan tadi. di peta jalan yang bewarna merah terlalu jauh dan di tengah perjalanan, akan berjumpa dengan kebun apel merah. Jalan kuning lebih jauh dari jalan merah dan di tengah perjalanan akan berjumpa dengan pertenakan lebah. Jalan hijau lebih singkat dari jalan merah dan kuning, di tengah-tengah perjalanan akan berjumpa dengan rumah pohon yang berada di puncak pohon jambu biji. Jalan biru sangat singkat, di tengah perjalanan akan berjumpa dengan kebun mawar biru. Tak butuh waktu lama untuk berpikir jalan mana yang harus kulewati, tentu jalan biru yang aku pilih.
Aku pun melangkahkan kakiku menuju jalan biru. Aku berharap bisa kembali ke pintu awal dengan cepat. Sudah satu jam aku menelusuri jalan berwarna biru, aku tak menemukan apa-apa yang kudapat adalah rasa bosan. Aku sempat tak percaya dengan peta itu, namun aku tak menghiraukannya. Aku mencoba menghibur diri dengan bernyanyi, bicara sendiri,atau apalah yang bisa menghibur diri. Tak sengaja aku menabrak tumpukan batu bata yang tersusun membentuk rumah kecil. Setahuku, tumpukan batu bata ini tidak ada di peta. Aku pun memeriksa peta kusam itu. Aku sempat terkejut tak percaya apa yang aku lihat. Di peta yang tadi kulihat akan bertemu dengan kebun mawar biru, ternyata tidak ada malah di peta tertera akan bertemu tumpukan batu bata dan harus memecahkan sandi yang berada di permukaan bata bagian atas dengan menyusun kata-kata yang rumpang menjadi sebuah kalimat. Aku melihat bagian atas bata. Benar di sana ada sebuah sandi. Aku pun mengikuti instruksi tersebut. Aku mencoba menyusun kata-kata rumpang itu sebanyak sembilan kali. Awalnya aku menyerah, namun aku tak menghiraukan rasa itu. Aku berhasil memecahkan sandi yang kesepuluh. Saat aku selesai memecahkan sandi itu, tumpukan batu bata itu menghilang dengan cahaya putih dan muncullah kumpulan bunga mawar biru hingga membentuk kebun.
Dengan senyum lebar, aku berlari menuju kebun mawar biru yang berada tepat di depanku. Kuhirup aroma mawar biru, aroma yang sangat merilekskan pikiran. Seakan aku berada di surga yang tak satu orang pun yang dapat merasakannya. Aku berlari ke sana kemari di setiap jalan yang berjarak beberapa sentimeter. Tak lupa aku bernyanyi dan menari bersama mawar biru. Kuhentikan kegiatan gilaku tepat di tengah-tengah kebun mawar biru. Kurebahkan tubuhku dan memandang luas awan dan birunya langit. Aku tersenyum sendiri, sayangnya ponselku harus tertinggal. Aku tak harus berlama-lama di kebun ini dan aku harus melanjutkan perjalananku. Aku beranjak dari tempatku, aku tak mungkin menyia-nyiakan mawar biru ini, kusiapkan tanganku yang akan memetik mawar biru elegan ini. Ketika aku berniat memetik mawar biru itu, mawar itu berubah menjadi bunga karnivora yang memiliki gigi tajam. Bunga yang hendak aku petik dengan kilat ingin menerkam tanganku. Aku pun melempar jauh-jauh bunga itu. Aku kira hanya satu bunga, namun semua bunga yang ada di kebun itu berubah menjadi bunga karnivora. Bunga-bunga itu menahanku agar tak keluar dari kebun itu dan menjadi santapan malamnya. Tentu aku tak menginginkan itu, dengan teknik bela diri yang kupelajari aku menghajar bunga-bunga kejam itu. Butuh tenaga besar agar aku dapat mengalahkan bunga karnivora ini. Rasa nyeri di lengan kiriku dikarenakan gigi tajam itu mencoba menyantapku saat aku lengah dari mereka. Aku terus melawan mereka dengan tenaga dan kemampuan yang aku miliki. Saat tenagaku hampir habis, aku tak mampu lagi melawan bunga itu. Aku pun tersandung dan terjatuh. Aku pasrah apa yang akan terjadi padaku. Aku menutup mata ketika bunga-bunga itu mengerumini ku. Suara mulut yang sedang kelaparan semakin dekat. Aku hanya bisa menutup mata dan pasrah. Terasa gigi tajam mulai menggores lengan kananku dan tiba-tiba aku terjatuh ke dalam lubang seluncur seperti lubang seluncur yang aku lewati. Aku merasa senang karena lubang ini telah menyelamatkanku dari bunga mengerikan itu.
Lagi-lagi aku harus bertemu dengan lorong seluncur ini. Kali ini aku tak setakut sebelumnya, aku hanya berharap agar aku tak terjatuh di tempat yang menyakitkan, melainkan di tempat yang empuk seperti kapas. Lorong seluncur kali ini berbeda dengan lorong yang aku lewati sebelumnya. Lorong ini seperti tempat pencuci mobil. Aku harus melewati semburan air dan kini aku harus melewati busa-busa yang mungkin berasal dari sabun. Tapi busa yang kurasa tak seperti busa dari sabun, mataku juga tidak perih. Setelah busa-busa, aku harus melewati handuk-handuk hijau. Saat aku melewati handuk-handuk hijau, handuk tersebut dengan teliti menyingkirkan air yang masih berbusa di tubuhku hingga tak terlalu kering. Tak jauh dari handuk, aku akan melewati mesin pengering yang biasa kita gunakan untuk mengering tangan. Tak bisa kubayangkan apa hasil kulitku nanti. Kini, aku akan melewati mesin pengering itu. Kututup mataku agar rasa panas bisa kulawan, namun pengering itu tak terasa apa-apa, melainkan rambut panjangku beterbangan ke segala arah. Aku tak merasa panas seperti mesin yang biasa kugunakan. Kini, aku sudah melewati mesin pengering itu. Aku tak tahu ada apa lagi di depan sana. Pandanganku lurus ke depan. Begitu gelap tak ada sedikit cahaya. Aku harap cahaya yang datang tak seperti cahaya yang kutemui saat di lorong gelap. Aku terus meluncur dan luncuran itu terhenti. Kini, aku berada di ruang lorong seluncur.
Kali ini aku berada di dunia tanpa cahaya atau di daerah ini masih malam, entahlah. Kuraih peta yang kusimpan di saku kananku. Kuteliti peta itu aku berada di mana. Ternyata aku berada di Desa Dark. Lagi-lagi, desa aneh yang harus kuhadapi. Terdengar suara keributan dari arah belakang. Aku membalikkan badan ke arah suara itu. Gerombolan makhluk kecil sedang berlari membawa alat tajam ke arahku. Melihat itu aku berlari. Awalnya aku berpikir mengapa aku berlari? Tapi jika aku tidak berlari, nyawaku akan melayang. Aku terus berlari dan gerombolan makhluk kecil itu terus mengejarku. Larianku terhenti ketika di simpang jalan ada lampu jalan berwarna kuning, larianku terhenti ketika seseorang menarikku dari balik tiang lampu yang besar. Kini, aku dan orang itu bersembunyi di balik tiang lampu. Gerombolan makhluk kecil itu tak sedikit pun melirik ke arahku dan orang itu. Ketika aku ingin menanyai jalan makan yang harus kutempuh, orang yang menarikku tadi menghilang entah ke mana. Lagi-lagi aku bertemu orang yang identitasnya aku tak tahu. Kulihat peta yang kupegang saat aku berlari. Di peta, aku berada di lampu kuning ajaib. Di peta juga diberi keterangan untuk mengucapkan harapan dan harapan itu akan terkabul. Dengan cepat aku mengucapkan harapanku untuk kembali ke asrama. Ketika kata-kata yang aku ucapkan berakhir, cahaya kuning menyelimutiku. Aku tak merasa kesilauan atau pun ketakutan. Selama aku diselimuti cahaya kuning itu aku membuka mata bulatku. Aku berharap aku berada tepat di depan pintu awal.
Cahaya itu lama-kelamaan menghilang. Cahaya itu mengantarku ke daerah yang terang tak tahu apa namanya. Ketika aku hendak melangkahkan kakiku untuk mencari tempat beristirahat, seorang wanita sebaya denganku memberiku sebuah pedang perak. Aku tak tahu apa yang akan terjadi. Tiba-tiba, di depanku ada anak panah dengan bola api menancap di tanah. Aku terkejut. Wanita itu berlari dan melawan pasukan berseragam serba hitam. Wanita itu pasukan berseragam serba putih. Awalnya aku tak berani melawan pasukan hitam, namun aku tak mungkin harus berdiam diri. Aku pun melawan pasukan hitam dengan pedang yang aku pegang dan kemampuan bela diriku. Aku berhasil mengiris pinggul pasukan hitam yang menghasilkan cairan merah segar. Aku lanjutkan aksiku. Aku tak menyangka, aku setega itu membunuh orang. Aku lawan pasukan hitam dengan pedang perak. Kutusuk perut mereka, kupenggal leher mereka, dan yang terakhir kutusuk berulang kali hati dari salah satu pasukan hitam. Perang itu usai, aku dan pasukan putih menang. Ketika pasukan hitam berhasil di hadapi, wanita yang tadi memberiku pedang, berlari ke arah tandu, ia mengambil gaun biru elegan yang terbuat dari plastik. Wanita itu bercerita bahwa gaun itu milik Putri Martha dari kerajaan putih. Tak lama kemudian, pasukan putih menunduk tanda memberi hormat kepadaku. Aku pun membalas hormat itu. Mereka berterima kasih kepadaku karena telah menyelamatkan gaun itu. Mereka menunjukkan imbalan yang sangat besar, namun aku hanya ingin kembali. Raja Putih pun menuruti imbalan yang aku inginkan. Wanita itu pun menunjukkan jalan mana yang harus kulewati. Selama perjalanan menuju jalan mana yang harus kulewati, wanita itu bercerita tentang perang itu. Ternyata, kunci yang aku temukan adalah kunci Negeri Fantastic. Jika kunci itu berada di tangan pasukan hitam, maka negeri itu akan hancur. Kini, aku dan wanita itu sudah berada di perosotan seperti di waterboom. Kali ini, aku diminta untuk berselanjar dengan posisi menghadap ke arah pusat bumi. Saat aku memasang posisi itu, tiba-tiba tubuhku di dorong oleh wanita itu. Aku meluncur dengan kecepatan ini. Kali ini aku tak takut, melainkan aku teriak girang, karena ini sangat mengasyikan. Aku menikmati udara dingin seperti salju. Ini yang pertama kalinya aku merasaknnya. “Yuhuu!!”… sangat mengasyikan jika kau di posisiku. Seluncuran itu berhenti saat kepalaku menabrak pelan gunungan pasir pantai. Kini, aku berada di lorong pintu awal. Aku tersenyum lega ketika aku melihat pintu awal yang kunantikan. Aku berlari. Kini aku berada di depan pintu awal itu. Ketika aku ingin membuka pintu itu, cahaya putih menyilaukan mataku yang membuat mataku tak dapat melihat dengan jelas.
“ Syanti! Syanti! Di mana ponselku?!” suara itu membuatku terbangun dari tidur siangku. Kuperiksa disekelilingku, ternyata aku berada di dalam kamarku. Mataku tertuju ke arah tangan kiriku, tangan kiriku memegang 2 kunci, peta kusam dan kertas putih. Aku terdiam memikirkan itu mimpi atau kenyataan?!
2 notes
·
View notes
Text
Cara Menambahkan Desain ke Plafon Kamar
Langit-langit ruangan memiliki banyak potensi untuk meningkatkan keseluruhan nuansa ruangan. Menambahkan desain ke langit-langit dapat menambah daya tarik visual dan membuat ruang terlihat lebih besar. Ini juga merupakan proses yang relatif sederhana yang dapat dilakukan selama konstruksi atau pada ruangan saat ini. Ini adalah cara yang efektif untuk menambahkan kepribadian dan pesona ke ruangan mana pun. Berikut adalah beberapa ide untuk menambahkan daya tarik visual ke langit-langit kamar Anda. Langkah pertama adalah memutuskan jenis desain apa yang ingin Anda tambahkan.
