iraanurani
A Piece Of Uncared Story
234 posts
Who will care about these stories?
Don't wanna be here? Send us removal request.
iraanurani · 3 years ago
Text
6 years ago and now absolutely-exactly feeling the same (maybe for different reason) :")
Seberapa yakinkah kamu, bahwa semua yang terjadi di hidup ini telah diatur sedemikian apiknya oleh Allah? Seberapa yakinkah kamu, bahwa saat terjadi hal yang menurutmu begitu berat dan rumit, adalah cara Allah menguji kesabaran kita? Seberapa yakinkah kamu, bahwa dibalik setiap masalah Allah pasti memiliki rencana maha indah yang tidak pernah kita duga?
Terucap maaf dan harap dariku kepada-Mu, Sang Pemilik Semesta yang mampu membolak-balikkan hati hambanya dan berkehendak atas segala sesuatu.
4 notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Quote
Turunkan standar kebahagiaan dan tingkatkan standar kesedihan, agar bersyukur menjadi hal termudah dan menyerah menjadi hal tersulit.
Di antara kondisi berharap dan mengikhlaskan. (via iraanurani)
My quote is on going! 💪
2 notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Text
Doa-doa Yang Gugur
Ada doa yang kita lantunkan begitu indah di subuh hari, ada doa yang kita ucapkan dengan keinginan selangit di siang hari, ada doa yang kita bisikkan dengan penuh siraman yang menghangatkan siapapun yang kedinginan menjelang sore, juga doa yang kita sembahkan tanpa penuh keraguan meski dihempas hujan menuju malam, serta doa yang kita panjatkan diiringi air mata semanis embun pagi pada sepertiga malamnya.
Doa-doa yang sebagian besarnya hadir dari serpihan senyum dan bahagia kita. Tanpa kita sadari tiap harinya, selalu ada dosa-dosa yang kita perbuat seusai ibadah. Lepas dari tempat ibadah, maka lepas pula sikap kita yang lemah lembut saat memohon kepada Allah.
Hingga sampailah pada pertanyaan kemana doa-doa itu telah bertandang.
Pada saat yang bersamaan, doa itu begitu lemah mencapai langit, hanya karena dosa yang kita buat di bumi. Bukan karena Allah tidak menerimanya. Tidak peduli sebetapa indah kata-kata yang berbaris dalam doa itu, tetap saja ia melemah terhadap dosa-dosa yang kita perbuat.
Kita sering mengeluh karena doa kita tak kunjung tampak hasilnya. Padahal, kita sendiri yang menggagalkannya. Mencapai langit pun tidak, apalagi mengetuknya, ia sudah terjatuh duluan ke bumi, terinjak-injak oleh dosa yang tidak pernah sadar kita perbuat tiap waktunya.
Sebenarnya, kemana doa-doa itu telah bertandang?
Kita sering mengeluh karena doa kita tak kunjung tampak hasilnya. Padahal, kita sendiri yang menggagalkannya.
Bogor, 19 September 2017 | Seto Wibowo @kaoskakicadangan
218 notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Text
Tulisan : Orang yang Tepat
Kalau kamu merasa kamu pendiam, mungkin itu hanya karena kamu belum bertemu dengan orang yang tepat untuk kamu ajak bicara. Kalau kamu sangat pemalu, mungkin itu hanya karena kamu belum menemukan lingkungan yang tepat untuk menjadi ruang yang nyaman bagimu agar kamu bisa menjadi dirimu sendiri. Kalau kamu merasa kamu kurang dalam segala hal, mungkin kamu belum bertemu dengan orang yang lebih kurang darimu, atau bisa juga orang yang mengagumimu pada hal-hal yang selama ini kamu keluhkan.
Seringkali, segala kekhawatiran kita terjadi kita hanya belum bertemu dengan orang yang tepat. Segala persepsi kita tentang diri sendiri itu hanya lahir dari pikiran kita, bukan orang lain. Sehingga, bertemu dengan orang yang tepat memang sebuah hadiah yang tak ternilai.
