#( laine & liliana. )
Explore tagged Tumblr posts
liliana-parker · 7 months ago
Text
Smiling wide at the other woman's excitement, it quickly faded at the mention of death. Liliana couldn't tell if she should reply to that with some sort of apology and condolence or if she should move on. So, she just decided to meet the energy she was being given. "If I remember correctly, childhood me thought it tasted like what rainbows and sparkles would taste like," she said with a chuckle. "Just musing to the masses, I guess. Sort of boring to be here on my own."
Tumblr media
Laine had come solely to monitor the situation and force the peace if needed. They needed to show humankind the OEA could protect them from these monsters, which included keeping them in line. The more she walked the carnival, the more she decided maybe she was getting the spirit of it a little bit.
Eating anything she wanted was first on the list, so into the line for cotton candy she went. She hadn't had any of that since she was a child and her brother let her have some after sneaking into a carnival without her dad's knowing, but why not?
Why not?: that would be the theme of tonight for her. New Orleans could do without their head of the division for one teeny, tiny night. So when the pretty girl in front of her spoke, well, why not? "Me too!" She exclaimed, "which is funny because she's dead. But, you know what, maybe she's not! I never eat junk food anymore either, so I'm not sure I remember what this even tastes like." She paused as though realizing something before asking, "oh, were you talking to me?"
Tumblr media
9 notes · View notes
yoorlep · 7 months ago
Text
Today’s safe word: SISI (1)
-----
Canggung. Dilihat dari sudut manapun, pemandangan dua muda – mudi yang duduk berhadapan itu sangatlah kikuk. Gadis berambut pendek sebahu dengan kaos putih dibarengi rok selutut berwarna biru cerah serta blazer putih yang menutupi kaosnya itu terlihat berulang kali menelpon seseorang yang tak dibalas oleh orang yang ditelpon. Gadis itu menggerutu lagi, pelan. Tak ingin orang dihadapannya tersinggung. Gadis itu menundukkan kepalanya kesal, tapi sepertinya dia terlalu bersemangat hingga kepalanya menabrak meja hingga hingga menimbulkan suara ‘tuk’ yang cukup renyah.
“kau tak apa?” orang di hadapannya bertanya.
“…. Ya. Aku sengaja melakukannya�� balasnya kikuk. Lilian -nama gadis itu- belum mengangkat wajahnya karena malu. Kakinya bahkan melakukan atraksi kecil di bawah meja, kesal, gemas karena temannya tak kunjung mengangkat teleponnya dan kini hanya dirinya dan ‘pria itu’ di tengah café yang juga tengah kosong.
Cinta pertamanya, 18 tahun silam.
Apa – apaan ini.
Pria di hadapan Liliana adalah Alan. Dia adalah orang pertama yang Liliana jumpai ketika memasuki café besar dengan nuansa hijau-putih yang dipenuhi tanaman monstera di setiap sudutnya. Pria itu memakai kemeja coklat gelap dengan celana Panjang hitam. Mencuri pandang ke arah pria itu, Liliana menemukan bahwa alan tak banyak berubah – dalam artian sangat berubah— dia sangat mirip dengan alan yang Liliana kenal 18 tahun silam, tapi di saat yang sama dia terlihat sangat berbeda. Auranya, mungkin?
Tapi satu hal yang Liliana yakini, alan tetap terlihat bersinar. 18 tahun yang lalu ketika dia berlari di tengah lapangan saat bermain sepak bola, dan sekarang, saat duduk tenang di hadapannya. Dia bersinar sangat terang.
“ada apa?” alan sadar bahwa Liliana menatapnya. “tidak..” Liliana kelabakan.
“aku tak bisa menghubungi rosa” lanjut gadis itu, mengalihkan pembicaraan.
“aku juga tak bisa menghubungi finn dan yang lain” balas alan, dia mulai sibuk menelpon teman-temannya meski tak satupun dari mereka yang menjawab.
Hening. Mereka berdua terdiam. Tak ada seorang pun memulai pembicaraan. Liliana Kembali menggerutu dalam hati, “reuni bodoh..” sambil memainkan ponselnya dengan malas.
“mereka mungkin akan terlambat dating” alan memulai pembicaraan, sambal memperlihatkan pesan yang dikirim teman bernama finn itu.
“aku terjebak macet, aku akan usahakan datang secepatnya” begitulah kira- kira isi pesannya.
“aku senang kamu datang. Meskipun ini agak canggung” tambah alan, pria itu tersenyum.
“kupikir aku tak akan bertemu denganmu lagi, setelah lulus aku tak bisa menghubungimu” alan berhenti sejenak. “sudah 18 tahun sejak saat itu”
Liliana diam mendengarkan. Benar, sudah 18 tahun jadi seharusnya dia sudah bisa berdamai dengan perasaannya. Toh, perasaan itu hanya perasaan anak remaja yang seharusnya pudar seiring berjalannya waktu.
—Seharusnya pudar—
“…… ya sudah selama itu. Setelah lulus, aku ikut ayahku ke luar kota. Dan ya, banyak hal yang terjadi dan tak terasa waktu berlalu begitu saja” jawab Liliana pelan, menerawang jauh dibalik jendela café yang tengah dipandanginya.
“senang mendengarnya. Aku tahu jika itu kamu, kamu pasti akan baik – baik saja dimanapun kamu berada, buktinya ini” alan mengeluarkan sebuah buku tebal bersampul biru malam dengan ilustrasi bulan yang nyaman untuk dilihat. “aku menikmati tulisannya, benar – benar menarik” lanjut alan.
“tolong tandatangani buku ini miss, aku penggemar beratmu” alan bercanda dan mereka berdua tertawa. Liliana melihat buku tebal itu. Itu adalah buku pertamanya yang berhasil terbit 5 tahun yang lalu. Buku yang menceritakan tentang alan, yang kemudian dia samarkan menjadi orang lain.
“apa yang kamu pikirkan saat menulis buku ini,lili?” tanya alan, tawanya hilang dan dia terlihat Kembali serius. Liliana terdiam, menimbang jawaban apa yang harus dia keluarkan, atau jawaban apa diharapkan alan.
“aku…”
“aku mencarimu selama ini” alan memotong perkataan Liliana.
26/4/2024
0 notes
lainetallis-blog · 6 years ago
Note
Top 5 people you find utterly fuckable like yourself?
Why not just ask for five women I find attractive, huh? Why do you need to be weird.
@thelaurellang @mallorybordeaux @whitmemore @judithdvnprt @k9-to-five
8 notes · View notes
antariksach · 4 years ago
Text
About Fantastic Five
Entri ini berisi informasi dasar mengenai Fantastic Five dan Proyek F5.
What is Fantastic Five?
Sebelumnya, telah dideskripsikan bahwa:
Proyek F5, merupakan proyek besar yang terdiri atas beberapa proyek kecil (yang pada praktiknya tidak kalah besarnya) yang menceritakan sekelompok remaja yang bersahabat (dan bertikai dengan satu sama lain) selama menjadi siswa SMA Bomantara.
"Sekelompok remaja yang bersahabat" itu tergabung dalam sebuah kelompok persahabatan atau geng bernama Fantastic Five. Nama "Fantastic Five" terinspirasi dari Fantastic Four dalam novel High School Paradise karya Orizuka (2006) dan cuma diganti angkanya saja karena pada saat itu penulisnya (baca: saya) kurang kreatif.