Gaya Plafon Kamar Terpopuler
Salah satu gaya plafon kamar yang populer adalah plafon foto. Jenis plafon ini biasanya terbuat dari foto atau karya seni dan memberikan variasi visual. Gaya langit-langit ini sangat bagus untuk mencocokkan desain ruangan dan skema warna. Namun, itu bisa menjadi luar biasa untuk ruangan yang lebih kecil. Anda dapat membuat efek serupa dengan memasang balok pendukung palsu. Langit-langit foto adalah cara yang bagus untuk membuat ruangan terlihat lebih luas dan menambahkan titik fokus unik ke sebuah ruangan.
Pilihan lainnya adalah plafon baki. Ini menambah glamor ke kamar tidur dan dapat digunakan untuk membuat pintu masuk kecil terlihat luas. Namun, Anda harus meluangkan waktu untuk mempelajari berbagai gaya sebelum memutuskan opsi yang sempurna. Jika Anda memiliki anggaran yang tinggi, Anda dapat menggunakan langit-langit berkubah di ruang tamu. Plafon ini dianggap mahal namun akan memberikan kesan elegan pada ruangan. Mereka juga akan memungkinkan Anda untuk bermain dengan pencahayaan dengan cara yang unik.
Langit-langit nampan juga bisa memberi kesan lapang pada ruangan. Gaya ini sering digunakan di ruangan besar. Ini mirip dengan langit-langit tersembunyi tradisional, tetapi memiliki dua tingkat atau lebih, dengan bagian tengah lebih tinggi dari batas. Gaya ini memungkinkan Anda untuk menambahkan lampu pot dan menciptakan efek pencahayaan yang dramatis.
Tips Memberikan Kesan pada Langit - Langit
Langit-langit kamar yang bersih terbuat dari ubin stainless steel dan dirancang agar mudah dibersihkan. Mereka juga tahan terhadap korosi. Baja lembaran biasa juga merupakan pilihan yang sangat baik. Sebagian besar ubin langit-langit kamar bersih dipasang pada tempatnya dengan gasket untuk mencegah kebocoran udara. Langit-langit ruangan yang bersih seringkali menjadi keharusan untuk fasilitas medis, karena prosedur medis membutuhkan lingkungan yang bersih dan sanitasi.
Setelah Anda memilih tema untuk ruangan, Anda dapat memutuskan jenis tekstur yang ingin Anda buat. Anda dapat memilih tekstur halus atau tekstur berputar. Tekstur datar mudah diaplikasikan dan dibersihkan, sementara langit-langit yang berputar mungkin memerlukan perhatian terus-menerus. Pilihan lain adalah langit-langit popcorn. Tekstur ini adalah gaya unik yang akan membuat ruangan terasa lebih aneh. Anda juga dapat menambahkan tekstur dengan desain yang terinspirasi dari alam.
Warna untuk langit-langit dapat berpengaruh besar pada tampilan ruangan. Warna langit-langit yang hangat akan membuat langit-langit tampak lebih dekat, sedangkan langit-langit yang sejuk akan membuatnya terasa lebih jauh. Misalnya, biru muda adalah warna populer untuk langit-langit. Namun, warna yang Anda pilih harus dipilih dengan hati-hati dan dengan sedikit coba-coba. Jika Anda memilih warna gelap, langit-langit bisa tampak lebih kecil dan lebih sempit.
Ide dalam Memilih Langit - Langit Ruangan
Jika Anda menginginkan tampilan yang elegan, Anda bisa menggunakan coffered ceiling. Jenis langit-langit ini terdiri dari deretan balok kecil, persegi panjang atau persegi yang telah dilubangi untuk menciptakan efek seperti kisi-kisi. Langit-langit coffered biasanya digunakan di ruangan besar. Mereka menciptakan efek dramatis dan menambah kedalaman ruangan.
Biaya pengecatan plafon suatu ruangan tergantung dari jenis bahan yang digunakan dan jenis catnya. Biasanya, satu galon cat mencakup 350 hingga 400 kaki persegi. Ada dua jenis cat: cat plafon dan cat lateks biasa. Perbedaan antara kedua jenis cat ini antara lain tekstur, biaya, dan kekentalan cat.
Pilihan lain untuk langit-langit ruangan adalah memilih langit-langit logam. Opsi ini tahan lama dan tidak akan membusuk atau retak. Panel langit-langit ini juga tahan kelembaban dan api. Dan, mereka mudah dipasang. Keuntungan lainnya adalah Anda dapat mengecatnya agar sesuai dengan skema warna rumah Anda. Opsi ini paling cocok untuk ruangan besar. Mereka juga terlihat bagus di pintu masuk. Jenis langit-langit ini akan meningkatkan tampilan ruangan secara keseluruhan, sekaligus menambahkan elemen dramatis ke dalamnya. Perlu hati - hati ketika kita akan membeli rumah dan ingin mendapatkan desain langit - langit yang cantik, tentu sebagai referensi beberapa situs online terbaik anda bisa lihat di dijual.co.id.
0 notes
Link
Fenomena Lengkungan Pelangi
Anda pasti pernah melihat pelangi kan? Memang benar bahwa kombinasi warna pelangi yang begitu indah yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu di sebabkan oleh refleksi cahaya terhadap air. Maka dari itu biasanya kita baru bisa melihat pelangi setelah hujan.
Namun pernahkah anda berpikir, mengapa bentuk dari pelangi selalu melengkung?
Sampai dengan saat ini ilmu sains masih belum bisa menjawab fenomena lengkungan pelangi ini. Pelangi juga berhubungan dengan fenomena Halo.
Ini pun belum bisa diungkap oleh para ahli, kenapa fenomena halo berbentuk lingkaran?
Namun Flat Earth Comunity beranggapan bahwa kedua fenomena lengkungan itu disebabkan oleh refleksi dari bentuk langit yang seperti kubah dan melengkung, yang dalam al quran disebut sebagai tujuh lapis langit.
Dalam al-quran juga disebutkan sebagai langit tanpa tiang dan dalam ayat ini juga dikatakan bahwa matahari dan bulan beredar, jadi ternyata matahari bukan cuma berputar pada porosnya, tapi beredar dan tidak diam di tempat.
Dalam bahasa injil versi king james disebut the firmanen.
Fenomena Matahari Ganda
Fenomena yang belum terungkap lainnya adalah fenomena matahari ganda, dan ini sangat jarang sekali diberitakan di media. Mengapa ya? Mungkin ada yang di sembunyikan.
sumber :
http://www.tribunnews.com/internasional/2016/08/19/fenomena-aneh-yang-menyerupai-matahari-kembar-muncul-di-langit-kolombia
Yang pasti sebagai orang yang beragama, saya meyakini bahwa kedua hal itu menandakan adanya kekuatan yang lebih agung dari pada kekuatan manusia, yaitu kekuatan illahiah atau Tuhan, sebagai yang maha pencipta dan maha segalanya.
Kedua fenomena tersebut mungkin adalah salah satu kunci yang bisa mengungkap kalau sebenarnya bumi berbentuk datar. Bagaimana menurut anda?
Update fenomena matahari ganda:
Baru baru ini kami menemukan peta bumi datar seperti ini dari suatu sumber
Dari gambar itu terlihat bahwa matahari ada 2, yang pertama yang berputar di bagian dalam tembok es Antartika (berputar searah jarum jam) dan yang ke dua diluar tembok es Antartika (berkebalikan arah jarum jam). Menurut info sementara yang kami dapat, matahari yang kedua berputar lebih lambat, selain itu garis orbitnya yang juga memang lebih luas. Kami masih menelaah apakah ini ada korelasinya dengan fenomena matahari ganda dan apakah ini yang dimaksud oleh Al-Qur’an dalam surat Ar Rahman (55) ayat 17 ?
“Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya”
0 notes
Text
0 notes
Text
Pulang Kampung
MUHAMMAD ULIL AHSAN
Pemberitahuan WhatsApp muncul di layar telepon pintar saya. Itu pesan panjang dari kakak yang tinggal di Kota Bekasi, meneruskan sebuah pesan dari gurunya di sebuah universitas ternama di Bogor. Sang guru mengingatkan para murid, termasuk kakak saya, akan ancaman kekacauan ekonomi yang akan semakin besar di pertengahan Ramadan. Atas perhitungan sang guru, kakak saya memperingatkan dengan tegas agar saya tidak menunda-nunda kepulangan ke kampung halaman. Selang beberapa hari, Ibu menelepon. Beliau meminta saya untuk segera pulang ke Wajo sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan di Kota Makassar. Pada hari yang sama, tak lama berselang setelah Ibu menelepon, Bapak mengirimkan pesan WhatsApp berisi dokumen Surat Keterangan (SK) Menteri Kesehatan mengenai penetapan PSBB di wilayah Kota Makassar.
Kondisi fisik saya tengah sehat, terlebih sudah genap sebulan saya melakukan isolasi mandiri sejak pandemi korona berlangsung (di Indonesia). Tanpa berpikir lama, saya memutuskan untuk pulang kampung keesokan hari. Sejauh yang saya pahami, jika PSBB diberlakukan, aktivitas keluar masuk wilayah Makassar akan ditindak tegas atau bahkan dihentikan. Tetapi, saya memahami bahwa SK Menteri Kesehatan tidak akan serta merta diterapkan pada hari itu juga. Membutuhkan waktu satu hingga dua minggu untuk menerapkan PSBB karena harus melalui proses birokrasi pembuatan SK di tingkat kota, sosialisasi, hingga uji coba.
Ritme tidur saya masih sama. Sulit terlelap sebelum pukul 12 malam. Malam sebelum keberangkatan, saya berbaring di tempat tidur pukul 1.30 dini hari dan baru bisa terlelap pukul 3 dini hari. Bangun pukul 5 pagi, ibadah, lalu mempersiapkan keberangkatan. Pulang kampung kali ini berbeda dengan masa-masa sebelumnya yang menggunakan kendaraan umum (mobil) antarkota. Saya menggunakan motor bebek milik Bapak dan berangkat dari Makassar menuju Kabupaten Wajo dengan waktu tempuh berkisar empat hingga lima jam. Meski agak khawatir dengan durasi tidur yang pendek, saya tetap menjalankan rencana pulang kampung. Saya hanya bisa berharap pada momen-momen bagus di sepanjang perjalanan agar rasa kantuk dapat teralihkan.
Saya berangkat pukul 5.30 pagi. Langit masih agak gelap. Cuaca tampak cerah. Suhu udara Kota Makassar pagi itu sangat sejuk. Saya menarik dan menghela napas dalam-dalam agar leluasa menikmati kelimpahan oksigen. Setelah tiga kilometer meninggalkan kosan, saya sesekali menengadah ke langit. Saya memperlambat kendaraan untuk sekadar menikmati indahnya lukisan alam saat fajar menyongsong. Tuhan memang maha pencipta. Menciptakan fajar di awal hari dan senja di penghujungnya. Keduanya hanya hadir pada waktu yang begitu singkat dan dalam waktu “emas.”
Bagi saya, ini kali pertama pulang kampung menggunakan motor dari Makassar. Kesempatan ini saya manfaatkan dengan mengambil jalur yang berbeda dari keberangkatan sebelumnya (dari Sengkang menuju Makassar) beberapa bulan lalu. Saat itu, saya melewati jalur Camba (salah satu kecamatan di Kabupaten Maros), melintasi Kabupaten Soppeng, Bone, dan Maros. Di perjalanan kali ini, saya memilih jalur Bulu’ Dua (jalur berbukit di wilayah Kabupaten Soppeng), melintasi Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, dan Soppeng. Kedua jalur ini dikenal sebagai jalur cepat dari dan ke Kota Makassar bagi orang-orang yang berasal dari wilayah Ajattappareng (daerah-daerah bagian barat Sulawesi Selatan) dan bagian utara seperti daerah Luwu dan sekitarnya.