Orang yang tidak hanya bisa membuat kita menjadi diri sendiri, melainkan orang yang sekaligus bisa menjadi lingkungan yang kita bisa tinggali. Hidup dalam lingkungan tersebut, nyaman memang. Tapi, zona nyaman yang membuat kita terus tumbuh tentu lebih baik daripada kita harus keluar darinya kan?
Kalau kita tidak atau belum juga menemukan orang yang tepat tersebut, bukankah tidak ada salahnya kita berusaha untuk membuat diri kita menjadi orang yang tepat untuk orang lain?
:)
©kurniawangunadi | yogyakarta, 21 september 2017
3K notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Text
Cerpen : Lelah
Aku lelah dalam berjuang, di usia yang berbilang masih muda ini. Seketika aku ingat bagaimana orang tuaku dulu berjuang. Melangkahkan kaki dari rumah ke tempat kerjanya, belum berkendara seperti saat ini. Seketika aku merasa malu.
Cita-citaku terlalu tinggi, sampai-sampai mereka berdua tidak paham dengan apa yang aku citakan. Namun, mereka dengan tulus hati mendoakan; semoga apa yang aku cita-citakan itu tercapai.
Sementara aku sendiri ragu apakah bisa mencapainya atau tidak. Di tengah-tengah jalan yang penuh liku ini. Jalanan yang padat, setiap hari aku harus menantang air dingin di pagi hari, melawan kantuk, menerjang kemacetan, duduk berjam-jam dan sesekali pergi ke lapangan untuk survey, kemudian pulang selepas isya dalam keadaan lelah.
Semua ini membuatku rindu pada rumah. Pada setiap butir nasi hangat yang ibu ambilkan dari ricecooker. Pada sayur tadi siang yang dihangatkan kembali. Aku rindu pada setiap kemudahan yang aku dapatkan ketika aku di rumah. Meski berbilang usiaku sudah 25-an, aku tetaplah anak-anak di mata mereka.
Aku lelah di perjalanan ini. Perjalanan yang membuatku risau, apakah ini jalan yang benar atau bukan. Apakah aku akan menjalani jalan ini hingga akhir hayatku? Mencari rezeki di sana? Dan juga jalan yang akan aku ceritakan dengan bangga ke anak-anakku nantinya.
Aku lelah dan lagi-lagi aku malu kepada ayah. Setiap pagi, sewaktu aku masih tinggal dengan mereka. Ayahlah yang selalu mencuci baju sekeluarga, sementara ibu memasak di dapur. Aku hanya perlu bersiap diri. Dan ayah, ia harus berburu dengan waktu agar bisa berangkat tepat waktu.
Aku lelah dan lagi-lagi aku malu kepada ibu. Aku tahu, betapa bangganya beliau ketika bercerita kepada kerabat dan tetangga tentang anaknya yang berhasil masuk universitas, kemudian lulus dengan predikat cumlaude, tak lama setelah itu diterima bekerja.
Aku malu bila aku hendak mengeluh lelah. Aku tahu, mereka tidak perlu tahu kerisauanku. Sebayaku menyebutnya Quarter Life Crisis. Mereka hanya perlu mendengar kabar baik, agar hatinya tentram dan doanya tidak dipenuhi kekhawatiran, dan sesungguhnya itulah kesimpulannya. Aku tidak ingin mereka khawatir. Yogyakarta, 24 Agustus 2017 | ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Quote
Akan ada titik dimana setiap orang terbentur antara perasaan dan kenyataan. Apa yang ia rasakan, berbeda dengan kenyataan. Seiring waktu, saat usia bertambah, kau akan semakin mengerti bahwa menuruti perasaan bukanlah hal yang selamanya tepat. Seperti perasaanmu kepadanya? Kenyataannya mungkin bertolak belakang dan upayamu untuk menuruti perasaanmu selalu membuahkan kekhawatiran
kurniawangunadi
(via kurniawangunadi)
3K notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Quote
Kau khawatir jika suatu hari, hal yang paling membuatnya bahagia darimu akan menjadi hal yang biasa-biasa saja. Kau khawatir jika suatu hari, apa yang membuatmu merasa khawatir, berakhir menjadi bukan apa-apa.
