Kebaikan itu hanya bisa dimulai dengan dua hal, yakni keikhlasan atau keterpaksaan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Perempuan Pembangun dan Penghancur Peradaban
Oleh: Herlin Herliansah
--***--
Setujukah jika kubilang bahwa perempuan adalah penentu dari kegemilangan dan kehancuran suatu peradaban? Ada pendapat yang mengatakan bahwa perempuan adalah tiang negara, suatu bangsa besar dilihat dari kualitas perempuannya. Perempuan, baik ketika berperan menjadi ibu, istri, saudara bahkan anak, jika kualitasnya the best, maka akan 'melahirkan' dan membentuk manusia-manusia yang terbaik pada masanya.
Sekarang mari kita berjalan-jalan mengendarai mesin waktu hingga zaman kerajaan Babilonia berkuasa 馃槀. Ada seorang pemuda yang sukses dalam menancapkan suatu peradaban manusia yang kokoh dan beradab, bahkan keturuannya dikatakan sebagai mesin-mesin pencetak generasi terbaik. Pemuda itu adalah Nabi Ibrahim as. Dibalik kesuksesan bapak para nabi ini, ada peran perempuan, yakni istrinya Sarah dan Hajar. Dari mereka berdua kita belajar tentang sifat sabar dan kataatan yang dahsyat kepada yang maha kuasa.
Selain berperan sebagai istri yang mengantarkan suaminya menuju kesuksesan, mereka berdua menjadi ibu yang berhasil mencetak generasi terbaik. Sarah melahirkan dan mendidik Nabi Ishak as yang nantinya akan memiliki keturunan para pengukir sejarah, mulai dari Nabi Yaqub as, Nabi Yusuf as, Nabi Musa as, Nabi Harun as, Nabi Zakariah as, Nabi Yahya as hingga Nabi Isa as. Dari rahim Hajar, lahir Nabi Ismail as dan akhirnya berujung pada Nabi Muhammad saw. Dari kisah keluarga Nabi Ibrahim, bahkan dicontohkan bahwa kewajiban orang tua adalah mencarikan calon istri yang tepat bagi anaknya. Tentu saja hal ini dilakukan Nabi Ibrahim karena ia tahu, untuk melahirkan generasi yang hebat, dibutuhkan kualitas istri yang hebat (lihat kisah Nabi Ismail dan istrinya).
Tak jauh dari negeri Nabi Ibrahim, ada suatu kaum yang Allah kubur secara hina, dan yang lebih memalukan ada andil perempuan di sana. Yup, istri Nabi Luth. Istri Nabi Luth bukanlah seorang kaum LaGiBeTe, tapi dia termasuk orang yang mendukung penyakit sosial ini menjamur di tengah kaumnya. Maka tak heran deh kalau dia ikut dikubur Allah bersama kaun sodom. Hiiii.
Nabi Musa as, mungkin orang yang merasakan dukungan dari banyak perempuan dalam kiprahnya membebaskan Bani Israil dari penjajahan. Mulai dari ibundanya, Asiah--ibu angkatnya, Fathimah--kakak perempuannya, dan istrinya. Dari Mesir, Nabi Musa membawa kaum Bani Israil yang taat, masuk ke Palestina.
Di tanah yang penuh berkah ini lahir seorang ibu shalihah dan melahirkan perempuan shalihah serta istimewa yang mendapatkan amanah dari Allah dengan lahirnya seorang rasul dari rahimnya tanpa ada proses perkawinan. Hannah dan Maryam. Hannah merupakan istri dari Imram. Ketika mengandung, ia berazam bahwa anak yang dikandungnya akan menjadi penjaga Masjidil Aqsha. Saat itu yang lazim menjadi penjaga Al Aqsha adalah kaum laki-laki. Pantang bagi Hannah menarik ucapannya, putri semata wayangya ia serahkan untuk mengabdikan diri pada Allah, hingga Maryam kemudia dipilih Allah sebagai ibunda dari Nabi Isa as.