Pada dasarnya, ada sepuluh remaja dalam Fantastic Five, yang sebagian menjadi tokoh utama, sebagian menjadi tokoh pendukung. Beberapa dari mereka seumuran, beberapa lagi lebih muda atau lebih tua dari yang lain. Mereka adalah Rendi, Tirta, Nawang, Adit, Dayan, Nina, Astrid, Luna, Bunga, dan Andara.
What is Project F5?
Kebanyakan naskah saya disembunyikan dari dunia. Hanya Proyek F5 yang saya izinkan untuk diakses dan dibaca, dan maka dari itu paling mudah diketahui dan dikenal.
Proyek F5 terdiri atas tiga buku yang masing-masing berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dalam satu semesta yang sama. Tiga buku itu sering saya sebut dengan kode nama. Saya selalu menyebut karya-karya saya dengan kode nama karena itu lebih praktis (dan hemat huruf). Tiga buku itu adalah:
Buku 1: Planet Luna (NL) Buku 2: Empat Pilar (RT) Buku 3: Jurnal Andara (AA)
Selain tiga buku di atas, cerita lain yang berkaitan dengan Proyek F5 adalah Episode Dayan (DB) yang merupakan prekuel dan Kronik Damas yang merupakan spin-off.
Uraian lebih lanjut tentang setiap buku:
NL and RT
Planet Luna (NL)
Menceritakan Luna dan Nawang yang sama-sama baru menjadi siswa kelas 10 di SMA Bomantara. Luna yang inferior membenci Nawang, tetapi Nawang yang baik hati ingin sekali berteman dengan Luna. Di buku ini, mereka berusaha saling mengenal, belajar memahami orang lain, menerima diri mereka sendiri, merasakan cinta pertama dan patah hati. All those freshman stuffs. Fantastic Five diperkenalkan.
Empat Pilar (RT)
Menceritakan Tirta, Rendi, Nina, dan Astrid yang merupakan 'pelopor' dari Fantastic Five. Di buku kedua ini, persahabatan mereka retak karena diguncang perubahan-perubahan yang terjadi seiring dengan semakin banyaknya orang baru dan masalah yang mereka temui di kelas 11 SMA, mulai dari menyukai pacar sahabat sampai belajar merelakan orang yang sudah meninggal. Tirta menjadi tokoh sentral.
AA and DB
Jurnal Andara (AA)
Merupakan buku final Proyek F5 dan menceritakan Adit dan Andara. Andara yang sedang mengisi gap year dengan bekerja untuk menabung dan membiayai adiknya yang bersekolah di SMP Bomantara, bertemu dengan Adit yang diam-diam menyimpan jurnalnya yang hilang. Di buku ini, Fantastic Five harus menghadapi dilema-dilema di penghujung masa SMA, mulai dari "LDR atau putus" hingga memilih untuk menuruti keinginan orang tua atau berselisih jalan dengan mereka.
Episode Dayan (DB)
Merupakan prekuel dari trilogi F5 yang berlatar kelas 8 SMP. Menceritakan Dayan, anak bandel di SMP Bomantara yang berusaha berubah agar bisa menjadi anak baik dan memiliki hidup yang normal seperti anak-anak lain yang selama ini selalu membuatnya iri. Di buku ini, Dayan baru mulai dekat dengan Rendi dan Fantastic Five, dan pertama kali berkenalan dengan Bunga.
Miscellaneous
Kronik Damas adalah cerita lepas yang ditulis untuk character study (pendalaman karakter) Damas. Damas adalah salah satu tokoh pendukung di Empat Pilar.
Andara dan Bunga tidak bersekolah di SMA Bomantara, tetapi di SMA negeri yang berbeda. Keduanya sama-sama lebih tua dari anggota Fantastic Five yang lain (Andara lebih muda dari Bunga).
Setiap buku Proyek F5 memiliki tokoh pendukung yang berbeda-beda. Sheila, Thalia, dan Cecilia di Planet Luna; Bellarina, Damas, Junior, dan Radit di Empat Pilar; Athea, Mas Hogan, Amerta, dan Ratih di Jurnal Andara; Alvin, Daniel, dan Liliana di Episode Dayan.
Hal yang saya tekankan dalam menulis setiap cerita Proyek F5 adalah pendalaman emosi atau emotional depth. Saya sering tidak menemukan itu dalam novel remaja lokal yang saya baca, jadi saya menulisnya sendiri.
Where to Read Them?
Beberapa judul Proyek F5 sudah dipublikasikan di Wattpad dan dapat dibaca secara gratis.
Baca Planet Luna
Baca Empat Pilar
Baca Episode Dayan
Baca Kronik Damas
Bila ada pertanyaan, silakan bertanya di sini (ask box) atau sini (curiouscat)!
Tumblr media Tumblr media
4 notes · View notes
catalinaroleplay · 5 years ago
Photo
Tumblr media
The following characters have been accepted into Catalina. Please submit your account to us within 36 hours and begin interacting with the group. If you need to extend time, please send us a message. Once you’ve submitted your account, please read through the CHECKLIST and have followed everyone on the BLOGROLL!
Ahren Slater played by Violet.
Amina Yilmaz played by Johanna.
Andrea Imanuel played by Nic.
Ava Halliwell played by Hailey.
Bennett Brody played by M.
Cassandra Brookes played by Z.
Daphne Palmer-Slade played by Lauren.
Ethan Price played by Pace.
Evie Morris played by Sunshine.
Faith Vaughn played by Sarah.
Freya Cadieux played by Lana.
George Graham played by Anna.
Harlow Finch played by Ella.
Henrietta Shepherd played by Daeyoon.
Holden Bishop played by Yas.
Hunter Bexley played by Ana.
Jackson Rhodes played by Olivia.
Julie Spencer played by Love.
Katia Goldman played by Say.
Lia Holland played by Kat.
Liliana Castillo played by Sophie.
Lourdes Howard played by Morley.
Naomi Lunetti played by Fiona.
Nathalia Alves played by Jas.
Olivia Nesbitt played by Vee.
Reina Rhodes played by Kate.
Rory Hirsch played by Laine.
Scott Ramírez played by Rach.
Serena Fray played by Rey.
Stella Lauren Fray played by Nic #2. 
Taylor Hemingway played by Elle.
Vera Voss played by Apryl. 
3 notes · View notes
kaoskakiceweksurabaya · 3 years ago
Text
Liliana Vampaia merupakan sosok Virtual YouTuber yang datang dari Malaysia dengan kepopuleran yang mendunia! Penasaran seperti apa tokohnya? Temukan fakta tentangnya di sini!
1. Bagian dari MyHoloTV!
https://www.youtube.com/embed/3ekPMpJClGA
Liliana Vampaia merupakan bagian dari MyHoloTV, agensi Virtual YouTuber asal Malaysia dan merupakan anggota generasi pertamanya yang akan mendapatkan kehadiran adik-adik barunya saat ini!
2. Panggilan kepada para penggemarnya!
https://www.youtube.com/embed/4uPTcQmoick
Lili merupakan seorang vampir, namun ia justru memiliki nama panggilan kocak untuk para penggemar live streming--nya, yakni para Tomatosan alias buah yang warna merahnya tidak jauh dari warna darah itu!
3. Sering kolaborasi dengan VTuber lokal!
https://www.youtube.com/embed/QChrrw0Dl9Y
Ia juga tidak jarang berkolaborasi dengan beragam macam Virtual YouTuber, apalagi ketika berkolaborasi dengan VTuber lokal seperti Zen Gunawan dari Maha5 dan Kanna Tamachi!