Puisi singkat dalam kutipan. Puisi singkat tentang keresahan-keresahan. (via truegrey)
20 notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Text
Peka
Pernah merasa bahwa kepekaanmu justru membuatmu menderita? Lalu kamu berharap bisa menyetel sistem kepekaanmu dalam mode manual; bukan mode autopilot yang kerap terlalu patuh pada protokolnya, yang meniadakan syarat soal kapan mesti cuek, agak peka, peka tapi nggak perlu dipikirkan, peka dan harus dipikirkan, agak lebih peka, dan sangat peka.
Atau layaknya menikah yang hukumnya subjektif, tergantung keadaan; kau berharap otak dan perasaanmu paham, kapan peka itu haram, kapan menjadi makruh, mubah, sunnah, dan kapan peka menjadi wajib.
Tapi, kau keburu terjebak dalam turbulensi jiwa yang memutarbalikkan isi hati. Dan mengempaskan konsep diri yang memang menjadi target operasi.
Sehingga semua hal kautanggapi sama serius dan pentingnya.
Tatapan sinis pengantre di belakangmu, ekspresi dingin penjaga perpustakaan saat menjawab salammu, balasan pesan singkat yang tanpa emoticon lucu, suara ramai di ruangan kerjamu, ujaran kebencian di sudut-sudut linimasa yang kaubaca sambil lalu. Semuanya kaucerna seserius berita tentang huru-hara konflik saudara, penjualan manusia, pembunuhan balita, atau kemerosotan moral pemuda.
Sehingga semua perintilan-perintilan prasangka, khawatir, ngga enak hati, kaujejal-jejalkan dalam hatimu yang sudah sesak oleh macam-macam sampah perasaan
Sehingga kau menderita, karena dirimu sendiri.
___
Sebagian orang takkan mengerti mengapa tulisan ini ada. Sebagian orang akan mengira tulisan ini mengada-ada.
Di jalan-jalan yang kita lalui, berjalan pula di atasnya orang-orang yang tengah berjuang melawan kepekaannya sendiri, yang berubah layaknya penyakit autoimun : menyerang tubuhnya sendiri.
Tulisan ini tentang orang-orang dengan sensitivitas di atas rata-rata. Highly Sensitive People. Mereka ada.
Kenali 9 cirinya di sini : https://www.psychologytoday.com/blog/what-mentally-strong-people-dont-do/201609/9-common-traits-highly-sensitive-people
259 notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Text
karena aku sangat mudah untukmu
karena aku sangat mudah untukmu.
kamu tidak perlu lelah-lelah berjuang, sebab aku tidak mungkin sampai hati membiarkan orang yang ingin memperjuangkanku berjuang sendirian.
kamu tidak perlu repot-repot membuat dirimu diterima, sebab aku selalu bersedia mengambil tanggung jawab untuk lebih dari menerima–yaitu memaafkan, melupakan, bahkan melepaskan.
kamu tidak perlu pusing-pusing memikirkanku, sebab aku sungguh selesai dengan diriku sendiri. sebab masa depanku adalah rangkaian rencana yang bisa diganti. sebab ambisiku selalu (hanya) sekeras tangan yang menggenggam pasir, secukupnya mencukupkanku.
kamu tidak perlu khawatir tentang apapun, sebab aku bisa mengikutimu ke mana pun. aku bisa diajak berjalan, berlari, merangkak. aku bisa bertahan pada segala musim dan cuaca, bisa berteman dengan segala rasa dan nuansa.
karena aku sangat mudah untukmu, semoga kamu merasakannya: bahwa yang mudah didapatkan, belum tentu tak berharga.
semoga aku sangat berarti untukmu.