Kesuksesan Nabi Isa dalam menyebarkan kebaikan tak luput dari perjuangan ibundanya. Mungkin kita menyangka yaelah Maryam mah engkang-engkang kaki doang. Beuh, tentu saja tidak Esmeralda! Para ahli sejarah dan ahli tafsir mengatakan bahwa Maryam mengalami perjuangan yang tidak mudah dalam mendidik Nabi Isa as. Beliau bekerja keras banting tulang hingga hijrah ke Mesir, terus balik lagi ke Palestina untuk mendidik dan menafkahi Nabi Isa as.
Maju beberapa abad, kita diperkenalkan dengan banyak perempuan yang berperan sebagai istri, saudara perempuan, anak bahkan tetangga yang mendukung suksesnya perjuangan Nabi Muhammad saw. Khadijah ra yang dikatakan oleh Nabi saw tiada penggantinya. Beliau bukan hanya berkorban jiwa dan raga untuk mendukung kesuksesan suaminya, tapi juga harta. Kita tahu, ia adalah seorang konglomerat Arab, tapi hartanya habis hingga tak bersisa pada penghujung usianya, semuanya ia berikan untuk mendukung dakwah sang suami. Khadijah melahirkan anak-anak yang shalihah, salah satunya Fathimah ra yang dikenal sebagai anak yang penyabar dan siap pasang badan membela Rasulullah.
Orang-orang yang dipikirannya sempit selalu menjadikan alasan ini untuk merendahkan Nabi Muhammad saw. Iya benar, pernikahan beliau dengan Ummahatul Mukminin Aisyah ra. Padahal pernikahan ini justru menunjukkan begitu visionernya Rasulullah. Nabi saw tahu bahwa Aisyah Allah lebihkan dalam hal kecerdasan, sehingga melalui Aisyah lah hampir semua keseharian Nabi saw terekam. Andaikan tak ada Aisyah, maka tak akan kita tahu hadits Nabi yang jumlahnya ribuan.
Itulah deretan nama-nama perempuan yang terukir sejarah melalui tangannya berhasil 'mengguncang dunia'. Kita tinggal pilih yang mana, mau mencontoh akhlak dan perjuangan perempua yang membangun peradaban atau menjadi timnya istri Nabi Luth yang menghancurkan peradaban.
Merenungkan mereka yang sukses dalam membangun peradaban, aku jadi teringat nasihat seorang ulama. Bahwa sifat malu adalah dasar bagi perempuan untuk membangun kehidupan. Perempuan yang memiliki sifat malu (malu di sini buka pemalu yang norak malu-maluin yaaak), akan mampu mengendalikan dirinya untuk menjadi manusia yang terhormat. Kesucian dan kehormatan yang terpatri dalam dirinya akan mampu mencetak generasi baru yang juga memiliki sifat unggul. Mustahil manusia yang membangun peradaban memiliki sifat tak tahu malu.
Meskipun kita, anak kita atau saudara kita tak jadi influencer, tapi tetap aja kita bagian dari peradaban. Semangat dan jiwa memperbaiki bangsa ini harus tertanam kuat dalam diri kita. Dimulai dari kita dan keluarga terdekat.
Bandung, 30 Desember 2019
--***--
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'
1 note
路
View note
Text
Tokoh Ibu Produktif Indonesia
Oleh: Herlin Herliansah
---***---
Berbicara tentang produktifitas perempuan, aku jadi keingetan tausiahnya Mamah Dedeh di salah satu stasiun tv. Beliau berkata, "Makanya ibu-ibu, jadi perempuan itu harus segala bisa. Jangan cuma diem bae di rumah!" 馃槀馃槀馃槀
Makasih, Mah, telah menamparku secara virtual. Sebenarnya sebelum Mamah Dedeh menamparku, ada satu sosok perempuan yang mengispirasiku sejak dulu jika berbicara masalah produktivitas. Tenang, kali ini bukan tokoh dari tujuh ratus tahun yang lalu, hehehe. Beliau adalah seorang ibu made in Indonesia. Dijamin ori. Prestasinya? Beuh! Gak usah ditanya lagi. Bukan sekedar prestasi yang bermanfaat bagi dirinya saja tapi cakupannya luas, skala nasional dan internasional.