4. Meme Indonesia dan Malaysia beda!
https://www.youtube.com/embed/mxC6bfrd4d4
Berdasarkan obrolan bareng Lily di  gathering Warga Duniaku, Ia mengungkapkan walaupun fokus antara makna bahasanya berbeda, tapi mudah bagi warganet Indonesia untuk mengerti meme warganet Malaysia dan begitu pula sebaliknya!
5. Mampir ke muse ID!
https://www.youtube.com/embed/qpRl7kpi0x0
Lili juga sempat muncul sebagai kameo juga dalam acara pembukaan server Minecraft yang diadakan oleh Muse Indonesia di channel YouTube resmi mereka!
Baca Juga: 10 Fakta Ryan Reynolds Sang Deadpool dan Green Lantern!
6. Motivasi dari Lili!
https://www.youtube.com/embed/8PM_zU38zO8
Saran dari Lili untuk semakin termotivasi ketika kamu mulai melangkah ke dunia kreator konten adalah dengan mengenal tujuan utama kamu untuk mulai membuat konten, baik menjadi yang terbaik bahkan sampai sekadar senang-senangpun!
7. Motivasi Lili dari teman-temannya!
https://www.youtube.com/embed/aozDWDxirA0
Dalam gathering yang sama, Lili juga bercerita kalau ia mendapat tiga saran penting dari teman-temannya: yakni mencari makna sebagai seorang idola lewat bertumbuh bersama teman, menerima sisi-sisi lemah sebagai bagian yang manusiawi dan menciptakan lingkungan yang menyenangkan juga untuk diri sendiri!
8. Kepribadian lain!
https://www.youtube.com/embed/Z4WPDzhZIOQ
Lili juga memiliki kepribadian lain, yang ditandai dengan kedua matanya berubah sepenuhnya menjadi merah yang disebut sebagai Rouge!
9. Sisi terang dunia VTuber!
https://www.youtube.com/embed/IeUaIZQ_dt8
Menurut Lili, justru dengan keberadaan Virtual YouTuber, kita bahkan tetap mendapatkan interaksi yang bernilai bahkan di kala kita sulit untuk bertemu satu dengan yang lain akibat pandemi!
10. Ulang tahunnya dekat!
https://www.youtube.com/embed/PsMp04gV0pI
Lili akan berulang tahun di tanggal 6 September dan juga akan mendapatkan outfit baru di bulan tersebut! Ia juga mengatakan di bulan tersebut bakal ada berbagai kejutan baru yang jangan sampai terlewatkan sebagai bagian dari perayaannya!
Apa pendapatmu sendiri tentang Liliana Vampaia? Sampaikan opinimu terhadap Virtual YouTuber tersebut melalui kolom komentar di bawah ini!
1 note · View note
mohamadqadhafy · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Terima kasih atas perhatian dan kunjungannya saudara-saudara @pbesi_official Sekjen Bro @frengky_ong , Bendum Sis Liliana dan Dewan Pengawas Bro Yanto. • Terima kasih pula kami haturkan kepada Waketum/Ketua Harian @pbesi_official Bapak Komjen Pol Bambang Sunarwibowo atas pemberian jersey nasional E-Sport kepada kami Pengprov @esi_kalbar • Banyak hal dibahas. A-Z tentang e-Sport. Sejarah pembentukan PB E-Sport. Hingga sport tourism. Kami sampaikan bahwa Kalimantan Barat, sangat berpotensi menjadi destinasi penyelenggaraan sport tourism berskala internasional. • Salah satu contoh, Kota Pontianak yang kini dipimpin Pak @edikamtono dan Singkawang oleh Bu @tjhaichuimie @tjhaichuimie_official punya kalender wisata yang selalu bikin penasaran seantero penduduk dunia : “Imlek dan Cap Go Meh” • Hampir tiap tahun, 2 kota di Kalbar ini, pada momen tersebut pasti dibanjiri penduduk dunia. Ada parade naga dan barongsai serta tatung. Lalu ada jajanan tradisionalnya. Kultur budaya yang unik dan khas menjadi daya tarik tersendiri. • Saat pandemi ini saja berbeda.... • Di sisi lain, e-Sport punya magnet tersendiri bagi anak-anak muda alias generasi Z alias milenial. • Lantas, menjadi suatu pemikiran yang menarik! Bagaimana memperkenalkan keindahan alam, sejarah dan adat budaya leluhur kepada anak-anak muda milenial yang saat ini populasinya membengkak sekian kali lipat. Yaa....melalui e-Sport! • Banyak turnamen e-Sport diadakan di luar negeri. Diantaranya di Dubai, Hongkong, China, dan lainnya. Seharusnya Indonesia bisa menjadi “Tuan Rumah” perhelatan olahraga e-Sport berskala internasional. Dan sudah terbukti Kota Pontianak dan Singkawang sangat ramah wisatawan, dari lokal hingga asing.... • Neil Armstrong menjejakkan kaki di bulan juga diawali dengan bermimpi.... • • • • 😁🙏🏻😁🙏🏻 (di Warkop Update & Cafe Gamers) https://www.instagram.com/p/CL9xJQkrH_0Db8PqR_WOFHQHxyzjAjFnG7-07I0/?igshid=10g0v7kxfhdsr
0 notes
rmolid · 5 years ago
Text
0 notes
lp3lang1 · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Kita - Pangeranku (on Wattpad) https://my.w.tt/4RZkzGA4i5 Pangeranku, kupersembahkan mawar ini sebagai tanda cinta kasihku padamu. Kita memang masih sangat muda, tapi aku percaya kaulah belahan jiwaku... Tunggulah, akan kubuktikan aku pantas untukmu.... Itu janji Ksatria muda itu sepuluh tahun lalu.... Sepuluh tahun... Dan semuanyapun berubah di mata sang pangeran.... DCMK © Aoyama Gosho Cover bukan milik saya. Jika pemilik cover tidak berkenan mohon pm saya dan akan saya hapus. Ide cerita asli milik saya tanpa menjiplak dari manapun. Jika terdapat kesamaan pada author lain maka semua itu tidak disengaja. Liliana Pelangi
0 notes
widjatashire · 5 years ago
Text
Pernikahan Indonesia-Spanyol
Tumblr media
HI!
Aku punya sedikit informasi dari sekian panjangnya birokrasi yang terbentang antara benua eropa dan asia. Kenapa spesifik dua benua tersebut, karena sama-sama kita ketahui, atau sekalian aku beri informasi, aku sudah menikah, aku curi nama belakang seorang pria berkebangsaan spanyol, dan aku peluk cinta nya erat-erat di sanubariku. Huuu
Yaudah.
Kisah cinta kita berdua berjalan begitu-begitu saja, cuma jikalau diingat-ingat, perjalanan hingga di titik kita memandang langit yang sama dan sebelah-sebelahan itu panjang banget. Aku potong aja ya, dimulai dari kita merencanakan matang-matang akan bagaimana eksekusi pernikahan kita. Kali ini, info nya terkait dengan kebutuhan birokrasi.
Setelah perdebatan panjang dan dimenangkan oleh kuasa atas nama budaya Indonesia, kita sepakat untuk menikah baik-baik secara dokumen dan pesta di Jakarta. Untuk itu, kita berdua waktu itu bener-bener sibuk sama urusan di walikota masing-masing. Singkatnya skema dokumen pernikahan itu kaya gini :
1.       Dokumen Sipil
2.       Kedutaan
3.       KUA
4.       Menikah
Ya, gitu aja sebenernya. Seandainya di 4 poin itu birokrasinya biasa aja. Nyatanya engga.