Selain dikenal sebagai jalur cepat, kedua jalur ini juga menyuguhkan pemandangan yang begitu indah. Keluar dari perbatasan Kota Makassar, masuk ke wilayah Kabupaten Maros, pesona hamparan padi yang membentang luas tersaji. Melewati wilayah ini, saya sengaja mengurangi kecepatan kendaraan dan membuka kaca helm hanya untuk menghirup wangi padi di pagi yang sejuk. Keindahan ini semakin lengkap dengan pemandangan persawahan luas yang berlatar belakang jejeran bukit karst purba yang menjulang tinggi dan membentang di sepanjang jalur poros Maros hingga perbatasan Kabupaten Pangkep. Memasuki Kabupaten Pangkep, pemandangan sangat berbeda. Kini, bentangan air laut, perahu-perahu nelayan, hempasan angin pantai, dan kilau pantulan cahaya matahari oleh air laut menghiasi perjalanan saya sepanjang beberapa kilometer. Tak terasa, dua setengah jam berlalu sejak berangkat dari Kota Makassar. Saya memasuki wilayah Kabupaten Barru, berbelok di persimpangan Pekkaé. Persimpangan ini adalah pintu masuk menuju jalur berbukit Bulu’ Dua di wilayah Kabupaten Soppeng.
Bulu’ Dua bukanlah sebuah wilayah administratif (desa atau kecamatan). Bulu’ Dua adalah bahasa Bugis yang artinya “gunung dua.” Orang-orang yang melintasi wilayah ini akan melihat dengan jelas sepasang gunung batu besar yang berdiri kokoh. Dua gunung batu inilah yang menjadi penanda dan asal nama jalur ini. Jalan menuju ke sana berkelok-kelok dan berbukit. Dari daerah Pekkaé, jalan semakin menanjak dan suhu udara semakin turun. Satu hal yang sangat saya nantikan dalam perjalanan di jalur ini adalah pemandangan dari atas bukit yang begitu indah. Karena jalannya berkelok dan cukup ekstrem, saya berkendara dengan kecepatan normal sembari awas. Sesekali saya mencuri-curi kesempatan melihat pemandangan bukit hijau yang menawan berpadu dengan aliran sungai berbatu yang jernih di sisi kanan dan kiri jalan. Semakin ke dalam, bedeng-bedeng sawah semakin tampak mengagumkan. Bukan cuma Bali yang memiliki pemandangan semacam ini.
Sebelum melalui dua gunung tersebut, saya melintasi sebuah gardu kosong di kanan jalan. Tak jauh dari situ, saya menghentikan kendaran dan berbalik arah menuju ke gardu tersebut untuk beristirahat sejenak setelah berkendara tiga jam tanpa henti. Insting saya tepat. Itu sebuah gardu warga yang menyajikan pemandangan yang sangat indah. Saya bisa melihat bukit hijau, bedengan padi yang rapi, hingga Selat Makassar dengan kapal besar di bibir pantai. Saya bisa melihat sejauh mana saya telah melintas dalam tiga jam terakhir. Sungguh pemandangan yang begitu menyejukkan hingga membuat saya tidak sedikit pun merasakan kantuk dan lelah. Saya melepaskan dahaga dan mengisi perut dengan kudapan di tempat ini sebelum melanjutkan perjalanan yang tinggal melintasi satu kabupaten lagi.
Pemandangan dari gardu pandang di perjalanan menuju wilayah Bulu’ Dua, Kabupaten Soppeng.
Setelah melewati dua gunung, jalan semakin menurun, tapi masih agak berkelok. Jalan datar dan lurus semakin terasa, tanda Kabupaten Wajo sudah dekat. Di sepanjang jalan di dataran rendah Kabupaten Soppeng, terlihat karung-karung gabah putih berjejer di pinggir jalan menunggu truk-truk pembeli (atau tengkulak) menjemput. Kini sebagian wilayah Sulawesi Selatan sedang menyambut musim panen. Perjalanan semakin mengarah ke utara. Aktivitas panen semakin ramai terlihat. Di kiri jalan, tampak hamparan luas padi kuning dipanen dengan sebuah alat berat pemanen kombinasi (combine harvester); sementara di kanan jalan, terhampar sawah yang terdiri dari petak-petak yang lebih kecil tengah dipanen oleh puluhan buruh tani dengan cara-cara manual. Beberapa petani perempuan tampak memukul-mukulkan batang jerami padi yang digenggam ke sebuah alat sederhana dari kayu untuk merontokkan gabah. Beberapa orang menjemput karung gabah dengan motor trail dan seorang yang lain menunggu di pinggir jalan di samping mobil bak terbuka. Meski dalam situasi krisis di tengah pandemi korona, para petani tetap beraktivitas memastikan pangan untuk masyarakat tetap tersedia.
Akhirnya, saya memasuki wilayah Kabupaten Wajo. Di gerbang perbatasan daerah, beberapa petugas memberhentikan saya untuk melewati proses pendataan. Sebelum itu, saya harus memasuki bilik disinfektan, lalu ke meja petugas kesehatan dengan menunjukkan kartu identitas. Protokol ini juga saya lalui di tiga kabupaten yang saya lintasi sebelumnya. Petugas medis dan Satuan Tugas Covid-19 di tingkat kabupaten bekerja begitu gigih untuk mencegah penyebarluasan virus korona. Untuk itu, selama perjalanan pulang, saya merasa bertanggung jawab untuk memastikan diri saya sehat dan mencegah semaksimal mungkin potensi paparan virus selama di perjalanan.
Tiba di rumah, saya langsung melepas pakaian lapis luar dan mencuci tangan di halaman. Ibu menyambut di pintu depan, lalu meminta adik saya menyemprotkan disinfektan ke tubuh dan barang-barang yang saya bawa. Saya masuk ke dalam rumah dan membersihkan diri. Rasa lapar saya bergejolak. Setelah berbenah, saya langsung menuju dapur. Mengambil dua ekor bale katombong (ikan gembung), lalu menggorengnya di wajan dengan minyak bekas (jelantah) yang tampak sudah ada di dalamnya. Telah tersaji juga ikan masak kuah kuning yang tidak pernah absen dari rumah kami. Disajikan dengan nasi panas, kedua lauk sederhana itu mampu menghilangkan rasa lapar saya. Ikan memang sumber nutrisi yang baik selama pandemi, apalagi jika dipadu kuah dengan bahan bawang putih dan kunyit (yang membuatnya berwarna kuning) yang kaya akan kurkumin, yang memiliki fungsi antiinflamasi dan meningkatkan imunitas tubuh. Sangat tepat dikonsumsi selama masa pandemi virus korona.
Pulang kampung, bagi saya, adalah pilihan yang logis dan aman sebelum PSBB diterapkan dan sebelum Ramadan tiba. Ini cerita pulang kampung, bukan mudik. Kedua istilah tersebut sempat mengguncang jagat dunia maya akibat penjelasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat diwawancarai Najwa Shihab (23/4). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, penjelasan Jokowi tampaknya sudah sesuai dengan keterangan di laman tersebut. Tetapi, entah mengapa, saya lebih suka menggunakan kata “pulang kampung” daripada “mudik.” Tanpa mempermasalahkan perbedaan arti keduanya, bagi saya, kata “mudik” terlalu Jawasentris. Beberapa sumber bacaan menjelaskan “mudik” adalah aktivitas pulang untuk sementara. Ada pula yang menjelaskan bahwa “mudik” berasal dari bahasa Jawa “mulih dilik” yang artinya “pulang sebentar.” Selain itu, saya belum tahu pasti apakah kepulangan saya dari Makassar bersifat sementara atau tidak. Belum ada tempat yang bisa saya katakan “permanen.” Kedua pengertian yang dijelaskan Jokowi tentang dua istilah tersebut tidak begitu mewakili dan berguna bagi kondisi saya saat ini.
Wajo, 28 April 2020
0 notes
Text
Ide Dekorasi Langit-langit
Bermain dengan bentuk plafon yang selaras dengan konsep desain bangunan akan menciptakan kesan ruang yang tidak monoton. Kekhawatiran ini menjadi perhatian banyak orang ketika mereka bosan dengan bentuk konvensional langit-langit datar. Bentuk plafon pada plafon akustik semarang dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsep desain bangunan, interior ruang, bahan plafon yang akan digunakan, ketinggian ketinggian plafon dan ukuran ruang yang akan dinaungi oleh plafon. Untuk membantu Anda dalam memilih plafon, Anda harus terlebih dahulu menentukan bentuk dasar.
Tiga Bentuk Dasar
Secara umum ada tiga bentuk dasar plafon.
- Ikuti bentuk rangka atap
Untuk bentuk ini, ruang di bawah langit-langit terlihat lebih luas. Ada dua jenis bentuk ini, yaitu Katedral (untuk rangka atap segitiga) dan Gudang (untuk atap miring).
- Kubah
Plafon kubah memberi aksen langit-langit melengkung dengan mural. Bentuk ini memberi kesan rumah yang tidak geometris.
- Rata atau ditangguhkan
Bentuk plafon ini memiliki bingkai plafon akustik jakarta gantung atau bahan penutup. Bentuk ini biasanya dikenal sebagai plafon konvensional. Ini sudah banyak dimodifikasi menjadi bentuk atau kenaikan langit-langit melengkung.
Bahan Plafon
Dari bentuk dasar langit-langit Anda dapat membuat bentuk Anda sendiri dengan bahan penutup. Ada beberapa bahan penutup langit-langit seperti bambu, kayu, gypsum, gelas dan semen yang diperkuat serat gelas (GRC).
- Gypsum
Gypsum atau GRC harus dipasang dengan sistem silang seperti pemasangan dinding bata untuk meminimalkan terjadinya retak pada sambungan.
- Kaca
Plafon kaca dapat memasukkan cahaya dan panas dalam jumlah yang sangat besar sehingga dapat mengurangi pencahayaan buatan. Kaca juga bisa menjadi aksen ruang. Lebih baik jika menggunakan kaca yang dirusak dengan ketebalan minimal 10 mm. Pemasangan langit-langit kaca membutuhkan bingkai yang kuat di semua sisi sehingga kaca terjepit kuat dan tidak bergerak.
0 notes
Text
Ide Dekorasi Langit-langit
Bermain dengan bentuk plafon yang selaras dengan konsep desain bangunan akan menciptakan kesan ruang yang tidak monoton. Kekhawatiran ini menjadi perhatian banyak orang ketika mereka bosan dengan bentuk konvensional langit-langit datar. Bentuk plafon pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsep desain bangunan, interior ruang, bahan plafon yang akan digunakan, ketinggian ketinggian plafon dan ukuran ruang yang akan dinaungi oleh plafon. Untuk membantu Anda dalam memilih plafon, Anda harus terlebih dahulu menentukan bentuk dasar.
Tiga Bentuk Dasar
Secara umum ada tiga bentuk dasar plafon.
- Ikuti bentuk rangka atap
Untuk bentuk ini, ruang di bawah langit-langit terlihat lebih luas. Ada dua jenis bentuk ini, yaitu Katedral (untuk rangka atap segitiga) dan Gudang (untuk atap miring).
- Kubah
Plafon kubah memberi aksen langit-langit melengkung dengan mural. Bentuk ini memberi kesan rumah yang tidak geometris.
- Rata atau ditangguhkan
Bentuk plafon ini memiliki bingkai gantung atau bahan penutup. Bentuk ini biasanya dikenal sebagai plafon konvensional. Ini sudah banyak dimodifikasi menjadi bentuk atau kenaikan langit-langit melengkung.
Bahan Plafon
Dari bentuk dasar langit-langit Anda dapat membuat bentuk Anda sendiri plafon gypsum semarang dengan bahan penutup. Ada beberapa bahan penutup langit-langit seperti bambu, kayu, gypsum, gelas dan semen yang diperkuat serat gelas (GRC).
- Gypsum
Gypsum atau GRC harus dipasang dengan sistem silang seperti pemasangan dinding bata untuk meminimalkan terjadinya retak pada sambungan.