Sekilas beliau terlihat sebagai sosok ibu biasa saja, sederhana dalam segala hal. Bahkan jika kulihat fotonya di google, tidak terlihat seperti sosialita dan ibu pejabat pada umumnya, jauh dari kemewahan. Beliau adalah Almarhumah Bu Yoyoh Yusroh.
Mari kita ulas sedikit, seproduktif apa hari-hari yang pernah beliau lalui.
1. Fisik yang bugar
Beliau memiliki 13 anak. Ini mah sosok emak-emak produktif banget. Bagiku yang termasuk kaum rebahan, mengandung dan melahirkan cukup melelahkan, mengurus anak dua pun udah kerepotan. Sedangkan, beliau? Masyaallah. Bahkan dalam salah satu buku memorialnya, setiap anaknya memiliki momen khusus yang so sweet dengan beliau. Jangan salah, anak-anak beliau tumbuh menjadi anak-anak yang berprestasi, baik akademik maupun dalam bidang agama.
Usut punya usut beliau memang selalu disiplin terutama dalam menjaga asupan makanan ke dalam tububnya. Beliau menjauhi makanan pedas dan bermicin, dengan tujuan supaya memiliki rahim yang kuat dan sehat ketika melahirkan. Madu dan habbatussaudah merupakan dua makanan yang menjadi andalan beliau. "Rahim adalah senjata yang dimiliki oleh perempuan, maka jagalah."
2. Rohani yang jernih
Paginya selalu dimulai dengan rentetan amalan bergizi bagi ruhiyahnya, disela-sela kesibukannya mengurus 13 anak dan menjadi anggota DPR RI di Komisi I, beliau selalu mengutamakan untuk tahajud, shalat dhuha, puasa sunnah, menambah dan mengulang hafalan bahkan tilawah 2-3 juz selalu beliau tuntaskan dalam sehari. Masyaallah.
3. Pikiran yang cemerlang
Dalam dunia legislatif, beliau bekerja tanpa henti demi bangsa Indonesia. Salah satu jasa beliau bagi kita adalah disahkannya UU Pornografi dan pornoaksi. Bagi beliau memisahkan perempuan memisahkan perempuan dari politik, sama saja dengan memisahkan masyarakat dari lingkungannya.
4. Kepedulian yang luas
Selain dalam bidang politik, beliau juga aktif dalam bidang sosial dan HAM serta kemasyarakatan. Kiprah beliau dalam bidang kemasyarakatan berhasil mengantarkannya mendapatkan penghargaan sebagai Mubaligh Nasional tahun 2001. Beliau aktif menjadi anggota Internasional Muslim Women Union (IMWU) sebagai salah satu wadah perjuangan bagi muslimah sedunia. Kampanye yang sering beliau gaungkan adalah tentang pembebasan Palestina. Kita patut bangga, karena beliau adalah salah perempuan Indonesia yang berhasil menbus blokade Israel untuk mengantarkan bantuan ke Gaza dalam misi Viva Palestina.
Ketika beliau pergi, bukan hanya kawan yang merasa kehilangan, bahkan juga lawannya dalam dunia politik. Bagi aku yang miskin ilmu, kadang produktifitas hanya akan aku akui jika sudah mendapatkan deretan penghargaan bagi diri sendiri. Menghasilkan karya ini dan itu untuk aku, karirku dan masa depanku. Hiks, sungguh egois. Padahal, sejatinya produktifitas itu akan lebih bermakna jika yang merasakan orang banyak. Dalam lingkup kecil, Bu Yoyoh mengajarkanku, bahwa produktifitas nyata seorang ibu adalah bukan sekedar mencetak anak-anak yang hebat dan berprestasi, tapi juga peduli akan lingkungannya dan memiliki visi untuk meneruskan estafet perjuangan untuk kesejahteraan bangsa ini.