Pertama, goal ku itu sampai submit dokumen di KUA di domisiliku untuk minta surat numpang menikah. Dokumen satu persatu yang dibutuhkan :
1.       Surat Pengantar, sesuai dengan Birokrasi (RT-RW)
Didapat dengan cara pergi ke rumahnya Pak RT dan bilang, “Pak saya mau bikin surat pengantar untuk menikah”. Kelar. Ngga ada info berarti karena jenis Pak RT beda-beda, tergantung juga sama tingkat persahabatan kalian sama Pak RT masing-masing. Surat ini ditanda tangani oleh Pak RT, Ayah Kandung, dan Pak RW. Pastikan aja semuanya berada disekitar kalian biar ngga repot kesana kemari.
2.       Surat N1, dan surat keterangan domisili.
Di dapat dengan cara pergi ke kecamatan
a.       Melampirkan surat pengantar dari RT
b.      Fotokopi akta lahir
c.       Fotokopi KTP
d.      Fotokopi KTP ayah kandung
Lagi, untuk semua kecamatan mungkin akan berbeda. Karena di kecamatan tempatku tinggal, mereka ngga mengeluarkan surat N2 dan N3. Mereka punya format N1 dan surat domisili yang merupakan peleburan dari surat N2 dan N3.
Setelah semua siap, dokumen tersebut di bawa ke KUA domisiliku untuk dapat surat numpang nikah. Semua persyaratan nikah ngga perlu dilampirkan di tahap ini. dilampirkannya nanti di KUA sungguhan tempat kita akan menikah. KUA akan mengeluarkan:
3.       Surat N7
Surat di dapat tentu saja dengan drama dan bayar uang selipan buat orang yang mengurus dokumenku. Classic bribery J
 Sudah. Itu dari sisiku, selesai di tahap tersebut.
Goal selanjutnya adalah Kedutaan untuk dapat surat pengantar pernikahan dari kedutaan.  
Ivan sebagai WNA harus mempersiapkan dokumen dia di city hall untuk dilampirkan di Kedutaan nanti, dokumennya adalah :
1.       CNI (Certificate no Impediment)
Karena Ivan orang Spanyol dan tidak tinggal di Jakarta, maka dia harus bikin CNI di tempat asal dia, bukan di Kedutaan Spanyol Jakarta. Kalau pacarmu orang Spanyol tinggal di Jakarta, bikinnya di Kedutaan Spanyol Jakarta.
2.       Akta Lahir
Info : akta lahir di Spanyol formatnya berbeda dengan akta lahir Indonesia. Terdiri dari 2 dokumen. Dokumen 1 untuk data diri nya dia, dokumen 2. Itu ada nama bapak, ibu, dokter, sampe bidan yang bantu masa kelahiran. Juga ngga berlaku seumur hidup, dalam arti setiap mereka butuh dokumen ini, mereka harus bikin baru dan berlaku hanya 3 bulan. Kenapa? Ngga tau. Seneng betul ribet memang mereka.
3.       Surat Keterangan Domisili
4.       Surat Keterangan hidup (belum atau sudah menikah)
5.       Fotocopy KTP
6.       Fotocopy Passpor
Sudah selesai dokumen tersebut, tugas kami selanjutnya adalah menerjemahkan dokumen. Iya, udah sepanjang ini kisah kita belum berakhir.
Semua dokumenku yang berbahasa Indonesia harus di terjemahkan ke dalam bahasa Spanyol. Dokumenku adalah :
1.       Surat N1 dan surat domisili
2.       Surat N7 dari KUA
3.       Scan Akta lahir
4.       Scan kartu keluarga
5.       Scan KTP
6.       Scan passport
Dilampirkan bersama dengan scan dokumen nya Ivan dan dikirimkan via e-mail ke Kedutaan Spanyol Jakarta.  Untuk terjemahan, kedutaan ngga rewel sih, Ivan yang terjemahin dokumenku ngga pakai penerjemah tersumpah.  Setelah di e-mail, mereka akan verifikasi data kita dan dalam waktu 3-5 hari kita akan dapat email balasan tentang kapan jadwal interview kita.
Untuk step ini, bisa cek disini.
Selesai deh.
Iya selesai dapet surat izin nikah, tapi belum bisa menikah, karena ya harus di submit dulu di KUA hehe. Cinta aja memang ngga cukup untuk apapun. Ngga bahkan untuk menikah.
Goal ku selanjutnya adalah KUA sungguhan dimana aku akan melangsungkan pernikahan.
Dokumen yang dibutuhkan, pada dasarnya adalah dokumen yang sudah aku punya. Gitu gitu aja. Aku rangkum deh :
1.       Surat Izin menikah dari RT
2.       Surat N1 dan Surat domisili
3.       Surat N7 (numpang menikah)
4.       Fotocopy Akta lahir
5.       Fotocopy Kartu Keluarga
6.       KTP Ayah Kandung
7.       Fotocopy pendidikan terakhir. (ngga tau kalau di KUA lain)
8.       Foto kedua calon pengantin 2x3 (4 lembar) 3x4 (3 lembar) dengan latar biru.
Dari sisi Ivan sebagai WNA juga sama, dokumennya itu itu aja, informasi lainnya semua dokumen WNA yang dilampirkan itu adalah dokumen asli dan copy, serta terjemahan asli dan copy.
1.       CNI
2.       Akta Lahir
3.       Surat Keterangan Domisili
4.       Surat Keterangan hidup (belum atau sudah menikah)
5.       Fotocopy KTP
6.       Fotocopy Passpor
7.       Surat keterangan menikah dari kedutaan
8.       Surat keterangan Mualaf
Yang bikin ribet adalah … ya betul terjemahin lagi. Semua dokumen asli ivan harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar supaya KUA mau menerima kami. Dokumen harus diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah. Ngga ada tuh kasusnya aku bisa terjemahin dokumen sendiri kaya Ivan.
Aku menggunakan jasa penerjemah ibu Alba Liliana Sanchez. Beliau banyak bantu banget, diluar dari tugasnya dia sebagai penerjemah, dia juga notaris dan mengerti banyak hal tentang hal-hal ribet berkenaan dengan birokrasi.
Untuk penerjemahan sebenernya Kedutaan Spanyol sendiri ngga punya daftar penerjemah tersumpah, cuma Ibu Alba pun memang bukan penerjemah tersumpah, tapi beliau penerjemah resmi HPI dan masuk ke dalam daftar penerjemah yang diakui oleh kedutaan spanyol. Lagipula sejujurnya, aku ngga yakin KUA ngga bener-bener tau mana yang tersumpah mana yang bukan J
Beberapa dokumen tambahan seperti, surat keterangan imunisasi, atau surat kepolisian untuk WNA di KUA Pasar Minggu ngga diminta. Proses yang berlangsung disana itu biasa aja. Cukup membawa dokumen diatas, isi beberapa formulir, tanda tangan dan bayar uang Rp.600.000. semua tidak ribet sampai akhirnya masuk ke proses pembayaran. KUA Pasar Minggu (ngga tau kalo KUA yang lain) mereka ngga terima pembayaran cash, tapi tidak juga bisa proses elektronik (ATM atau kartu kredit) atau transfer. Pembayaran dilakukan via teller bank, yang bikin repot adalah BANK NYA JAUH DARI KUA, mana satu arah lagi jalanan TB Simatupang. Kenapa sih Indonesia, suka betul inovasi tapi setengah-setengah?!