- Kaca
Plafon kaca dapat memasukkan cahaya dan panas dalam jumlah yang sangat besar sehingga dapat mengurangi pencahayaan buatan. Kaca juga bisa menjadi aksen ruang. Lebih baik jika menggunakan kaca yang dirusak dengan ketebalan setidaknya 10 mm. Pemasangan langit-langit kaca membutuhkan bingkai yang kuat di semua sisi sehingga kaca terjepit kuat dan tidak bergerak.
- Kain
Plafon kain dapat memperkuat suasana ruang di rumah misalnya untuk mendapatkan suasana hangat. Bahan ini juga bisa digunakan saat ruang rumah Anda terlalu tinggi sehingga suasana ruang menjadi lebih nyaman.
- Kayu
Dengan pemrosesan yang baik, langit-langit kayu bisa menjadi dekorasi yang indah dan eksotis jika kuda kayu yang terpapar selesai dengan baik. Dengan bentuk ini, penutup langit-langit ditempatkan di antara rangka dan atap yang terbuka dengan dibaut ke rangka atap dan selesai dengan rapi. Kayu yang digunakan untuk plafon harus bebas dari rayap sehingga tidak mudah keropos dan dipanggang dengan baik sehingga tidak mudah mengembang atau menyusut saat terkena panas atau hujan. Anda bisa menggunakan kayu jati atau damar. plafon gypsum semarang
Sesuaikan dengan Anggaran.
Saat Anda memilih bentuk plafon, Anda harus memperhatikan kemudahan pemasangan dan pemeliharaan, termasuk pembuatan struktur rangka yang mudah. Ketika bentuk langit-langit lebih rumit, struktur bingkai juga lebih rumit. Pembuatan biaya tertinggi akan membutuhkan lebih banyak uang.
Warna Langit-Langit
Warna langit-langit mempengaruhi suasana ruangan. Karena itu, jika plafon Anda rendah, sebaiknya gunakan warna-warna cerah agar tidak terasa sempit. Anda dapat menggunakan warna putih atau warna lembut lainnya. Anda dapat memilih warna yang sama dengan warna dinding. Namun, jika langit-langit Anda tinggi, Anda harus menggunakan warna gelap sehingga langit-langit Anda akan tampak lebih rendah.
0 notes
Text
Extra 3 - Musim Panas
Musim panas di Abyss telah tiba.
Melihat ke bawah dari Institut Penelitian Gaodi, tanah hijau gelap luas yang tinggi dan rendah terlihat seperti lautan yang terhubung dengan langit biru muda. Di pegunungan yang jauh, sekelompok monster bersayap hitam berputar-putar, membuat raungan panjang.
Raungan dan angin bergerak menuju puncak gunung. Di koridor, daun dan cabang tanaman merambat bergoyang dan kelopak putih melingkupi tubuh An Zhe. Dia mengangkat tangannya untuk mengambil satu, memegangnya di tangan kirinya sambil menggunakan tangan yang lain untuk bermain-main dengan ujung tanaman merambat.
Lu Feng mengulurkan tangan untuk membantu menyingkirkan kelopak bunga dari kerah dan rambutnya. An Zhe merasakan pergerakkan pria ini dan berbalik dan menarik tanaman merambat ke depan Lu Feng. "Lihat."
Dia baru saja menemukan kuncup bunga putih baru pada pokok tanaman merambat.
Tentu saja, fakta apakah ada kuncup bunga baru, apakah kuncup bunga itu besar atau kecil, hitam atau putih, tidak akan membangkitkan minat Kolonel Lu. Kolonel hanya membungkuk untuk mencium dahinya dengan acuh tak acuh.
"Tsk." Dr. Ji di seberang mereka membuat suara dengan nada yang mirip dengan mengolok-olok. Dia bersandar di ambang jendela, mengocok botol reaksi dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya tergantung di sampingnya.
Dalam pertempuran terakhir untuk menjaga Pangkalan Utara, Dr. Ji kehilangan seluruh lengan kanan dan kaki kanannya. Percakapan dengan Institut Penelitian Gaodi sebelumnya, dapat diselesaikannya dalam kesakitan yang hebat. Adapun mengapa dia selamat dan tidak mati karena kehilangan banyak darah, itu hanya bisa dikaitkan dengan kebaikan Tuhan.
Kemudian, Dr. Ji, yang kehilangan sebagian tubuhnya, mendaftar ke Institut Penelitian Gaodi. Otaknya tidak terpengaruh tetapi di era ini tanpa kaki palsu, satu lengan dan satu kaki yang hilang sudah cukup untuk mengubur kehidupan seorang ilmuwan. Dia tidak datang ke sini untuk melanjutkan penelitiannya. Dia datang karena kekagumannya pada Polly Joan dan kesediaannya untuk berkontribusi dalam penelitian baru. Dengan bantuan lusinan sukarelawan seperti dia, Institut itu mendapat enam frekuensi aman untuk disebarkan, salah satunya adalah kemampuan untuk meregenerasi anggota tubuh.
Singkatnya, Dr. Ji sekarang seperti manusia normal, meskipun dia belum sepenuhnya beradaptasi dengan anggota tubuhnya yang baru.
An Zhe menoleh untuk melihat Dr. Ji, ingin melihat apa yang dia 'Tsk' saat ini.
Dr. Ji memperhatikan Lu Feng, dan pada waktu yang sama, dia mengulurkan tangan untuk bertepuk tangan pada mereka berdua.
"Aku melihatnya, Kolonel Lu." Dia menyatakan. "Jika aku tidak melihatnya, aku benar-benar mengira kamu akan menjadi pria terhormat dan pastor yang berkualitas seumur hidupmu. Oh, kamu terlalu muda. Mungkin, menjadi seorang saudara yang memenuhi syarat."
Lu Feng melepas kelopak terakhir dari leher An Zhe dan melirik Dr. Ji dengan ekspresi datar.
"Ji Bolan," katanya. "Aku menaksirkan kepribadianmu terlalu tinggi."
"Okay, okay, okay..." Dr. Ji mengangkat tangannya dan menyerah. "Aku yang salah. Aku meremehkan standar moral Hakim."
Lu Feng tidak mengatakan apa-apa.
"Aku salah, aku mengakuinya. Bukan karena kepribadianmu terlalu mulia, standar moralku memang relatif rendah." Dr. Ji terus memohon belas kasihan, tetapi dia memutar matanya. Dia melihat lengan yang memegang Lu Feng mencari keamanan, — milik An Zhe.
"Jika aku diberi bayi kecil seperti itu ..." Dia menyeringai, mengulurkan tangannya, dan membuat gerakan. "Aku akan mengikatnya ke tempat tidur kemudian ...."
Lu Feng mengirimnya tatapan dingin.
"... Kemudian membedahnya." Dr. Ji menutup mulutnya setelah berbicara.
"Otak Dr. Ji rusak." Lu Feng menunduk untuk melihat An Zhe. "Kamu bisa mempertimbangkan untuk mengobatinya dengan miselium."
"Tidak perlu!" Dr. Ji kaget. "Aku akan pergi."
Usulan Lu Feng untuk membunuh Dr. Ji tidak membangkitkan minat An Zhe. An Zhe hanya berjinjit dan mencium sisi wajah Lu Feng.
Dr. Ji berkata lagi, "Tsk."
Lu Feng mengatakan kepadanya, "Kamu bisa pergi."
"Apakah kamu memperlakukan sahabatmu seperti ini? Kolonel Lu." Dr. Ji memprotes.
"Ya."
"Kenapa? Bahkan aku tidak memiliki kualifikasi untuk menontonmu bermain?" Suara Dr. Ji bercampur sedikit dengan jejak patah hati.
"Tidak."
Kata-kata 'bermain' membangkitkan minat An Zhe dan dia menatap Dr. Ji lagi.
"Sangat lucu." Dr. Ji menatapnya dengan mata bersinar dengan cahaya aneh. "Kamu akan menangis lama setelah pembedahan."
An Zhe selalu merasa bahwa Dr. Ji dirasuki sesuatu. Mungkin dia menyatu dengan Boss Xiao.
Dr. Ji melipat lengannya dan menghela nafas, kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke botol reaksi biru pucat.
"Kolonel Lu, kamu benar-benar tidak akan mencoba ini?" Dia bertanya. "Ekstrak No. 1014 tidak memiliki efek samping. Dengan modulasi frekuensi kutub magnet lingkup kecil, setelah disuntikkan, salah satu dari tiga subjek memiliki penglihatan malam yang sempurna. Kaulah yang membawa ini kembali dari Abyss sebulan yang lalu."
Sinar matahari menembus celah-celah tanaman merambat dan menyentuh tabung kaca yang ramping, menyebabkan botol reaksi berkilau.
Lu Feng hanya meliriknya.
Menghadapi ekspresi berharap dokter, An Zhe menjawab untuk Lu Feng, "Dia tidak mau."
"Tsk." Dr. Ji berpaling dengan botol reaksinya dan mengutak-atik komunikator. "Polly memanggilku. Selamat tinggal."
An Zhe menjawab, "Selamat tinggal, Dokter."
Lu Feng benar-benar tidak menginginkan ekstraknya, An Zhe tahu.
Selain itu, Kolonel tidak membutuhkan peningkatan atau keterampilan aneh ini. Dia datang dan pergi dari Abyss dengan nyaman dan bebas.
Sambil An Zhe berpikir untuk waktu yang lama, miseliumnya melilit tanaman merambat hijau yang dia idam-idamkan sejak lama.
"Jangan makan tanpa pandang bulu." Lu Feng melihat gerakannya.
"Yang ini bisa dicerna." An Zhe membela diri.
Dia mengulurkan untaian miselium untuk menunjukkannya pada Lu Feng. Miselium berjalan ke seragam hitam Kolonel dan membentuk sebuah daun baru berwarna hijau di atas lencana perak, bergetar lembut tertiup angin.
Ini adalah kesenangan terbaru An Zhe. Sejak mengetahui bahwa ia dapat dengan aman memadukan semua makhluk hidup atau tidak hidup, ia telah mencoba banyak hal — kecuali hal-hal buruk.
Pada kesempatan yang lebih tinggi, dia mengubah dirinya menjadi sebuah ruangan yang penuh dengan bunga catkins, dan hampir mencekik Kolonel.
Tetapi peleburan tidak selalu aman, seperti yang dikatakan Lu Feng dahulu kala, monster polimorfik terkadang membuat kesalahan ketika mereka mengubah bentuk mereka. Ketika dia minum sup kentang belum lama ini, karena cintanya pada tanaman ini, dia pergi ke laboratorium untuk memadukan umbi kentang kecil dengan tubuhnya, lalu tiba-tiba jatuh pingsan dan bangun tiga jam kemudian. Polly mengatakan, ini karena frekuensi jamurnya terlalu berbeda dari kentang dan ada penolakan. Hal yang sama berlaku ketika menggabungkan hal-hal lain. Meskipun hasilnya selalu baik, prosesnya penuh ketidakpastian. Seperti sepotong Natrium yang akan terlarut dalam air, tetapi proses pelarutan dalam air akan menyebabkan ledakan.
Sejak itu, Lu Feng mencegahnya makan tanpa pandang bulu.
Namun, An Zhe ingin memakan sepotong tanaman merambat kecil ini. Perilaku ini tidak akan membahayakan kehidupan tanaman merambat itu sendiri. Tanaman merambat ini bukan tanaman merambat tidak biasa, ini hanya tanaman merambat dengan bunga yang indah.
An Zhe dengan lembut menggores di kulit tanaman merambat dan cairan keluar.
Saat ini sangat ... tenang. Ketika miselium dicelupkan ke dalam cairan hijau pucat, angin Abyss bertiup melalui langit yang dingin, menghembuskan tanaman merambat yang melekat pada Institut. Matahari, bulan, bintang-bintang, semua yang ada di langit bersinar. An Zhe memejamkan mata dan tubuhnya juga menjulur seperti tanaman merambat. Lu Feng tepat di sampingnya, jadi dia tidak perlu khawatir tentang apapun. Dia membiarkan Lu Feng setengah menggendongnya untuk duduk di bangku kayu panjang di koridor hijau gelap.