Bandung, 28 Desember 2019
---***---
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'
1 note
路
View note
Text
Inilah Sosok Ibu yang Harus Dicontoh Untuk Mendidik Anak Menjadi Hebat
Oleh: Herlin Herliansah
---***---
Ibu yang bahagia akan melahirkan anak yang cerdas. Aku percaya dengan statement itu. Namun, saat ini definisi bahagia menjadi sedikit sempit. Bahagia diartikan hanya sebatas ibu cukup gizi dan isi dompet. Nyatanya, bahagia itu luas. Ada satu kisah menginspirasi tentang ibu bahagia yang melahirkan seorang anak yang diakui kecerdasannya sepanjang masa.
Tujuh ratus tahun yang lalu di Gaza, Palestina lahir seorang anak laki-laki. Dia telah menjadi yatim ketika berusia dua tahun. Sang ibu memiliki impian anak semata wayangnya harus menjadi seorang ulama besar yang menyinari umat. Dalam kesibukannya mencari nafkah, beliau selalu pergi menggendong anaknya dari satu majelis ilmu ke majelis lainnya, dengan tujuan agar si anak mendengarkan dan belajar tentang ilmu agama secara langsung. Hingga suatu hari, sang ibu mendengar bahwa pusat ilmu pengetahuan adanya di kota Mekkah. Maka sejak itu, dia memutuskan untuk pindah dari Gaza ke Mekkah.
Jarak dari Gaza ke Mekkah sekitar 1.200 km, jika di Indonesia itu layaknya berjalan dari Banda Aceh ke Kota Padang. Dalam keadaan miskin dan sendirian, beliau berjalan kaki menggendong anaknya dengan satu tujuan, anak saya harus menimba ilmu di kota Mekkah. Setelah tiba di sana, beliau tawaf dan memohon kepada Allah agar anaknya bisa menjadi seorang ulama besar. Sesaat setelah itu, ditemuinya semua ulama besar di kota Mekkah, dan dititipkan anaknya untuk belajar pada mereka.
Ketika anaknya remaja, si ibu mendengar bahwa pusat ilmu pengetahuan yang sedang mengalami kemajuan saat itu adalah Baghdad. Tak perlu menunggu lama, beliau menyuruh anaknya untuk pergi menuntut ilmu ke Baghdad dan dilarang pulang hingga menjadi ulama besar. Kini, anak tersebut dikenal orang sebagai salah satu ulama fikih yang terkenal karena kecerdasannya, anak itu adalah Imam Syafi'i.
Ibu Imam Syafi'i bukanlah orang yang kaya, tapi mampu membuat anaknya menjadi hebat. Ada beberapa hal yang bisa saya ambil pelajaran dari cara pengasuhan ibunda Imam Syafi'i, yaitu:
1. Doa
Ibu Imam Syafi'i selalu mendoakan anaknya untuk menjadi ulama yang besar dalam setiap kesempatan. Pastilah kita tahu bahwa doa ibu merupakan salah satu doa yang mustajab. Ketika mendoakan anak, tak usah tanggung-tanggung. Ibunya Imam Syafi'i meskipun dalam keadaan miskin, tapi percaya bahwa anaknya bisa menjadi seorang ulama besar.
2. Mencari dan memilih lembaga pendidikan serta guru terbaik
Ibu Imam Syafi'i rela menggendong anaknya sejak kecil dari satu majelis ke majelis lain, bahkan rela berjalan dari Palestina ke Mekkah dengan tujuan agar anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang unggul. Saat ini lembaga pendidikan di sekitar kita sudah bertebaran. Sebagai ibu, kita harus memiliki gambaran besar terlebih dahulu anak ingin dicetak menjadi apa dan siapa, setelah itu kita harus mau menyusahkan diri mencari dan memilih lembaga pendidikan terbaik untuk anak. Percaya, deh, belum tentu sekolah mahal itu sekolah terbaik, sehingga teruslah berusaha mencari tahu lembaga pendidikan yang akan dipilih. Selain itu, kalau perlu kita harus tahu latar belakang guru dari anak yang akan mengajar anak. Kadang kita sudah berpikir, sekolah ini bagus berarti gurunya oke. Belum tentu juga. Saya terkadang meminta akun media sosial dari calon guru yang akan mengajar anak atau bertanya kepada orang yang sudah mengenalnya, dari sana kita bisa sedikit mengintip kepribadian guru yang akan mengajar. Selalu ingat ada statement bahwa perkataan guru lebih dituruti anak daripada orangtua. Maka, jangan sampai kita salah pilih guru untuk anak.