Waktu submit semua dokumen, aku datang berdua sama Ibuku. Untungnya bisa-bisa aja sih proses pendaftaran nikah di KUA diwakili oleh salah satu pengantin. Disana memang ada beberapa dokumen yang harus ditanda tangani kedua calon pengantin, dan ayah kandung perempuan, jadi mungkin bisa lebih enak kalo datang ke KUA itu bersama calon suami dan ayah kandung. Well, tapi ngga apa-apa sih, tanda tangan bisa di meja akad kok.
Setelah itu …
Akhirnya
Setelah perjalanan panjang.
Kita menikah.
Alhamdulillah tanpa kendala atau drama berarti. Kita berdua sekarang sudah disini, di BELANDA.
Another plot twist of my life.
0 notes
eleostheofilusg · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Beribadah bersama *Maria Shandi* @mariashandi di Gereja BEST (Gereja Anugerah Bethesda). . Maria Shandi (lahir di Jakarta, 20 November 1988; umur 31 tahun) adalah seorang *penyanyi rohani Kristiani.* Saat ini, dia sering melayani bersama dengan ayahnya, Pdm. Suwandi, yang merupakan seorang pembicara dan penulis lagu. . Dia mulai belajar piano saat berumur 5 tahun dan vokal saat umurnya 11 tahun. Dia memulai pelayanannya di sekolah minggu pada saat umur 11 tahun, sebagai penyanyi, pemain keyboard, pemimpin pujian dan guru sekolah minggu. Pada saat umurnya menginjak 15 tahun, dia mulai bergabung di *komunitas anak-anak muda dan melayani sebagai singer dan pemain keyboard.* . Dia merilis album pertamanya "Sentuh Hatiku" pada Desember 2007. Di akhir tahun 2008, dia mendapat penghargaan sebagai penyanyi rohani wanita terbaik dari Indonesian Gospel Music Award. Selain itu, album "Sentuh Hatiku" juga mendapat penghargaan sebagai album terlaris dan lagu terbaik pada tahun itu. Beberapa lagu dalam album ‘Sentuh Hatiku’ juga menjadi lagu pengantar sinetron rohani dan FTV di RCTI. *Lagu-lagu tersebut antara lain Sentuh Hatiku, Dia Mengerti, Mujizat itu Nyata, Menanti KeajaibanMu, Sejauh Timur dari Barat, Kau Mengenal Hatiku, Kupercaya Janji-Mu.* . Pada bulan April 2009, dia merilis album keduanya yang berjudul "Kupercaya JanjiMu". Dalam album ini, dia berkolaborasi bersama dengan Mike Mohede, pemenang Indonesian Idol, menyanyikan lagu "Tuhan Pasti Sanggup". *Lagu "Kupercaya JanjiMu" yang ditulis oleh Liliana Tanoesoedibjo menjadi lagu tema dalam acara realitas Paskah di RCTI pada tahun 2009.* . Di akhir tahun 2009, dia merilis album natal sebagai album ketiganya berjudul "Christmas in my Heart". *Album ini berisikan 8 lagu-lagu natal dalam bahasa Inggris dan Indonesia.* . Album keempat darinya telah dirilis pada bulan Mei 2010 dengan judul "Masih ada Tuhan". Dalam album ini, dia berkolaborasi bersama beberapa penyanyi rohani antara lain Mike Mohede, Jason "Sentuh Hatiku", Angel "Idola Cilik", dan Edward Chen. Dalam album ini, selain CD lagu, juga terdapat VCD sebagai bonus untuk para pembeli. VCD ini berisikan video klip Maria Shandi. (at Hotel Dafam Pacific Caesar Surabaya) https://www.instagram.com/p/B5PGOeLFqBv/?igshid=1b56dl929b4fz
0 notes
fifi-melanie · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Anda Kecewa Dengan Pelayanan Agen - Agen Lain. Mari Gabung Bersama Kami Di AFBCASHIDR Agen Betting Online Terbaik dan Terpercaya..!! - Daftar dan Deposit di AFBCASHIDR - Situs Agen Judi Togel, Bola, Sbobet, IBCBET, Casino Live, Slot Mesin, : - Bonus CASHBACK Rollingan CASINO sebesar 0,7% - Bonus CASHBACK SPORTBOOK sebesar 5% CONTACT PERSON : * WA : +855885567267 KODE REFERAL = LILIANA
0 notes
booksnunicorns · 6 years ago
Text
RARE | Paris 2019 — Line-Up
Tumblr media
INFOS
Billets : https://rare19paris.eventbrite.com
Lieu : Hôtel Hyatt Regency à Paris
Date : 6 Avril 2019
AUTEURS FRANCAIS
Alana Scott MAJ
Alfreda Envy MAJ
Amheliie & Maryrhage
Angela Behelle
Belinda Bornsmith
Chloe Wilkox
C.S. Quill
Emma M Green
Eve Borelli MAJ
F.V. Estyer
H. Roy
Georgia Caldera MAJ
Jana Rouze
Jane Devreaux
Laetitia Constant
Linda Saint Jalmes
Louisa Meonis MAJ
Mag Maury
Natasha Collins MAJ
Natalie Charlier
Rose Darcy
Sophie Pierucci
Stefany Thorne
Tamara Balliana
LES AUTEURS TRADUITS
A. Meredith Walters
Amy Plum
Brenna Aubrey
Cara Dee
Carrie Ann Ryan
Catherine Bybee
Devney Perry
Emma Hart
Emma Scott
Ilona Andrews
J. Kenner
J. Lynn
J.J. McAvoy
J.S. Scott
Jane Harvey-Berrick
Jennifer Armentrout
Jennifer Probst
Jo Raven
Julia London
K.A. Linde
Katie Ashley
Ker Dukey
Kristen Ashley
L.H. Cosway
Lara Adrian
Lauren Layne
Lauren Rowe
Lexi Blake
Lorelei James
Mariana Zapata
Melody Anne
Monica Murphy
Natasha Madison
Natasha Preston
Olivia Rigal
Roan Parrish
Ruth Cardello
Scarlett Cole
Suzanne Wright
T. Gephart
Teri Wilson
Thea Harrison
Tillie Cole
Wendy Higgins
LES AUTRES
Ann Marie Walker
April White
C.M. Stunich
Danielle Normal MAJ
Isabella Starling
J.R. Gray
Jane Washington
K.C. Lynn
K.L. Shandwick
Kerry Adrienne MAJ
Kerry Heavens
Kiley Roache
Kristen Proby
L.P. Lovell
Liliana Hart
Mag Maury MAJ
Nelle L'Amour
Randi Cooley Wilson
Rebecca Zanetti
S.M. Lumetta
Sara Ney
Skye Warren
Staci Hart
Stevie J. Cole
T.L. Swan
Tate James
Terri E. Laine
Willow Winters
0 notes
elspethsunschampion · 8 years ago
Text
Wrecking Ball
        Jace gave a sigh of relief as he collapsed onto the bed. It wasn’t the most comfortable bed he’d ever lain on, but frankly he would have taken a board at this point, if it had meant getting the weight off his feet. He’d been running around all day, helping the rest of the Gatewatch thwart an interplanar assassin, and now all he wanted to do was sleep so he could get back to Ravnica and listen to only a five minute lecture from Lavinia as opposed to an hour-long one. Not to mention the inevitable one from Ral Zarek, which always made him feel about three feet high.