Mungkin kondisinya normal dan tanaman merambat itu normal. Lu Feng tidak mengizinkannya makan tanaman merambat ini, tetapi Lu Feng juga tidak menghentikannya.
Ini adalah kelalaiannya.
Dia berbaring di lengan Lu Feng, menggenggam tangannya. Pikirannya berserakan seperti direndam dalam air hangat.
"Ini sudah tumbuh di sini selama bertahun-tahun. Awalnya tanaman merambat ini tidak tumbuh." Kata Zhe. "Kemudian beberapa binatang bersayap datang dengan serbuk sari dan akhirnya tanaman ini memiliki bunga putih. Sangat indah dan sangat membahagiakan."
Dia membisikkan emosi yang dia rasakan dari pokok tanaman merambat sambil mengulurkan tangannya untuk memeluk bahu Lu Feng. Dia masuk ke pelukan Lu Feng dan ia menggesekkan kepala pada leher Lu Feng. Pipinya menempel pada kancing perak yang dingin di dadanya. Itu sangat nyaman.
Lu Feng membuat 'hmm' untuk menunjukkan bahwa dia mendengarkan.
Emosi dan kenangan tanaman merambat hanyalah hal-hal sederhana dan beberapa tidak dapat dijelaskan dengan bahasa manusia. An Zhe mencari beberapa kata. "Ia juga ingin memiliki bunga biru. Kemudian ... dia juga berharap akan ada burung, kupu-kupu, atau lebah yang datang lagi, menyerbukinya dan kemudian akan menghasilkan buah."
Setelah itu, tidak ada yang bisa dikatakan.
Lu Feng menggosok rambutnya.
Pada saat ini, komunikator Lu Feng menyala. Dia mengambil komunikator dan An Zhe juga melihat ke layar. Itu adalah pesan dari dokter yang sudah pergi: "Kamu benar-benar tidak akan mempertimbangkan Ekstrak No. 1014? Temanmu benar-benar membutuhkanmu. Dia membutuhkan subjek percobaan."
— Dokter belum menyerah pada ekstraknya. An Zhe tersenyum ketika dia melihat Lu Feng menyentuh tombol pada komunikator dan membalas: "Tidak."
Dokter itu menjawab: "Mengapa sikapmu begitu dingin? Bukankah penglihatan malam itu hal yang baik? Apakah kamu tidak membutuhkannya? Setiap kali kamu pergi ke Abyss, aku khawatir tentang keselamatanmu. Jika kamu disuntik dengan Ekstrak No. 1014, maka aku akan bisa santai."
Dia mengatakan yang sebenarnya.
Lu Feng bertanya-tanya: "Bukankah kacamata inframerah lebih mudah digunakan?"
"Maka kamu bisa mempertimbangkan Ekstrak No. 1015, sayap membran hitam murni. Dengan lebar sayap 4,3 meter. Kamu bisa terbang, itu sangat keren. Aku sungguh berharap kamu dapat mengalami pengalaman meluncur di udara."
"Apakah kamu mempertimbangkannya?"
Lu Feng: "Tidak."
Dokter merespons dengan cepat, dan kebencian dalam ketikannya dengan cepat dapat dirasakan di layar.
"Waktu telah berubah, Tuan Hakim."
"Kamu harus melupakan teori garis keturunan manusia, melepaskan prasangka buruk di hatimu dan merangkul gen asing."
Tanggapan Lu Feng masih sederhana dan tidak berbeda: "Terima kasih."
"Kamu aneh. Apakah kamu memerlukan konseling psikologis?"
"Tidak perlu."
"Kamu tidak punya harapan!" Dokter bahkan mengirimkan tanda seru.
Kemudian muncul pesan: "Kapan kamu akan sembuh dari sterotip garis keturunan dan moralitas? Aku ingin menyiram ekstrak padamu."
Jelas sekali, dokter itu sedang marah. Dia selalu seperti ini setelah promosi ekstraknya gagal.
Lu Feng masih tampak tenang saat dia membalas: "Aku normal."
"Pilih salah satu dari 1014 dan 1015 dan aku akan percaya padamu."
Lu Feng: "......"
"Lihat, kamu tidak punya harapan."
Lu Feng sedikit mengernyit. Setelah sekian lama, ia mengetik satu kata di layar dan mengirim: "Jelek."
Ada keheningan singkat.
Dokter: "......"
Dokter: "......"
Dokter: "......"
Dokter mengatakan kepadanya: "Kamu benar-benar baik."
Lu Feng melepaskannya. An Zhe memegang komunikator dan melihatnya sambil tertawa.
Dia pikir dokter itu seharusnya sudah tahu — dia sudah menebaknya sejak lama.
Setelah 'suara lonceng', banyak orang secara sukarela menerima beberapa frekuensi yang bersertifikat dan aman. Beberapa orang menumbuhkan sayap, beberapa orang memperoleh kemampuan fotosintesis, dan tentu saja, beberapa memiliki penolakan. Beberapa tidak mendapatkan apa-apa meskipun menyatu dengan frekuensi.
Namun, Lu Feng menolak hal semacam ini.
Tentu saja, alasannya bukan apa yang disebutkan oleh dokter. Lu Feng tidak peduli tentang silsilah garis keturunannya yang terkontaminasi oleh monster.
Alasan sebenarnya sederhana.
Lu Feng berpikir bahwa monster ini, atau spesies heterogen, sangat jelek.
Dia bisa hidup berdampingan secara damai dengan manusia yang telah menyatu dengan gen lain di Institut, tetapi menumbuhkan sesuatu yang lain di tubuhnya adalah hal yang mustahil.
Dia membencinya.
An Zhe menyingkirkan komunikator dan menatap wajah Lu Feng. Sudutnya cukup untuk melihat semua detail.
Lu Feng memiliki wajah yang berkesan, tetapi hanya beberapa orang akan melihat dengan cermat fitur wajahnya ini. Lebih banyak orang bahkan tidak berani menatap langsung ke wajah ini.
An Zhe berpikir bahwa alis dan matanya adalah yang terbaik. Mata ini indah dan cerah, seperti angin dingin dan bersih di atas pegunungan di Abyss. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh alis Kolonel yang tipis. Ketika dia membuat boneka di masa lalu, Boss Xiao berulang kali akan melihat kepala boneka yang kosong dengan hanya alis dan rambut yang ditanamkan di dalamnya, dan menyatakan, "Ini benar-benar dia."
Lebih jauh ke bawah, ada mata hijau gelap yang setengah tertutup bulu mata. Bentuknya jelas dan keren dan An Zhe samar-samar bisa melihat bayangannya sendiri di dalam.
An Zhe merasa bahwa jika seorang manusia terlihat seperti ini, dia benar-benar memiliki kualifikasi untuk meninggalkan semua hal yang buruk.
Menatap komunikator, pesan terakhir dokter adalah: "Kalau begitu, maksudmu aku tidak terlihat baik?"
Kolonel itu tidak menjawab.
An Zhe berbalik untuk melihat Lu Feng dan bersandar ke lengan Lu Feng lagi. Dia tidak tahu mengapa, dia hanya ingin melakukan ini. Dia agak grogi.
Lu Feng mendekatkan dirinya padanya dan bertanya, "Ada apa?"
An Zhe menggelengkan kepalanya. Lalu tiba-tiba dia teringat sebuah pertanyaan.
Dia menatap Lu Feng dan tidak berbicara.
An Zhe adalah jamur yang sering pergi tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Matanya hitam dan putih, cerah dan jernih. Tetapi, sekarang itu berbeda. Ada lapisan kabut dan kelembaban.
Lu Feng menundukkan kepalanya dan mendekat.
Dia mendengar An Zhe berbisik, "Aku juga heterogen."
"Ya." Lu Feng berkata. "Heterogen kecil."
"Apakah menurutmu jamur juga jelek?"
"Kamu baik-baik saja." Lu Feng menjawab. "Putih terlihat cantik."
"Bagaimana kalau aku jamur abu-abu?"
"Itu juga baik."
"Bagaimana dengan jamur hitam?"
"Juga bagus."
"Bagaimana dengan jamur berwarna-warni?"
"Hmm." Lu Feng menatapnya tanpa ekspresi, suaranya datar. "Aku akan memberimu jamur putih untuk dimakan."
Orang ini memiliki karakteristik. Semakin dia mengolok-olok orang, semakin serius penampilannya.
Dengan demikian, An Zhe juga tanpa ekspresi dan berkata, "Aku akan memakanmu."
Lu Feng tertawa lembut dan mengangkatnya, mengubah postur An Zhe. Lu Feng awalnya memegangnya di samping tetapi sekarang mereka saling berhadapan.
An Zhe jatuh ke depan seperti dia tidak memiliki tulang dan nyaris menyentuh dahi Lu Feng. Ini tidak biasa. Dia masih memiliki tulang tetapi pada saat ini, ada perasaan malas di setiap tulang. Dia tidak mundur. Hidung Lu Feng tinggi, membuatnya merasa agak gatal. Dengan demikian, dia menggosoknya sebelum mengubur kepalanya di bahu Lu Feng.
Lu Feng memeluknya dan mengusap kepalanya.
Lu Feng juga tampak tersenyum ketika memeluk An Zhe lebih erat.
Layar komunikator mati lalu menyala, mati lalu menyala lagi. Dr. Ji masih tanpa lelah mengirimkan pesan umpatan. Lu Feng melirik kata-kata amarah dokter, mengingat percakapan sebelumnya, dan menoleh ke An Zhe.
Dia bertanya, "Apakah standar moralku tinggi?"
"Huh?" An Zhe tidak mengerti untuk sementara waktu. Dia memikirkannya lalu menjawab, "Kamu orang yang baik."
"Oh."
An Zhe merasa bahwa jawabannya mungkin sedikit acuh tak acuh, ia menambahkan, "Kamu sangat baik pada kami."
Lu Feng bertanya, "Siapa aku bagimu?"
"Bagiku ..." renung Zhe. "Terkadang kamu tidak begitu baik."
"Kamu bisa menjawabnya lagi."
An Zhe tidak bisa bicara, jadi Lu Feng tertawa lagi. Tawa kecilnya menyebabkan dadanya sedikit bergetar. An Zhe sangat dekat dengannya dan bisa merasakannya.
Lu Feng tidak berbicara lagi, jadi An Zhe mulai berpikir.
Tentu saja, Lu Feng baik padanya. Di Abyss, terluka adalah hal tidak terhindari. Terkadang, dia memiliki sedikit darah di lengannya dan sikap Lu Feng ketika mengobatinya membuatnya merasa bahwa dia telah mematahkan lengannya. Jika An Zhe ingin melakukan sesuatu, dia tidak akan menghentikannya. Jika An Zhe tidak ingin melakukan sesuatu atau tidak setuju untuk melakukan sesuatu, bahkan jika ini jarang terjadi, Lu Feng tidak akan memintanya.
Namun, pria ini sering menggertaknya mengenai hal-hal kecil. Pria ini telah mengungkapkan wujud aslinya sejak saat dia menangkap An Zhe untuk dimasukkan ke penjara.
Lu Feng juga baik pada Dr. Ji, meskipun mereka berdua tampak saling olok-mengolok setiap hari.
Lalu, dengan orang lain —
Perlakuan Lu Feng terhadap mereka, tentu saja, tidak didasarkan pada apa-apa.
Jika Institut menghadapi bahaya, tidak peduli siapa yang berada di ruangan bersama Lu Feng, Lu Feng mau tidak mau, akan membiarkan orang itu pergi terlebih dahulu dan dia akan menghadapi bahaya sendirian. Jika seseorang meminta bantuan, Lu Feng tidak akan menolak.
Tetap saja, ini terbatas pada ini. Dia tidak akan melakukan percakapan berlebihan dengan orang lain selain Polly jika bukan karena pekerjaan.
Hubungan antara orang-orang di Institut itu sebenarnya sangat harmonis. Sangat biasa untuk saling menggoda dan mengolok-olok satu sama lain. Ada juga banyak percakapan dan kerja sama yang damai. Namun, Hakim jelas tidak bergabung.
