A million absurd words here are never enough to describe what is in my mind. This could be a mirror or a mask of me. Take heed to every word you read.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
" We felt the same rain. We loved the same tales. Then how come we ran when it seemed to be fun? It's alright, sometimes life is that bad. Me. An unhelped girl just wanna say, happy birthday!!👌"-
27th August girl
0 notes
Text
Knowing your name never suffices
Knowing your name never suffices
you,
who are you?
I want to know whether you like roses
or would you like to share your wishes
Knowing your name never suffices
I’m eager to know what’s your favorite chore?
Can you make popcorn?
or what about having a cone?
Knowing your name never suffices
I want to know more
your eye color
your sign
your room
your socks
your days
I want to know more
Cause knowing your name never suffices
0 notes
Text
" We felt the same rain. We Loved the same tales. Then how come we ran when it seemed to be fun? It's alright, sometimes life is that bad. Me, an unhelped girl just want to say, Happy Birthday!!" - 27th August girl
0 notes
Text
Tokek
Aku benci tokek. Aku benci cicak, bunglon, kadal dan apapun yang berbentuk seperti mereka. Jijik dan menggelikan. Kalau boleh aku protes kepada Tuhan, apa fungsi mereka? Tidak ada mereka pun dunia ini tidak akan sia-sia.
Namun sesuatu mengubahku hari ini. Aku mempunyai seorang sahabat, yang menyesal mengapa aku baru mengenalnya ketika aku sudah lulus kuliah. Namanya Dina. Aku mengenal Dina saat aku bergabung di suatu lembaga. Beberapa hari lagi Dina harus pulang ke Jakarta. Kami menikmati waktu berdua. Saat itu malam hari, aku mengajaknya ke suatu tempat yang menurutku dia akan suka. Tempatnya unik karena penuh barang-barang antik, tenang karena tidak terlalu ramai, dan lokasinya yang nyelempit menjadikan tempat ini jadi lokasi berbincang yang asyik.
“Jadi kapan kamu akan kembali ke Jakarta?”, tanyaku
Belum tahu. Saya harus pulang dulu sebelum wisuda. Nanti saat akan wisuda saya akan ke Malang lagi. Kamu mau apa setelah ini?, tanyanya.
“Aku akan terus mengajar, tapi ingin s2 juga. Apa lagi yang bisa aku selain mengajar?”, jawabku sambil tertawa sedikit.
Kamu bisa melakukan banyak hal, tapi kamu menyukai mengajar dan itu hal yang baik, katanya sambil terkekeh.
Tiba-tiba aku menutup telinga seperti orang ketakutan. Aku benci suara ini. Dan kenapa suara ini terasa begitu dekat. Aku rasanya ingin pulang.
Kenapaa?, tanyanya panik sambil memegang tanganku. Aku terus menutup telinga dan tidak menjawab sampai suara itu tidak terdengar lagi.
“Aku benci tokek. Aku tidak suka mendengar suaranya!”, jawabku sambil sedikit marah-marah.
Ohh.. katanya sambil melepaskan genggamannya dari tanganku.
Memang seperti apa bunyinya? Apa sangat mengerikan?, tanyanya penasaran.
Aku diam sejenak. Sedikit menyesal karena memberikan reaksi yang berlebihan. “Suaranya mengerikan. Kamu tidak akan suka”, kataku yang membayangkan suaranya saja sudah merinding. Bagaimana bisa menjelaskannya kepada Dina.
Hmmm. Saya penasaran. Dari kecil saya selalu ingin mendengarkan suara-suara binatang, jawabnya lirih dan sedikit kecewa. Tapi dia tahu aku sangat ketakutan sehingga tidak menanyakan lebih jauh.
Oh ya, di dekat sini ada sungai ya?, tanyanya lagi dengan raut wajah sumringah.
“Iyaa. Mungkin berada tepat di belakang tempat ini.”, Jawabku kikuk.
Iyaa. Aku bisa merasakannya, walau tidak bisa mendengarnya. Getaran dari aliran sungai itu terasa di kakiku, jawabnya dengan tersenyum.
Aku mendengar lagi suara tokek itu. Aku berusaha menahan untuk tidak menutup telinga dan dengan berat hati berusaha menikmati suara itu. Aku paham sekarang mengapa Allah menciptakan tokek dan apa fungsinya secara personal bagiku. Agar aku bisa bersyukur, Allah mengizinkan aku untuk dapat mendengarkan suaranya.
.
.
.
.
.
Tapi ternyata kejadian aku menikmati suara tokek itu hanya terjadi sekali seumur hidup. Karena ternyata setelah kejadian itu, bagiku suara tokek masih saja menakutkan :(
0 notes
Text
I see
It was 01.30 am and here i am. Blinking my eyes, listening to the sound of the clock, and enjoying the solitude. then I tried to remember the taste of my last coffee. I remembered the taste gulp by gulp, i see… i see, It was not exceedingly bitter as my usual Americano. I remembered the taste of the next gulp, i could feel the bitter came out. I remembered the next gulp taste, i see… i see, The bitter was not from the coffee, but from the heart of a girl who escaped to the coffee shop at 9 PM after her parents went to sleep. I tried figuring out why it tasted bitter. i see… i see, the heart tried to ignore the beat of admiring.