           “You all right?” Gideon asked solicitously, and Jace managed a smile and a tired nod.
           “I just need to sleep for about a week,” he yawned, curling up around the nearest pillow.
           Of course, as soon as he’d nearly gotten comfortable, there was a knock on the door. Jace groaned.
           “I’ll get it,” Gideon offered, and Jace declined to have a politeness showdown with him.
           “Be my guest,” he mumbled into his pillow.
           He heard Gideon moving towards the door, then a pause as someone on the other side spoke in a low, murmuring voice. “Ah—thank you, your invitation is very kind,” Gideon said haltingly. Oh, no.
           “I don’t want to go to a thing,” Jace said into his pillow.
           “Yes, we will be attending, of course. Thank you very much.”
           Jace threw his pillow at Gideon’s head.
           “What?” Gideon asked.
           “What was that?” Jace asked, rolling up on his elbow. “Because to me it sounded as if you agreed that we would do something else before leaving.”
           Gideon made an awkward expression. “They—er—the queen has sent an invitation for us to attend a ball as thanks for our services.”
           “And you agreed.”
           “It seemed only polite.”
           Jace wanted to argue, but as he was pretty sure he would have responded in exactly the same way if he’d answered the door, he just sighed and tried to turn back to the pillow. Which he had thrown across the room. “Gideon, could you—”
           The pillow thudded into his head and Jace looked up, startled. Gideon gave him a brief grin. “What? I’m not serious all the time.”
           Muttering something incomprehensible, Jace pulled his cloak around him and went to sleep.
           Thankfully, Fiora was one of the planes on which it was possible to obtain a passable imitation of a cup of coffee, which meant that the following morning, Jace was actually capable of waking up at a reasonable hour, although he resigned himself to the fact that it was going to be an uncomfortable day for several reasons, at least one of which it was better to try hard not to think about.
           Once he’d secured his coffee, Jace looked around. He was in the dining hall of the inn they were staying at, which had a number of long wooden tables set up for the benefit of the patrons. The rest of the Gatewatch had already collected at one of the tables near the door, and were chatting with one another in various stages of awakeness. At the wakeful end of the spectrum, Gideon sat ramrod straight, eating his way through a pile of eggs that would have put a loxodon to shame. Liliana, less alert but still looking every inch put together, sat across from him with her own cup of coffee. Somehow she had managed to do her hair before breakfast, simply, but in a way that framed her face and, of course, drew one’s attention subtly to her cleavage. Jace frowned, tugging nervously at his cloak, and feeling abruptly small and grubby and ugly.
           Looking over at Nissa wasn’t much help. She drooped a little from sleep, but she still managed a vague air of ethereal loveliness. There was a small, decorative plant on the table, and she had pulled it near her and was apparently coaxing it to grow.
           At least Chandra was a mess, Jace thought, a little vindictively. The pyromancer was even worse in the mornings than Jace himself. Right now she was practically faceplanting into a stack of pancakes, and it was unclear whether she was trying to inhale them or whether she’d fallen back asleep. Her hair stuck out every which way, and there were traces of syrup smudged across the back of her hand.
           As Jace approached the table, he heard Liliana speaking in her most supercilious voice. “A ball? How nice of them to ask. Of course I’ll be going. Someone has to hold up our reputation.”
           Chandra sat back, rolling her eyes to high heaven. “What’s that supposed to mean?”
           “Just, my dear, that we ought to at least have one proper lady on the team.”
           Jace felt the bottom of his stomach roiling hard, a flush rising on his cheeks, and a quick flash of bright anger that wasn’t entirely on behalf of Chandra and Nissa. A decision he hadn’t been at all sure he was ready to make coalesced suddenly in the pit of his stomach.
           “Nissa,” he said quietly as he made his way over to the Gatewatch, and his friend looked up at him, one finger still outstretched and coaxing the plant upwards. “I wonder if you could help me with something.”
           Parties. Chandra could never decide whether she liked them or hated them. On the one hand, lots of great food. On the other, lots of annoying people talking about things she probably didn’t know or care about. And a bunch of etiquette she didn’t understand and wasn’t going to bother with, but it did get kind of annoying the way people stared at her all the time for using the wrong fork to eat the cake with or whatever.
           At least they’d mostly stopped staring at her outfit by now. Apparently it was unusual for women to wear trousers to this kind of fancy-dress gathering, but Chandra wasn’t going to stuff herself into a dress for anyone if she didn’t feel like it, so instead she’d managed to get hold of a secondhand but vaguely elegant man’s uniform. It didn’t quite fit—stretching a bit too much over the chest and hips—but it was pretty comfortable, and she thought it actually looked kind of nice. Or she had, when she’d tried it on in the shop. She wasn’t so sure anymore, after the number of whispers and titters she’d gotten.
           Gideon, being Mr. Perfect, had of course told her, “you look lovely,” with complete sincerity, and Chandra had muttered an awkward thank you. He was the only one. Chandra didn’t particularly care whether she looked nice, but it was getting a little annoying the way everyone was studiedly avoiding the subject. Especially since everyone had made a point of telling Liliana that she was gorgeous, beautiful, lovely, etc, etc; Chandra had heard enough adjectives in the same vein that she could probably write a thesaurus entry at this point. And wasn’t it a little tacky to say that to Lili while she was standing right next to Chandra, as if Chandra wasn’t even there?
           To Liliana’s credit, she’d been very gracious. She was clearly preening under all the attention, but she did try to steer everyone to talk to Chandra as well. Of course, Chandra didn’t want to talk to anyone, so she was trying to make sure she constantly had something in her mouth—at least it was great food—and counting the minutes until they could leave and she could grab Nissa and maybe get some alone time with her. It was probably going to be a while, though, since Nissa hadn’t even showed up at the party yet.
           There was a sudden hush spreading from the crowd behind them, and Chandra felt herself relaxing as Nissa’s rare laugh carried from the doorway. “Who’s that woman?” someone asked, and Chandra swallowed hastily so that she could say proudly, “That’s my girlfriend.”
           “Which one?” someone else asked, and Chandra turned hastily with some confusion, and, it had to be admitted, a tiny twinge of jealousy. Who was Nissa with? She’d disappeared off somewhere earlier with some excuse that Chandra had been too sleepy to process properly.
           Nissa had just entered the room with another young woman whom Chandra didn’t recognize but felt that she ought to. In confusion, her eyes traveled up the long blue dress, loose in the knees but tight around the hips, to the extremely well-filled-out halter top studied with pale gems in a faint semicircular shape, up to a pair of pale shoulders and a slightly abashed face surrounded by short dark hair—when Chandra’s brain finally processed the light blue tattoos marking the chin and cheek of the woman she was trying not to ogle too hard, she dropped her glass.
           Jace took a deep breath.
           “Go on,” Nissa said in a quiet but encouraging voice. “You can do this.”
           “Um.” Jace swallowed. Her voice had come out as a tiny squeak and, if she wanted the Gatewatch to be able to hear her, it needed to be louder. Guildpact voice, she told herself a little shakily. Guildpact voice. The next attempt was significantly louder, and sounded barely higher than her normal register; it was too difficult to concentrate on the visual and tactile aspects of the illusion and put too much into the voice as well.