An Zhe berpikir bahwa Kolonel telah berdiri agak jauh untuk melindungi orang begitu lama, sehingga dia lupa bagaimana berbaur dengan mereka, atau dia tidak pernah mempelajarinya sama sekali.
An Zhe memberi tahu Lu Feng, "Kamu juga bisa sedikit menurunkan standarnya untuk dirimu sendiri."
"Bagaimana cara menurunkannya?"
An Zhe tahu apa yang ingin diturunkan Lu Feng dan menjawab, "Kamu pikirkan sendiri."
"Baik."
Suara Lu Feng dingin, tetapi sepertinya ada tawa di dalamnya. Itu suara yang sangat menyegarkan.
An Zhe berpikir, dia mungkin jamur yang baru saja bergabung dengan masyarakat manusia sampai batas tertentu dan masih harus banyak belajar. Namun, hal yang sama berlaku untuk Lu Feng. Itu sebabnya An Zhe berkata, "Misalnya, jika kamu ingin berteman dengan orang-orang di Institut, kamu dapat makan bersama semua orang dan membawakan mereka buah ketika kamu kembali dari luar."
Metode ini mungkin tidak cocok untuk Lu Feng. Dia hanya memberi contoh yang akan dipahami Lu Feng.
"Aku tidak mau." Lu Feng berkata. "Aku makan denganmu dan membawakanmu buah-buahan."
"Itu berbeda."
"Huh?" Lu Feng menggunakan nada nasal yang umum ketika menggoda An Zhe. "Apa bedanya?"
An Zhe tidak ingin berbicara dengan orang ini sehingga dia menggigit leher Lu Feng. Sepertinya sakit jadi dia memberi ciuman setelah gigitan untuk menebusnya.
Suara Lu Feng berisi tawa. "Kamu benar."
An Zhe selalu merasa bahwa dia dan Kolonel telah membicarakan hal-hal yang berbeda sejak awal. Dia ingin mengangkat tubuh bagian atasnya untuk menggosok wajah Lu Feng.
Dengan demikian, dia meletakkan tangannya di bahu Lu Feng dan mundur sedikit.
Pada saat ini, tubuhnya melunak tanpa alasan. Dia hampir tidak bisa menstabilkan dirinya dan dia tertanam ke depan.
— Dia menanamkan dirinya di tubuh Lu Feng.
Lu Feng mendukungnya. "Apa yang salah?"
An Zhe menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang.
Lu Feng mengulurkan tangan untuk menyentuh dahinya tetapi tidak menemukan apapun. An Zhe bersandar pada bahunya, terengah-engah, dan tidak bisa menggunakan kekuatan apa pun. Dia bergumam, "Aku merasa tidak nyaman..."
"Dimana kamu merasa sakit?"
Tiba-tiba An Zhe melingkari tubuhnya sendiri pada Lu Feng. Sulit untuk menggambarkan perasaannya saat ini dalam bahasa manusia. Itu seperti ... seperti dipanggil oleh alam, menunggu sesuatu terjadi. Terakhir kali ia merasakan ini adalah ketika spora itu pergi. Tetapi kali ini berbeda.
Apakah dia akan membuat spora baru lagi dan memulai perputaran pelayuan dan kelahiran kembali? Tidak, itu tidak benar. Saat ini, dia hanya ingin dekat dengan Lu Feng. Lu Feng mengambil tangannya. Tangan Kolonel terasa dingin, tetapi pada saat berikutnya An Zhe menyadari sesuatu. Suhu tubuh Lu Feng normal sedangkan dia sendiri sangat panas.
Dia menggosok bahu Lu Feng, menggelengkan kepalanya, dan menutup matanya. Kemudian dia melihat beberapa pandangan buram di depannya.
Angin. Angin musim panas bertiup dari selatan Abyss. Hutan itu seperti lautan hijau gelap yang berhembus dalam angin. Daun tanaman merambat baru juga bergoyang-goyang dengan lembut pada musim panas ini. Musim panas adalah musim berbunga. Di celah antara dedaunan dan cabang-cabang, bunga-bunga seputih salju tumbuh seperti jamur yang muncul dari tanah setelah hujan. Kelopak bunga menghiasi langit.
Lalu tunggu.
Apa yang dia tunggu?
Menunggu burung-burung, menunggu kupu-kupu.
Apa yang akan dilakukan burung dan kupu-kupu?
An Zhe mendengus tidak nyaman.
Sumber masalahnya ada pada tanaman merambat itu.
Dia telah mengabaikan peringatan Lu Feng dan memakan cairan dari tanaman merambat, menyebabkan gejala aneh ini muncul. Rasanya seperti dia jatuh pingsan selama tiga jam setelah memakan gen kentang.
Lu Feng mengangkat kepala An Zhe dan menepuk pipinya dengan lembut. "An Zhe?"
An Zhe sadar, tapi dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Lu Feng mengangkat An Zhe sedikit untuk memeriksa kondisinya, membuat An Zhe sangat tidak nyaman. An Zhe terus berbaring di Lu Feng sambil berbisik, "tanaman merambat..."
"Apakah itu menyakitkan?"
An Zhe dengan cepat menarik tanaman merambat yang tergantung di koridor ke depannya. "Tanaman merambat."
Lu Feng memegang An Zhe, bernafas lega. Penampilan An Zhe yang sekarang seperti tidak kesakitan.
Lu Feng menepuk-nepuk punggung An Zhe. An Zhe bersenandung dan mendorong dirinya kembali ke pelukan Lu Feng.
Lu Feng melirik tanaman merambat hijau berbunga yang menggantung seperti air terjun.
Di balik tanaman merambat ada bangunan Institut putih, yang untungnya, tidak jauh dari tempat tinggal mereka saat ini.
Tercium aroma bunga samar di angin. Pada saat ini, ada juga aroma segar, hampir tak tercium karena sangat samar. Aromanya seperti rumput dan bunga putih setelah hujan.
Mirip lingkungan seperti ketika jamur tumbuh dan setelah beberapa musim hujan, aroma itu akan menjadi aroma jamur itu sendiri.
Hakim menghela nafas dengan cepat.
Dia memegang bahu An Zhe dan membuat An Zhe menatapnya.
Jari-jari An Zhe dengan erat mengepal pada kain lengan Lu Feng, An Zhe menatap matanya dengan bulu mata basah yang ditutupi dengan tetesan air kecil.
"Kamu jamur," kata Lu Feng padanya. "Kamu tidak bisa makan apa saja."
An Zhe memandangi tanaman merambat. Tidak ada tanaman merambat yang lebih normal di dunia daripada ini, tetapi itu masih membuatnya sangat tidak nyaman. Hanya karena dekat dengan Lu Feng bisa meredakannya. Sama seperti tanaman merambat yang menunggu kupu-kupu.
Dia mengerutkan kening dan melirik Lu Feng.
Lu Feng juga menatapnya.
Lalu dia diangkat.
"Ingat baik-baik kali ini."
***
5 notes
·
View notes
Text
Time’s
Apapun itu bahkan yang ada dihadapanmu akan memudar lalu menghilang dan sirna seiring berjalannya waktu. Waktu adalah nyawa yang tak dapat kau beli atau tukar dengan apapun itu untuk mendapatkan nya, waktu akan membawamu pada cerita – cerita lainnya. Langit tampak tak secerah hari kemarin siang yang begitu cerah dan sejuk. Langit, begitu kelam tak berawan terang , rintik hujan perlahan satu persatu jatuh membasahi permukaan bumi . Namun, tiba-tiba saja keadaan menjadi gelap gulita senyap tak bersuara, Oh tuhan aku begitu takut pada kegelapan ini . Aku, mencoba berjalan meraba – raba setiap ruang yang dapat membuatku mendapatkan cahaya menelusuri setiap ruang gelap dengan tanganku, Tapi rasanya aku lelah untuk tetap menelusuri habis ruang yang tak berujung ini. Langkah kakiku tiba-tiba saja terhenti menatap sebuah cahaya disudut ruangan yang membuatku sedikit bingung ruang apa itu. Degup jantungku berdetak tak beraturan, bahkan peluhpun membasahi dahiku aku merasa akan mati jika menatap cahaya dan seseorang yang berjubah hitam itu menghampiriku.
Tuhan ada apa ini? Aku bertanya dalam hatiku .
Ingin rasanya ku berteriak pada keadaan agar siapapun mendengarku dan menarikku keluar dari ruang mimpi ini. Tidak , dia semakin mendekat mengulur tangan nya padaku dengan wajah tak berekspresi tersebut.
Bangunkan aku tuhan kumohon! aku ingin bangun dari mimpi buruk ini. Nafasku seperti tercekat membuatku tak dapat bersuara, hanya dapat pasrah terjatuh dalam ruang gelap tersebut. Mungkin aku tak sadarkan diri sekarang . Aku tersadar dengan rasa yang tak biasanya ku raskan dan saat aku mencoba bangkit dari tempat tidur lalu menatap keadaan asing disekelilingku, aku berada di ruangan yang serba putih dengan bau obat-obatan dan bunyi sebuah alat yang dapat kuketahui apa itu . Tetapi , mengapa aku disini ? Bukankah aku berada dirumah tertidur dengan mimpi buruk semalam ? Dimana mama, papa, dan kaka? Aku mencoba keluar dari ruang itu membuka pintu dan melihat mama yang menangis histeris dipelukan papa yang juga menahan tangisnya, matanya berkaca – kaca. Aku pun mendapati kaka yang berwajah sedih sedang berbincang dengan sosok gadis yang mungkin berusia sama denganku. Ya , dia Aurin sahabatku yang sangat bawel dengan celotehannya yang banyak yang sering kudengar selama dikelas. Sungguh , aku tak mengerti ada apa dengan keadaanku sekarang. Aku mendekati mama dan papa mencoba bertanya apa yang terjadi . “ Mah, pah ada apa ini ?“ Tanyaku dengan kekhawatiran tapi tak ada satupun orang yang menjawabku. Mereka mengacuhkanku kembali sama seperti biasanya. Dan, akupun mencoba mendekati kak Rezha yang bercengkrama bersama Aurin . “ Kak , ada apa ini? Rin , kenapa semua ini? tolong jawab aku”. Tanyaku lirih. Namun nihil, tak ada jawaban dari mereka . Kenapa mereka semua mengacuhkanku ? Apa yang telah ku perbuat , sehingga mereka tak ingin melihat dan mendengar suaraku. Air mata pun jatuh membasahi pipiku, rasanya aku tak berguna bagi siapapun lagi tubuhku merosot begitu saja pada dinding mengeluarkan setiap rasa yang ku pendam, memicingkan mataku dan terbawa pada suasana hening kini. Tubuhku terasa hangat sejenak saat sebuah rengkuhan pelukan dari seseorang yang membuatku membuka mata siapa objek itu . “ Oliv..jangan sedih sayang , bunda disini “ Aku hanya menatapnya tak percaya membuatku ingin berteriak keras “Bun, Bunda? Ini bunda ?” Ucapku tak percaya mencoba menggenggam tangan nya. Wanita cantik itu hanya tersenyum mengangguk menjawab pertanyaanku barusan. “ Bun kenapa ada disini ?” Tanyaku lagi. Tetapi bunda terdiam menatapku seperti iba , ia mengusap pipiku bagaikan mencoba menyayangiku seperti anak kandungnya . Bunda Lia , dia sosok wanita yang selalu membuatku merasa teduh dan tenang di dekatnya . Merasakan sebuah arti kasih sayang yang sesungguhnya yang aku bahkan jarang mendapatkannya dari ibu kandungku sendiri . Lagi dan lagi, aku teringat masa masa dimana aku merasa terpukul ketika mamahku sendiri membawaku ke psikiater hanya karna diriku dianggap tak waras karena bertingkah seperti yang tak sewajarnya. Tetapi, bunda bilang aku tidak seperti itu. Bunda selalu membantuku dan melepaskanku dari tempat itu. Bunda bahkan bilang bahwa ada saatnya aku mengetahui tentang diriku sendiri, aku terkadang merasa lelah dan kesal pada keadaan yang seperti tak menerimaku dan bahkan mengataiku gila. Semua itu, membuatku menjadi anak nakal dan selalu mengganggu orang orang bersama teman kecilku. Namun, perlahan hingga umurku beranjak 14 tahun. Sungguh, ini sulit dan membuatku terpukul. Tak satupun mengertiku sekarang kecuali beberapa orang termasuk Alif dan pujaaan hatiku yang membawaku menari bersama sang alam melupakan sedikit rasa sakit yang mendekam di diri ini. Aku tak memiliki teman yang lain. Semua orang menjauhiku, dan hanya akan datang disaat mereka perlu. Aku menjadi sosok pendiam yang anti sosial pada saat itu juga seharusnya aku mendapatkan rasa kehangatan itu. Semenjak kepergian bunda aku hanya menyimpan beban ini sendiri dan sedikit berbagi pada alif yang mengertiku. Semuanya seperti mimpi dalam tidur. Walaupun sekarang keadaanku berbeda, aku sekarang berada pada tingkat kehidupan anak SMA yang katanya begitu manis. Itu semua datar untuk ku, hanya satu persatu yang mengerti, Seperti Aurin sang alien yang selalu suka berbicara dengan ucapan-ucapan majas yang iya lontarkan secara tanpa sadar.