0 notes
Photo
Baru ini saya menonton kongser nggak tenang. Setelah sekian lama, akhirnya saya merasa 'diperhatikan'.
0 notes
Text
A Teacher of Mine who Never Teach in Front of the Class
Bersekolah di Sekolah Dasar yang berdekatan dengan SLB membuat saya selalu melihat mereka yang istimewa dengan penuh keheranan. How they communicate, how it feels to be special and ‘different’ and how they see this world. Tidak pernah ada kata kasihan, hanya heran. Sampai akhirnya saat SD, saya ingat sekali saya pernah bicara “Aku nanti kalo besar mau jadi guru SLB aah”. Sampai sekarang saya masih ragu, apakah itu benar sebuah ‘keinginan’ angin-anginan anak SD atau memang saya ingin mengenal mereka lebih dalam. Sampai akhirnya saya lulus kuliah, tidak pernah ada media bagi saya untuk bertemu dan mengenal mereka yang istimewa ini.
Mempunyai keinginan jadi seorang tenaga pengajar dengan alasan ingin ilmu saya lebih bermanfaat, membuat saya ngotot tidak mau bekerja kantoran. Saya menemukan lembaga privat yang mencari pengajar Bahasa Inggris. Dan tempat ini yang mempertemukan saya dengan mereka yang istimewa. Dari sekian banyak les lesan di Malang, belum pernah saya menemukan lembaga yang concern terhadap mereka yang berkebutuhan khusus. Baru ini, dan saya tertarik walaupun ragu. ‘Mbak, ada orang tua anak Down Syndrome yang memakai jasa kami untuk mengajar anaknya yang istimewa. Mbak Farida bersedia?” DEG! Down syndrome? Ketika kita hanya memiliki 46 kromosom di tubuh kita, ‘mereka’ memiliki 47. Mereka ISTIMEWA. I’m totally excited for this offer, but I never done this thing before. Can I handle her? How can I communicate with her? How How Hooooww dan akhirnya saya nekat bilang, “YA! SAYA MAU!” tanpa bilang orang tua terlebih dahulu. Saya pulang kerumah, buka laptop dan mencari informasi apapun tentang Down Syndrome. Jurnal, video, saya buka semua muanya BECAUSE THIS WAS THE VERY FIRST TIME! Gimana kalo ini? Kalo anu? Kalo ahhh semuanya muter dikepala, until the day was coming. Saya tiba didepan rumahnya, ternyata anak manis ini sudah menunggu didepan teras. Mungkin dia juga senang karena setelah sekian lama, dia kedatangan seorang ‘tamu’.
I call her Kakak. Saya mencoba semanis mungkin karena mereka ini sungguh sangat sensitif. Kakak lagi asyik bemain smartphonenya, dan memamerkan kalau dia bisa mengetik huruf acak tanpa makna, tapi menurut dia itu sudah cukup membuatnya bahagia. Saya duduk disebelahnya, mencoba untuk lebih dekat. “Kakak main apa?” sambil melihat ke arah smartphone miliknya. Seketika dengan bahasa yang saya tidak mengerti, dia berteriak, marah. Yang saya tangkap dia mau melaporkan saya ke polisi karena menganggap saya ingin merebut smartphonenya. Ahhhhhh that was my very first experience and I just want to run and go home!! Mamanya mencoba menenangkan. Sampai akhirnya dia menunjukkan ke saya laptop kesayangannya. Hobbynya adalah mengetik huruf sembarangan, mem-block seluruh tulisannya, menghapusnya, mengetik lagi dan seterusnya. Mamanya bilang Kakak sangat suka dengan kucing. Bermodalkan Mifi baru, saya membuka Youtube sampai akhirnya saya tahu apa kesukaannya. Teletubbies dan Upin Ipin. Sehari itu saya menemaninya menonton, bisa dibilang ini cara saya pendekatan dengan Kakak. Satu setengah jam lewat, sudah waktunya saya pulang. Saya ingat tadi saya disuguhi secangkir teh, sekalian saja saya habiskan sebelum pulang. Tiba-tiba Kakak menunjuk cangkir saya yang bersisa hanya mungkin tiga tetes teh “Mbaak, mimik”. Dengan sabar saya bilang “yaah kak, sudah habis”. Dia tetap menunjuk cangkir saya sambil bilang “Mimik, mimik”. Tiba-tiba Ibunya bilang “Kakak biasa menghabiskan minuman orang yang dia sayangi mbaak” sambil tersenyum. Saya tertegun. Hari pertama dan saya paham sekarang, dia sangat istimewa. Menunjukkan rasa sayangnya dengan cara dia sendiri, tapi sungguh sangat sangat membuat sayaaa aah I just can’t explain. Menjadi pengajar mereka selain butuh pengetahuan lebih tentang Down Syndrome, juga harus menggunakan ketulusan. Kakak membuat saya belajar banyak tentang kesabaran, ketulusan dan kejujuran.
0 notes
Photo
Hordeolum teaches me how to keep my eyes clean from any harassment.
0 notes
Photo
My favorite peggin. Seeing your daffy best friends having serious man talk about life.
0 notes
Quote
Hakuna Matata. It means no worries for the rest of your days
Lion King
0 notes