           “Good evening,” she said. “Ehm—my name is Jace Beleren, I’m one of the guests tonight. Some of you—” Oh, dear god. As she scanned the crowd, Jace had caught sight of Chandra, whose mouth was open and whose eyes were apparently fixed on Jace’s breasts. Well, then the halter top probably looked fine. Chandra wasn’t exactly subtle about it when she had—aesthetic appreciation for someone. Aaaand that was an awkward thought, because even if Chandra and Nissa hadn’t been dating, Jace’s feelings towards Chandra were pretty much on the level of how she thought she would have felt about a younger sister if she had one. If she remembered having one, she amended. “—you might not be used to seeing me like this. Er, sometimes I’m a woman. Thanks.” She’d had a bit of a longer speech prepared earlier in the day, but it had deserted her. When she saw the frozen mask Liliana was using to regard her, she was somewhat glad she’d kept it short. Well, she hadn’t been trying to get a positive emotion out of Liliana, anyway.
           Nissa had reacted favorably to Jace’s earlier explanation, which the mind mage was aware had probably been a little garbled. It wasn’t something she really let herself think about a lot, and it was only really a problem on sporadic occasions. Most of the time, she felt like a man, but sometimes, like now—she didn’t. She’d been toying with letting the rest of the Gatewatch know for several weeks at this point, but had still not been entirely sure she wanted to—until this morning, when Liliana had been so damn dismissive.
           Jace’s feelings about Liliana were complicated. She spent a lot of time reminding herself Liliana was bad for her, but—it was easy to fall back into old habits. Liliana made it easy, and that frightened Jace more than anything else about her current situation with the Gatewatch. Maybe she hoped that if Liliana saw her like this and was nasty about it, it would kick her emotions to follow with what the rest of her was trying to tell herself—that Liliana was Bad News. Although Liliana had been nasty about plenty of things in the past, and Jace’s emotions still sometimes went wildly out of control. At the very least, though, she didn’t want Liliana to have everything her own way this evening.
           After several long minutes of mingling and receiving an overwhelming number of compliments on her appearance—as well as a few more pointed thoughts delivered in her direction, which made her uncomfortably aware that, whatever she felt like, she rarely dressed in a way that drew that particular kind of attention in her direction—she headed over embarrassedly to where Chandra was carrying on an animated conversation with what a brief mental scan told her was one of the city’s most prominent lawyers. He was apparently rather taken with Chandra’s utter disregard for appearances.
           “Hiya, Jace, nice tits.”
           Jace felt her mouth open and close again. “Uh,” she said. “How much have you had to drink?”
           “I’m mostly teasing you.” Chandra grinned wickedly. “Okay, I’ve had a couple of glasses, but still. I’m not lying, though, they are nice. Not as nice as Nissa’s, but—”
           “Thank you, that’s more than I needed to know.” Jace held up a hand. That was more than enough information. It occurred to her that the large quantities of free alcohol at the party might be responsible for how difficult it was for her to strengthen her mental shields enough to block out the thoughts and emotions of the other guests. “So you don’t, um, mind?”
           “I guess it’s a little weird?” Chandra hazarded. “I don’t have a great metric for weird anyway, I like seeing boobs, and I especially like seeing Liliana mad.”
           “So Liliana is—”
           Chandra nodded in Jace’s ex-girlfriend’s general direction, and Jace let her eyes follow the gesture. Liliana was hunched against the wall, glaring murderously at her drink. Jace was sure she would be perfectly charming if anyone approached her, but then Jace also suspected nobody would. Not when she looked that scary.
           Jace couldn’t suppress a somewhat vindictive grin herself. “So I look good?”
           “You do. Is this where you and Nissa snuck off to?”
           “Yeah.” Jace let an overeager waiter press a drink into her hand and promised herself she would drink it slowly and only have one. Lavinia’s disapproving face swam in her mind, suddenly and jarringly followed by the confused smirk she’d expect to see Ral make over this whole situation. “Being a mind mage does come in handy when it comes to making yourself look desirable, as it turns out.” Her smile turned mischievous. “And I may have stolen a few tips from Liliana herself.”
           Chandra choked on her own drink. “Oh my god.”
           Next question. Jace had been scanning the crowd for the past few minutes, but still hadn’t seen—“Do you know what happened to Gideon?”
           “I think he’s outside. When you came through the door, he downed four glasses of ice water and then practically ran for it. Pretty sure that’s one of the reason’s Lili’s looking so murderous. She’s been trying to put the moves on him for weeks, I swear.”
           Liliana was trying to seduce Gideon? Jace’s alcohol suddenly tasted like bitter grapes. She hadn’t noticed—but would she? And how much of the unpleasant feeling rolling around in her stomach right now was reasonable concern—how much of it was unreasonable jealousy?
           “I’d better go find him,” she said. “Chandra—thanks for—well—not minding.”
           “Sure. Thanks for upsetting Liliana, it’s made this whole evening way more bearable.”
           Jace found Gideon standing outside, a fifth cup of what Jace presumed was ice water in one hand. He appeared to be regarding the view of the bright city skyline against the darkness of the night sky. Jace hovered for a few seconds, then finally cleared her throat. Gideon turned and gave her his best reassuring smile, but if she was being honest, she wasn’t entirely reassured.
           “Can I talk to you?”
           Gideon nodded, moving aside to make room for her, and Jace hesitantly joined him at the railing. From here, she could see there was also a rather nice view of the gardens surrounding the palace where the ball was taking place. For several minutes, the two of them stood and stared across the shadowy lawn, while Jace wrestled with her conscience and finally managed to force herself not to read her friend’s mind.
           “So, are you—do you think I’m—” Jace swallowed, a sudden flash of memory thrown up from somewhere in the depths of her brain, without context, just an angry voice or the echo of a voice, There’s the freak. “Do—do you think I’m a freak?” It was hard for her to finish the sentence.
           Gideon turned to her immediately. “Gods, no.”
           “Then why did you—um—leave so suddenly?”
           Looking very serious, Gideon reached out a hand as if to touch Jace, then stopped himself, probably remembering that Jace’s reactions to being touched weren’t always favorable. “Two reasons. First of all, I thought it would annoy Liliana.”
           “Chandra thinks Liliana is flirting with you,” Jace admitted softly. Once again, she wasn’t quite sure why that thought bothered her, and simultaneously it bothered her that it did. Recursive layers of self-recrimination: the perfect touch to an already alarming evening.
           “She might be. I’m not particularly interested in whatever she has to offer.”
           Jace felt her eyes sliding away, guilt rising sudden in her chest. No, Gideon wouldn’t be interested in what Liliana had to offer—what did that say about Jace? She didn’t want to think about it. “What was the other reason?”
           “Ah, yes, that.” The hesitancy in Gideon’s voice was palpable, and Jace couldn’t help herself—she peeked. Not enough to see the full thought, but enough to catch a glimpse of embarrassment and some warmer and more complicated bundle of emotions. The fact that it wasn’t wholly negative was encouraging, as was the absence of a feeling of repulsion, and she managed to force herself to stay quiet and wait until Gideon spoke again.
           “I’m not attracted to men.” Gideon had stopped looking at her and was now staring at something in the middle distance—possibly a very interesting tree. “I don’t have a problem with men being attracted to me, you understand, but it’s not something I would reciprocate, or something that I particularly feel or understand.”
           Jace felt as if she’d rather lost the thread of the conversation. “All right?”
           “I’m used to you being a man,” Gideon explained. “And I’m not attracted to you.”