“ Olivia” Tegur bunda memecahkan pikiranku yang tanpa ku sadari , aku baru ingat tentang kejadian beberapa hari lalu tapi. “ Bun, ap..apa yang terjadi ?” Suaraku berubah menjadi parau dan mataku mulai memanas. Sesak rasanya. Tuhan benarkah ini semua? Tangisku pecah bersamaan bersama beberapa orang yang kini histeris menangis saat sosok dokter dan suster keluar dari ruangan dengan sebuah jasad yang ditutupi kain putih. “ Oliiiiiiiiv!!” Teriak mama menggelegar tak kuasa menahan tangisnya saat seorang suster membuka kain itu sebatas dada. Aku menutup mulutku rapat tak percaya dengan kenyataan yang kulihat. Aku mencoba mendekati kerumunan. “ Mah, ini Oliv mah. Oliv disini mah” ucapku dalam tangis yang tertahan. Aku mencoba meraih tangan mamah, namun tanganku menembus tangan mamah. Semua tak bisa kusentuh. Kulihat mamah roboh ditempat. Aku, tak menyangka jika jasad yang ada dihadapanku adalah diriku. Kini tatapan mengarah pada aurin yang menangis lemas bersama alif disampingnya . “ Al..alif” Gumamku dengan suara parau. Aurin tampak menjatuhkan sebuah notes dengan bersampul biru pada luarnya, aku meraih benda itu dan mendapati sebuah tulisan tentangku.
- The rainbow world –
Pukul : 22.30 WIB 25 Desember 2013 Tentang seluruh rasa yang kini mulai terbang bersama sang jiwa-jiwa yang pergi . Kepada sang langit , yang tak secerah hari lalu . Tentang sang rembulan yang kini tak lagi terlihat , dan memilih pergi bersembunyi dibalik awan . Harusnya kau disini bulan . Tuhan , dimana sang bulan ? Apa yang salah dengan keberadaan nya. Iya , hanya ingin bernafas dan hidup seperti objek lainnya tanpa ada orang yang mencelanya . Kenapa mereka membuatnya memikul beban sendiri ? Walau semuanya adalah tumpangan sesaat .
26 Desember 2013 Pukul : 13.00 WIB Jika itu adalah kebahagian darimu tuhan tak apa bawalah dia pulang pada pangkuanmu , dan tempatkanlah dia pada tempat yang sepantasnya disisimu .
27 Desember 2013 Pukul : 10.45 WIB Olivia Meriska, si gadis pintar dengan kelebihan-kelebihan yang anak seumurannya tak punya. Seharusnya, tak ada yang salah dengan keberadaannya. Tuhan hanya melahirkannya ke dunia dengan sebuah tujuan. Melihat bayangan sebuah sosok, melihat masa lalu dan bahkan masa depan itu bukan keinginannya, menjadi sosok yang sebanding dengan orang dewasa lain nya juga bukan kemauannya. Lalu, mengapa beberapa dari mereka harus menganggap jika dia adalah anak tidak waras? Apa karena suka bercerita pada sosok yang tidak terlihat? Jika dia adalah aliran sesat . Haruskah aku berteriak pada sang alam? Aku tahu bahwa tuhan selalu menciptakan setiap perbedaan pada makhluknya. Setiap kelebihan pasti ada kekurangan. Tidak, aku tidak mengatakan bahwa aku percaya jika temanku adalah TUHAN yang tahu segalanya, tidak . Tetapi dia adalah anak yang tuhan beri kemampuan diluar batas kemampuan anak lainnya . Entah itu bernama indigo atau semacamnya. Aku hanya memahaminya , bagaimana harus berteman dengan anak sepertinya . Mencoba menyamai pola pikiran nya yang terbilang dewasa. Dia hanya ingin menjadi anak biasa yang merindukan sosok kehangatan sebuah keluarga tidak lebih. Tetapi tuhan, dia sekarang menjadi seperti sosok ilalang yang terlihat liar tertiup kesana kemari untuk mendapatkan kebahagian nya. Tuhan , rasanya aku tak kuasa menahan nya. Dia telah terlalu lama menjadi kuat, sosok yang selama ini menjadi titik tumpu bagi orang-orang yang iya sayangi. Dia, bahkan tak ingin sama sekali menjadi berlian yang hanya menjadi hiasan semata terbeli dengan uang dan uang. Lalu pada siapa hatinya berteriak? Tuhan bila sudah saatnya, biarlah mata itu tertutup, telinga itu tak mendengar setiap kicau2an yang iya dengar. Biarkan tubuh itu tertidur pulas diantara rembutan hijau yang menyelimuti tanah berat beratapkan langit dan berselimutkan angin dan awan putih. She’s like an angel in mylife. The best friend to me , thanks god.
Aku menangis bahagia karena temanku yang bahkan tak terlalu mengenalku begitu paham akan diriku. Di diary itu.
“ Oliv..Waktunya kita pergi nak” Ucap Bunda padaku membuatku berpasrah diri.
“Iya,bunda. Selamat tinggal semuanya” aku pun pergi meninggalkan tempat itu dan mengikuti bunda pergi menghilang bersama cahaya putih yang menyertai kami.
•Pages 1, Chapter 1 in New rainbow book 01 January 2014 Pukul : 00.00 WIB
Ledakan-ledakan yang begitu nyaring menyeruak di indra pendengaran dan warna-warni api yang menyebar luas dilangit menghilang tanpa jejak . Ketika semua suara bersorak-sorak menyambut sang jiwa baru pada hidupnya . Aku tersenyum pada langit meyakinkan sosok yang selama ini kulihat tidak pernah mati , ia hanya hidup pada tempat yang lebih baik tersenyum diatas langit melihatku disini dengan orang yang iya cintai . Walau sejatinya terkadang masih ingin tetap disini . Mungkin , inilah jawaban yang iya rasa dan lihat selama ini . Tuhan , membawanya kembali pulang dengan sebuah mimpi yang iya sudah tahu itu .
— Hiduplah dengan sayap-sayapmu yang bertemankan sang malaikat disisimu oliv We’ll miss u —
2 notes
·
View notes
Text
Semeru exp.
Gaess aku mau menuliskan perjalanan pendakianku ke sgunung semeru gaess. Sebenarnya saya agak bingung mau ke Semeru atau tidak karena pada saat itu ada pertemuan chevening dan saya tidak hadir. Mungkin pihak chevening cukup kecewa karena saya tidak hadir. Jadi gaess dari arjosari aku naik colt putih ke arah tumpang untuk ke semeru saya mesti register online dan cek kesehatan dan minimal 4 orang. Akhirnya saya tidak bisa berangkat pada hari itu. Saya terpaksa menginap di Pasar Tumpang Gaess. Esoknya saya mencari informasi tentang pendaftaran online. Kebetulan ada pendaki yang bisa diajak pendaftaran minimal kuota 4 orang Setelah itu saya cek kesehatan di puskesmas tumpang . Kami menyewa truk dari Tumpang ke Ranupani kira kira 50.000. Ya kami duduk di belakang truk dan saya sangat senang sepanjang perjalanan sungguh amat indah. Jalur transportasi untuk pendakian ke semeru via tumpang memang sungguh menawan. Barisan pegungan bukit dan jurang-jurangnya tak terkatakan indahnya. Angin sepoi sepoi yang sejuk menerpa wajah. Jalanannya menanjak dan berkelok kelok membuat dag dig dug. Truk akhirnya melewati desa ranupani Lumajang.Di desa Ranupani banyak terdapat kebun sayuran dan terkenal dengan kentangnya. Saya lihat rumah penduduknya bagus dan ada parabolanya. Kami sampai di pos pendakian Ranupani. Pendaki yang datang tidak bisa langsung naik ke Semeru karena ada kuota pendakian 600 orang per hari untuk konservasi Gunung Semeru. Banyak orang yang menginap di Camp Ranupani untuk mendapatkan kuota pendakian. Akhirnya saya pergi ke ranu regulo dekar ranupani. Untuk ke ranu regule saya melewati ranu pani. Danaunya sangat indah. Akan tetapi terdpat gulma yang menutupi danau waktu saya ke sana. Saat ini keadaan di ranu pani lebih bersih gulmanya karena ada bersih bersih massal gulma Ranupani. Kira kira jalan 1 km saya menjumpai ranu regulo. Saya tidak menyangka danaunya akan seindah itu. Benar benar seperti di luar negeri. Saya berhenti sejenak untuk menikmati keindahan danau. Ranu pani dan ranu regulo kira kira berada di atas 2100mdpl . Sesudah beristirahat sejenak di Ranu regulo saya kembali ke basecamp. Saya menginap malam itu di basecamp suhu kira kira ada 15°celcius. Saya tidak membuka tenda karena akan repot membungkus tenda. Jadi ada beberapa pendaki yang sehabis turun gunung dan kami sharing pengalaman pada waktu naik semeru. Akhirnya kami bisa istirahat. Beberapa pendaki yang bersama kami di truk mendapatkan lebih dahulu. Setelah menunggu sehari rombongan kami mendapatkan ijin untuk mendaki. Sebelum berangkat kami harus ikut briefing dari saver semeru mendengar penjelasan mengenai segala sesuatu tentang Semeru mengenai keselamatan menjaga kebersihan dan sebagainya. Pada saat saya ke Semeru kami tidak boleh membawa tissue basah karena tissue basah sulit untuk terurai. Pada waktu itu saya membawa tssue basah dan menaruhnya di camp Ranupani. Kami berangkat dan menyusuri jalan dan menjumpai jalan beraspal di ranu pani. Aku sangat terkagum kagum sesudah melihat keindahan Ranu pani dan ranu regulo OMG kami kembali disuguhi Pemandangannya sangat indah. Untuk pos pertama pemandangan yang terpampang sungguhg amat indah. Setelah mendaki berbagai gunung saya merasa bahwa gunung Semeru adalah juara dalam hal keindahan. Seperti biasa aku berjalan cukup lama. Jadi teman pendakian berangkat saya persilakan berangkat terlebih dahulu. Kadang kami bertemu lagi tergantung kecepatan. Jika merasa lelah saya bisa berhenti di track makan permen kopiko minum air dan makan kentang atau telur rebus untuk mengatasi lapar Dari Ranu Pani sampai dengan Ranu Kumbolo jalannya lumayan datar dan panjang sehingga pendakian kami cukup ringan sepanjang track ini. Kami juga menjumpai pedagang gorengan dan semangka di pos peristirahatan. Kalau boleh saya bilang semangka di Semeru adalah semangka terenak di dunia. Mengapa bisa demikian karena segala makan di atas gunung akan terasa sungguh lezat jika dimakan di atas gunung. Jika Anda tidak percaya silakan buktikan. Sepanjang trekpendakian yang datar itu banyak sekali pendaki yang akan pergi menuju ke ranu kumbolo . Kami kadang berjalan beriringan dan bersama - sama. Kebahagiaan ketika akhirnya salah satu pendaki berkata air ari dan aku melihat danau dari jauh. Danau yang sudah melegenda itu. Sepert danau danu di Switzerland. Keindahan Indonesia tiada duanya. Saya tidak bisa berheti mengagumi keindahan karya Tuhan sungguh luar biasa Tuhan ketika menciptakan Ranu Kumbolo. Hamparan bebukitan teletubbies terlihat sangat luar biasa. Letak Ranu kumbolo agak ke bawah sehingga kami harus turun. Ada perasaan yang berbeda ketika bertemu dengan Ranu kumbolo. Saya ingin tinggal lebih lama disitu untuk melihat keindahannya. Akhirnya saya menginap semalam dan saya mendirikan tenda di ranu kumbolo. Hari itu cuaca