3. Semangat tak kenal lelah
Ibu Imam Syafi'i benar-benar patut dicontoh oleh ibu-ibu zaman sekarang. Bahkan semangatnya untuk menjadikan sang anak ulama besar terus dia pupuk hingga Imam Syafi'i tumbuh remaja. Walaupun harus berpisah dengan sang buah hati sekali pun, jika itu untuk menjadikan anaknya hebat maka akan ia lakukan. Semangat akan menular pada orang-orang di sekitar kita. Ketika kita ingin anak berhasil dalam suatu hal, maka tunjukkanlah semangat kita pada anak, selalu katakan alasan mengapa dia harus bisa mencapai titik itu. Jangan sampai semangat itu malah jomplang, karena anak tak paham dengan apa yang kita perjuangkan.
4. Memberi yang terbaik
Ibu Imam Syafi'i selalu giat bekerja meskipun hanya seorang single parent. Suatu riwayat mengatakan bahwa beliau benar-benar menjaga makanan yang masuk ke dalam perut sang Imam sejak kecil. Hanya yang baik dan halal saja, sehingga beliau rela memeras keringat agar mencukupi hal tersebut.
Wah, ternyata untuk mencetak anak yang hebat, tidak bisa dilakukan dengan cara rebahan dan santai kayak di pantai. Ehehehe.
Hal terbesar yang saya rasakan dari semangat ibu Imam Syafi'i bukan hanya sebuah ambisi, melainkan keikhlasan untuk membuat anaknya besar. Mungkin hal inilah yang membuat Imam Syafi'i juga menjadi pribadi yang unggul karena merasakan ruh keikhlasan dari ibundanya. Hal ini mengajarkan pada saya bahwa untuk menjadi ibu dari anak yang cerdas bukanlah sekedar kita harus bahagia, tapi justru siap bekerja lebih keras dan lebih ikhlas.
Bandung, 27 Desember 2019
---***---
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'
0 notes
Text
Kegiatan Me Time Untuk Bunda yang Punya Bayi
Oleh: Herlin Herliansah
---***---
Katanya untuk menjaga kewarasan, perempuan harus memiliki waktu rehat untuk diri sendiri yang lebih dikenal dengan sebutan me time. Sebenarnya, me time bukan hanya dilakukan oleh perempuan, kaum adam sampai anak-anak pun sebenarnya harus memiliki me time. Menurut Roslina Verauli, MPsi, me time lebih ditekankan pada kaum hawa karena kebanyakan mereka memiliki tingkat pekerjaan yang lebih kompleks dalam kehidupan, selain hal tersebut mereka lebih cenderung memilih tak melakukan me time karena takut mengorbankan pekerjaan atau keluarga.
Me time sebenarnya bukanlah kegiatan di mana perempuan harus menjauh dari segala aktivitas hariannya. Sampai saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa me time adalah di mana kita harus pergi atau melakukan kegiatan sendiri tanpa dibebani adanya anak atau pasangan. Waduh, bahaya juga, bagaimana jika yang memiliki bayi, tidak mungkin juga harus ditinggalkan. Jika me time hanya didefinisikan seperti di atas maka para ibunda dengan bayi tidak akan pernah melakukan me time, kecuali yang memiliki baby sitter atau nitip ke suami. Wkwkwk.
Masih menurut Bu Roslina, me time merupakan kegiatan pribadi yang berhubungan dengan kondisi mental yang baik, bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Merujuk pada definisi ini, saya memiliki beberapa alternatif kegiatan yang bisa dilakukan oleh ibunda dengan bayi tanpa baby sitter dan tanpa nitip anak ke suami atau orang lain.