           Jace would have liked to say that the feeling was mutual, but she wasn’t certain she felt right about lying to Gideon right now. Besides, it would be an obvious lie. Everyone in the world was probably attracted to Gideon, even people who weren’t attracted to men. Certainly most everyone had the same thought upon first seeing Gideon, to a greater or lesser degree. Jace was in a position to know. “Mm,” she said, nodding seriously.
           “But then you came into the room, and I didn’t recognize you for a moment, and then, well—” Gideon rubbed his hand over the back of his neck. “I’m trying to parse being attracted to someone who looks almost exactly like a man I know, but with features that are just slightly—well, feminine. Just enough to suddenly be, um, attractive. Gods, I sound like an asshole. It’s not you being a man or a woman or both—it’s just the sudden reversal.”
           The or both rang rather comfortably in Jace’s head. Maybe not both at once, but maybe a function describing the oscillation—she filed that thought away for later discussion with Ral. Then she thought—really thought—about what Gideon had been saying.
           “So you are attracted to me. Currently.”
           “Well,” Gideon admitted. “Yes, actually.”
           “Okay.” Admittedly, that was sort of—awkward. Flattering, at one level, Jace supposed, but also awkward, probably with a capital A. Jace knew how to handle being attracted to people who weren’t attracted back. She wasn’t certain how to handle the current situation.
           Gideon sighed. “I can’t tell you whether it will go away when you’re not—well—or not. But it doesn’t need to change anything.” A soft look passed over his face. “I’ve had practice working with people I’m attracted to in the Gatewatch already.”
           Jace caught a flicker of flame going through Gideon’s head, which died just as quickly. “That, um, that might be best,” he hedged.
           “Yes,” Gideon agreed, still staring at the tree, and Jace found herself compelled to rest an awkward hand on his elbow.
           “But, um, thanks,” she said. “For—this. For—”
           “Jace, you’re you, however you want to be you.” Gideon gave her a gentle smile. “Do you want to go back in? I’d like to get a chance to see Liliana’s reaction. Oh, and for the record—you look lovely.”
           Jace found herself smiling. “Thanks,” she mumbled. “Yeah. Let’s go back in, then. And maybe you could say something to Chandra about staring at my breasts.”
           Gideon laughed at that, whole, hearty, unrestrained, in a way that made Jace feel significantly better. As they two of them made their way back towards the ballroom, she smiled to herself. All told, things could have gone much worse.
16 notes · View notes
siskamenol-blog · 7 years ago
Text
Selain Miss International 2017, 5 Prestasi Lain dari Kevin Liliana yang Nggak Kalah Keren!
Siska Menol Berita Selain Miss International 2017, 5 Prestasi Lain dari Kevin Liliana yang Nggak Kalah Keren! Baru Banyak Artikel Tentang Selain Miss International 2017, 5 Prestasi Lain dari Kevin Liliana yang Nggak Kalah Keren! Pencarian Artikel Tentang Selain Miss International 2017, 5 Prestasi Lain dari Kevin Liliana yang Nggak Kalah Keren! Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Selain Miss International 2017, 5 Prestasi Lain dari Kevin Liliana yang Nggak Kalah Keren! Baru saja (14/11/17) Kevin Lilliana memenangkan Miss International 2017 yang digelar di Jepang. http://www.unikbaca.com
0 notes
prediksibolabawah-blog · 8 years ago
Text
Biodata Cristiano Ronaldo
Prediksibolabawah – Biodata Cristiano Ronaldo
Nama Lengkap : Cristiano Ronaldo Dos Santos Aveiro Tanggal Lahir : 05 Februari 1985 Lahir Di : Funchal, Madeira, Portugal Club : Real Madrid F.C Posisi : Sayap Kanan, Penyerang No Punggung : 7 Nama Ayah : Jose Dinis Aveiro Nama Ibu : Maria Dolores Nama Saudara : Kakak laki-laki Hugo, Dan 2 Kakak Perempuan Elma dan Liliana Cátia
Biodata Cristiano Ronaldo
Cristiano Ronaldo yang biasa disapa CR7, Siapa yang tidak kenal dengan penyerang dari Tim Real Madrid ini, Khususnya para penggemar sepak bola sudah pasti tidak asing lagi dengan namanya Cristiano Ronaldo.
Cristiano Ronaldo lahir di Funchal negara Portugal, Pada tanggal 5 Februari 1985 dia adalah anak dari Maria Dolores Do Santos Aveiro dan Jose Dinis Averiro dia juga memiliki kakak laki-laki yang bernama Hugo dan memiliki dua kakak perempuan yang bernama Elma dan Liliana Catia salah satu dari kakak Cristiano Ronaldo bekerja sebagai penyanyi dengan nama panggung “Ronalda” di negara portugal.
Saat ini Cristiano Ronaldo membela Club Spanyol Real Madrid dan Juga Timnas Portugal Posisinya di Real Madrid berada di sayap kanan dan penyerang sebelum bergabung dengan Club Real Madrid dia pernah bermain di beberapa club lain salah satu hal yang membuat nama Cristiano Ronaldo melambung tinggi dan sukses dengan karirnya sekarang adalah saat bergabung dengan club Manchester United saat berada di club Real Madrid Cristiano Ronaldo memiliki nama yang sangat keren yaiu CR7, CR adalah kependekan dari namanya sedangkan 7 adalah nomor punggungnya.
Yang menjadi salah satu kelebihan Ronaldo dibandingkan denan pemain lainnya adalah kemampuanya dalam mengolah bola dan kelincahan kakinya serta ketajamannya dalam mencetak gol kejala lawan, Bahkan Cristiano Ronaldo pernah menjadi Top Score Liga Inggris pada saat bermain di Manchester United pada musim 2007/2008 sekaligus menjadi Top score Liga Champion 2007/2008 dan pernah menjadi Top Score Liga Spanyol pada saat membela Real Madrid pada musim 2010/2011.
Cristiano Ronaldo juga memiliki trik-trik khusus dalam bermain sepakbola yang menjadi ciri khasnya di lapangan sepakbola, Diantaranya Trik Step Over, Reverse Step Over, Ronaldo Chop, Rabona Cristiano Ronaldo juga seorang pelari yang sangat cepat, memiliki kaki yang gesit yang bisa mengaduk-aduk bola hingga membuat lawannya pusing, Karena hasil kerja kerasnya yang membuat Ronaldo menjadi pemain profesional.
Perjalanan Karir Cristiano Ronaldo dimulai pada tahun 1997-2003 yang bermain untuk Tim Sporting Lisbon selanjutnya dari tahun 2003-2009 dia bermain untuk Manchester United yang membuatnya namanya melambung dan dari tahun 2009 hingga sekarang dia bermain untuk Club Real Madrid sedangkan untuk di Tim Nasional Portugal dimulai pada tahun 2003.
Biodata Cristiano Ronaldo
Prestasi yang pernah diraih pada saat berada di Club Real Madrid antara lain memenangkan Juara Copa Del Rey 2010-2011, 2013-2014, La Liga 2011-2012 Supercopa De España 2012, UEFA Champions League 2013-14, 2015-16,UEFA Super Cup 2014, FiFa Club World Cup 2014, UEFA Champions League 2015-16, sedangkan prestasi yang pernah diraih Cristiano Ronaldo pada saat berada di Manchester United :
Premier League 2006-07, 2007-08, 2008-09
FA Cup 2003-04
Football League Cup : 2005-06, 2008-09
FA Community Shield : 2007
UEFA Champions League : 2007-08
FIFA Club World Cup : 2008
1 note · View note