cukup dingin dan saya membuat indomie dan coklat hangat. Masih ada telur rebus yang aku bawa.Indomie dan coklat hangat memberikan kekuatan ditengah dinginnya cuaca. Ranu Kumbolo hari itu nampak berwarna warni karena ada perkampungan tenda pendaki. Beristirahat malam itu di ranu kumbolo saya ingin sekali keluar menyaksikan milky way akan tetapi saya tidak kuat keluar karena terlalu dingin. Besoknya saya berangkat ke kalimati dengan jalur tanjakan cinta. Yah tanjakan cinta terkenal dengan mitos kita tidak boleh menoleh ke belakang akan tetapi tetap saja saya menoleh karena saya tidak ingin kehilangan pemandangan ranu kumbolo. Lumayan menanjak juga tanjakan cinta ini. Ya iyalah namanya juga tanjakan. Dan akhirnya aku sampai di ujung tanjakan menuju oro oro ombo. Oro oro ombo adalah padang rumput yang sangat cantik dan luas. Entah ada berapa kali ukuran lapangan bola. Di musim hujan oro oro ombo akan ditumbuhi tanaman verbenna yang berwarna ungu. Walaupun sebenarnya termasuk golongan gulma akan tetapi tanaman ini berfaedah untuk bahan kosmetik. Pada waktu saya mendaki disana tanaman ini tidak berbunga gaess. Saya bersyukur sekali diberikan kesempatan untuk melihat padang rumput yang sungguh cantik dengan segala bebukitannya. Seandaimya banyak waktuku saya ingin sekali mengeksplore oro-oro ombo. Sesudah dari tanjakan cinta saya menyusuri jalan setapak di oro oro ombo dan sampai di cemara kandang. Saya membeli gorengan dan semangka disitu Rp 5.000. Rasanya segar sekali dan enak. Kemudian saya melanjutkan perjalanan dari cemara kandang jika merasa capek saya sering sering berhenti. Banyak pendaki yang lewat ketika saya istirahat. Tracknya naik turun menanjak dan harus memanjat sambil membawa tas carrier. Ada juga beberapa pohon tumbang. Saya melewati salah satu pos pendakian sebelum kalimati. Banyak hal yang aku renungkan mengenai kehidupan. Bahwa kehidupan ini layaknya seperti mendaki kehidupan. Jalannya terjal berbatu. Akan tetapi kita tidak boleh kawatir karena ada keindahan yang akan kita saksikan. Disitu ada warung yang jual minuman. Pada saat itu banyak pendaki istirahat disitu. Ada satu kebiasaan jika kami bertemu di jalan dengan sesama pendaki mengucapkan mari mas mbak monggo. Semangat ya untuk menunjukkan keramahan antara sesama pendaki. Dari pos ini aku disuguhi pemandangan kebun edelweiss yang mempesona walaupun musimnya tidak berbunga maksimal akan tetapi saya bahagia sekali karena saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri. Tak lama kemudian saya sampai di Kalimati.Saya bertemu dengan teman pendaki yang bareng dengan saya di truk dari jakarta. Kemudian saya mendirikan tenda dan istirahat untuk persiapan summit attack. Sebenarnya saya mau berangkat jam 6 malam tetapi pendaki lain jam 11 malam. Padahal saya berjalan cukup selow akan tetapi daripada saya jalan sendiri saya memutuskan naik bareng dengan rombongan. Jam 11 malam kami berangkat dan berdoa supaya diberi selamat. Ekspedisi kami dimulai inilah petualangan sesungguhnya. Senter rombongan menyala menembus kegelapan. Gerakan sungguh sangat lincah dari kalimati sampau arcopodo. Ada spot dimana aku bisa melihat lampu kota dari atas. Aku merasa wow luar biasa dan kami berjuang untuk menuju atas dan akhirnya sampai di arcopodo. Cemara tunggal adalah satu satunya pohon sebelum kami bertemu gunung pasir. Kami harus hati-hati karena ada blank 75 yang sangat berbahaya. Ternyata track gunung pasir sangat berat sehingga harus dibantu pendaki lain untuk sampai ke atas. Juga saya kelelahan karena pendakian tanpa henti apalagi saya cuma memaki sandal gunung dan kaos kaki kerikil masuk ke dalam kaos kaki sehingga menyakiti kaki saya. Memang semakin tinggi oksigen semakin menipis saya berusaha kuat untuk naik. Seharusnya aku membawa tabung oksigen,teman saya pendaki dari Jakarta pernah bertanya apakah saya membawa masker oksigen. Jadilah semalam malaman aku berjuang di atas gunung. Aku ingat seharusnya aku mengoleskan minyak kayu putih untuk mengusir dingin. Mungkin malam itu aku hampir menyentuh langit. Tentunya gaes aku ingat kalau naik gunung kita ngga boleh misuh misuh. Ketika berada diatas gunung harus selalu berdoa di dalam setiap langkah agar pendakian kita menjadi berhasil. Selain itu kita belajar berserah kepada Yang Maha Kuasa apapun usaha yang kita lakukan. Malam itu benar benar saya selalu ingat akan bapakku yang terbaring sakit. Saya berdoa supaya bapakku selalu sehat. Jam 9 pagi semua pendaki diharuskan turun dari puncak Semeru karena asap jonggring saloka yang mengandung belerang sangat membahayakan pendaki dan mengandung racun. Di atas gunung pasir semua serba pasir tidakan ada pijakan yang keras sama sekali. Ternyata hidup itu lebih keras jika tidak ada pijakannya ya gaess. Saat itu pukul 6 pagi dan masih ada 3 jam lagi. Aku akan terus berusaha seberapa pun hasilnya. Mungkin saya sudah di 3600 Mdpl karena aku sudah bisa melihat bendera di puncak gaess akan tetapi arrghh ternyata masih jauh. Sudah pukul 08.00 akhirnya aku memutuskan untuk turun walaupun aku juga menyaksikan ada penndaki lain yang berjuang sampai ke puncak Semeru. Saya lebih mementingkan keselamatan gaess. Aku dibantu namanya Ijey dari bogor. Aku turun ke bawah seperti main ski akan tetapi di atas pasir dan itu sungguh sangat mendebarkan gaess. Elevasi dari semeru adalah 70 derajat jadi terbayang betapa miringnya. Akhirnya aaku sampai di cemara tunggal. Padahal gunung pasir panjangnya hanya 1 km akan tetapi tracjnya sungguh sangat menantang gaess. Dari cemara tunggal aku dibantu oleh pirter yang sangat berpengalaman. Dia menjadi porter pendaki dari medan yang sekolah di Singapura. Porter tersebut sudah menjadi guide pendaki mancanegara. Dia mengatakan akan menjadi guide untuk oendakian di piramid cartenz. Sebenarnya ada bebarapa potensi pekerjaan ketika kita sering naik gunung : 1. Porter atau guide 2. Fotografer 3. Videografer 4. Penulis. Langkah kami santai tapi pasti. Aku menoleh ke belakang dalam hati omg tadi malam aku berjuang mati matian di atas gunung itu. Dengan cepat aku sampai ke kali mati. Aku mengucapkan terimakasih karena mau mengantarkan sampai kalimati. Tidak berlama lama akhirnya aku berkemas kemas untuk ke ranu kumbolo. Kembali aku melewati jalan jalan yang indah tadi. Sampai terhuyung huyung karena kecapaiab seelah summit. Aku disarankan untuk summit 2x akan tetapi saya tidak mau karena saya sudah sangat capek. Aku berada di temgah hutan malam malam dan bertemu dengan pendaki lain dan kami berjalan bersama. Langkah kami cukup cepat karena kami berjalan di malam hari dan kami melewati oro oro ombo. Akhirnya sampai di ranu kumbolo dan dibantu mendirikan tenda. Esok harinya saya pagi pagi berangkat untuk pulang dari ranu kumbolo ke ranu pani. Yah cuacanya berkabut dan rintik rintik dan saya tetap bertekad untuk maju terus. Bersyukur sekali diberikan keberanian sedemikian kuatnya. Saya sampai di ranu pani tiba tiba turun hujan deras. Saya berhenti di warung dan makan malam. Kira kira saya sampai di basecamp jam 6 malam saya sangat menggigil kedinginan. Beruntung saya ada perapian. Saya lanjut makan bakso dan saya ingin benar benar kembali ke Surabaya karena sudah lelah. Ada ojek yang mau turun ke Tumpang akhirnya bersyukur ada yang mau turun. Saya bertemu lagi dengan pendaki yang mengantar sampai di ranu kumbolo. Ternyata mereka mau melanjutkan perjalanan di gunung bromo. Sedangkan saya malam malam turun ke Tumpang. Dari tumpang saya langsung naik colt ke arjosari dan bus ke surabaya. Saya bersyukur akhirnya bisa bertemu rumah. Tuhan memberkati selalu
0 notes
Text
Beberapa macam Desain Plafon Terbaru
Ruang tamu adalah sesuatu penting yang biasanya jadi penilaian penting ketika terdapat tamu berkunjung ke bait misalnya mengamati model langit-langit ruang tamu. Hal ini dikarenakan https://rumahterbaru.com/model-plafon/ lapangan tamu ialah salah satu bagian dari graha yang digunakan sebagai kamar penyambutan begitu terdapat tamu. Sehingga mesti adanya model yang rupawan agar penjaga rumah & tamu kuat ketika berlabuh. Salah satu taktik yang dapat menunjang seri ruang tamu adalah desain plafon yang digunakan. Penunjukan desain plafon yang pas dapat berdampakberefek, berimbas pada keragaman di seluruh potongan rumah. Terdapat beberapa desain atau desain dari plafon, yang perdana adalah barrel vault ceiling cocok untuk ruang tamu yang memanjang, bentuk plafonnya melengkung seperti halnya busur yang cocok pada diterapkan.
Desain atau model plafon yang kedua ialah plafon barrel vault yang biasanya mempergunakan material gypsum fleksibel digunakan untuk membuat plafon rancangan ini. Dengan menerapkan rancangan plafon yang membusur jadi ruang tamu akan turun lebih hidup karena paham dari langit-langit yang bertentangan dengan rancangan lantai serta dinding yang biasanya berupa bentuk lurus. Model plafon yang membusur bakal membuat kesan yang lebih padat dan pun terbuka pada bagian celah tamu. Sanggup juga diterapkan di sisi ruang tamu sehingga pemahaman luas, menjulur dan terungkap akan kian menonjol. Kemudian bentuk plafon datar contoh cetakan custom cocok untuk langit-langit yang bukan terlalu utama akan amat cocok menggunakan model langit-langit ini. Susunan plafon yang datar bukan memerlukan penuh ruang di bagian atas. Tapi apabila didesain polos mau terlihat ajek dan pun membosankan oleh karena itu bisa disiasati dengan etiket custom.
Susunan plafon beserta cetakan yang biasanya mampu dari benda gypsum serta kayu ukir yang fleksibel karena dapat disesuaikan dengan gaya yang diinginkan pencedok rumah. Lantas plafon type grid, seminar kotak dapat dikreasikan dengan adanya rona berbeda. Misalnya adalah di bagian list model plafon ruang tamu ini dapat diberi ragam yang mustakim dan bebas kemudian pada bagian yang empat persegi menjorok terbang diberikan corak yang gelap polos.
0 notes