5K notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Photo
Tumblr media
2K notes · View notes
iraanurani · 7 years ago
Text
Bahagianya orang introvert itu sederhana, ada orang yang mau cerita sama kita, kita dengan senang hati siap jadi pendengar yang baik. Bingungnya orang introvert juga sederhana. Bingung untuk mulai bercerita, even sama orang-orang terdekatnya. Kalau gak ada yang minta atau nanya, kita bener-bener bingung harus mulai dari mana. Takut tanggapannya "eh emang gue nanya?" atau "emang penting banget ya buat diceritain?" Tapi giliran ditanya, kadang bingung juga *lah?* tapi bisa juga cerita malah kadang sampe kebablasan haha tergantung sama siapa kita cerita dan how they respond our story. Tapi kalo ada yang ngomong gini sama orang introvert, "lo mau ga cerita sama gue? Gue mau kok gantian jadi pendengar" ini kayaknya bakal jadi kebahagiaan yang langka didapetin :")
0 notes
iraanurani · 7 years ago
Link
279 notes · View notes
iraanurani · 8 years ago
Photo
Tumblr media
with Dwi, Ilham, Evillya Sembiring, Henysyah, Atikah, Edogawa, Ichiara, Maria, Aldila, Rizka, Dimas , and Natasha – View on Path.
0 notes
iraanurani · 8 years ago
Photo
Tumblr media
So, when do we make our trip for enjoying a heavenly view together? 🙆 . . . #PahawangIsland #ExplorePahawang #VisitPahawang #indotravellers (at Pahawang Island)
0 notes
iraanurani · 8 years ago
Quote
pada suatu titik, kamu akan ikhlas bukan karena melepaskan, melainkan karena menerima–yang terbaik untukmu.
(via prawitamutia)
984 notes · View notes
iraanurani · 8 years ago
Photo
💕
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Coldplay piano sheet music + music videos
fully inspired by [x]
29K notes · View notes
iraanurani · 8 years ago
Text
Feeling the same :)
Izinkan Saya Menjadi Teman yang Baik
Saya tahu, saya bukan teman yang baik. 
Barangkali, saya adalah persona non grata bagi beberapa orang, atau bahkan banyak orang. Saya sadar bahwa saya sering menjadi seseorang yang menyebalkan–seseorang yang jutek, sinis, kekanakan, dan bukan seseorang yang ‘hangat’. Saya harus banyak belajar untuk mengendalikan diri atas kelaparan akan sebuah ego. Saya harus banyak belajar untuk menyampaikan suatu argumen atau bahkan secercah isi kepala–yang seringkali keluar begitu aja tanpa penyaring–dengan baik. Yang selama ini saya yakini hanyalah perihal kejujuran hati. Saya luput dari hal yang tak kalah penting dari kejujuran: penyampaian yang baik. Membahas bagaimana saya yang bukan tipikal orang yang 'hangat’, belakangan saya mencoba menjadi lebih 'hangat’ dengan candaan-candaan 'hasil mikir keras’. Tapi ternyata, candaan saya juga sering menyakiti orang, dengan atau  tanpa saya sadari. Ternyata, saya tidak cukup pandai menakar diri untuk menjadi teman yang baik. Maka, lewat tulisan ini, saya ingin memohon maaf dan berterima kasih kepada semua teman-teman saya yang sudah repot-repot berkenalan dan melabeli saya sebagai salah satu teman. Saya selalu kagum dengan orang-orang yang selalu memaklumi saya dengan berbagai cara. Saya selalu mengagumi bagaimana mereka menanggapi semua tingkah saya yang seringkali tidak menyenangkan. Bagaimana mereka mendengarkan saya, bagaimana mereka memercayai saya dengan bercerita tentang hal-hal yang menyangkut kehidupan mereka, bagaimana mereka mengingat saya lewat hal-hal kecil di memori mereka, saya selalu kagum. Izinkan saya tetap menjadi teman dari teman-teman sekalian lebih lama. Saya ingin menjadi teman yang baik. Saya ingin menjadi seseorang yang tidak perlu lagi kalian maklumi–dengan mengurangi hal-hal yang teman-teman sekalian selalu maklumi dari saya. Jika nanti, mungkin, saya benar-benar hilang dari hadapan teman-teman sekalian, saya harap yang teman-teman sekalian ingat dari saya, bukanlah hal yang menyakitkan, tapi hal yang menyenangkan dan dapat menimbulkan perasaan hangat di hati. Saya ingin sekali menjadi seseorang yang seperti itu di hati teman-teman sekalian. Maka, beri saya waktu untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi teman yang baik bagi teman-teman sekalian.
Bandung, Januari 2017.
59 notes · View notes