1. Ibadah
Siapa yang masih anggap ibadah sebagai beban? Hihihi. Sejatinya dalam setiap agama apapun, agenda ibadah merupakan sebuah kegiatan yang pas untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Bagi yang muslim salat yang dilakukan sebanyak lima kali sehari atau salat sunnah seperti dhuha dan tahajud bisa dijadikan aktivitas me time yang pas untuk melepaskan penat. Dalam salat kita bisa mencurahkan semua beban pikiran dan kelelahan yang kita rasakan pada Allah.
2. Membaca
Bagi yang suka baca, me time bisa dilakukan dengan membaca Al Qur'an, Al Kitab atau buku-buku favorit. Selalu siapkan buku yang akan dibaca di kamar, sehingga ketika bayi sedang tidur, kita bisa membaca di sampingnya.
3. Nonton
Tidak perlu ke bioskop, karena itu akan sangat merepotkan baik bagi bunda maupun pengunjung lain. Menonton bisa dilakukan melalu gadget. Bagi bunda yang ingin menonton film terbaru, biasanya dalam beberapa waktu setelah film launching di bioskop, film tersebut akan diputar di aplikasi berbayar baik di handphone atau tv kabel.
4. Makan
Hari gini pengen makan enak gak perlu lagi pergi ke luar rumah. Cukup menggunakan jempol, kita sudah bisa memesan makanan yang ingin kita nikmati melalui aplikasi online. Bahkan makan bakso di mamang yang suka keliling kompleks bisa menjadi alternatif yang mantap.
5. Luluran dan maskeran
Lakukan kegiatan luluran ketika bayi sedang tidur. Kabar baiknya, bunda bisa memanfaatkan bahan-bahan yang ada di rumah seperti beras, kopi, buah-buahan, madu, yoghurt dan gula pasir sebagai bahan scrub untuk luluran dan maskeran.
6. Berolahraga
Gak usah yang berat, melakukan streching atau olahraga ringan menggunakan panduan video YouTube atau aplikasi lainnya. Bahkan berjalan-jalan pagi atau sore dengan menggendong anak di jalan kompleks, bisa menjadi olahraga rutin.
7. Memanggil tukang urut/ pijat
Pasti pengen deh dipijat setelah semalaman jaga dede bayi. Salah satu alternatif jika kita gak bisa pergi ke tempat spa, memanggil tukang urut ke rumah adalah solusi yang tepat, ketika di urut kita bisa menyalakan lilin atau wewangian aromaterapi agar semakin santai. Memakai lotion aromaterapi juga bisa.
7. Tidur siang
Ini adalah me time yang sangaaattt saya suka. Wkwkwk. Sangat murah dan berefek luar biasa bagi kebugaran tubuh setelah lelah mengurus si kecil.
Bandung, 25 Desember 2019
---***---
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'
0 notes
Text
Rapor yang bikin Baper
Oleh: Herlin Herliansah
---
Pembagian rapor telah tiba, masih anget-anget banget sih. Di dunia per-FB-an mulai ramai dengan upload foto raport anak dan berbagai opini masalah ranking. Kemarin aku baca sebuah tulisan seorang ibu-ibu di grup tentang prestasi dan masa depan. Intinya ibu itu gak suka sama orang yang bilang kalau ranking satu itu tidak menjamin kesuksesan orang, itu mah cuma pembelaan karena anak situ rangkingnya jelek. Terus ibunya bilang kalau yang ranking satu aja belum tentu sukses, apalagi yang gak ranking satu. Kalau aku boleh julid, sebenarnya kedua belah pihak lagi baper, sih. Termasuk eyke, wkwkwk. Duh, ini efek budaya narsis juga sih.
Wajar sih emak-emak baper masalah nilai anak. Nah, sebagai emak tinggal pinter aja menanggapi masalah kebaperan akibat rapor anak dan postingan orang. Gak usah sampai perang opini berujung diem-dieman. 馃榿
Buat ibu yang protes dengan postingan bahwa ranking gak menentukan nasib, Mak, masing-masing aja sih orang mau nulis apa, apakah sulit membiarkan saudara kita yang lain bahagia dengan pembelaannya--itu pun jika benar nilai anaknya jelek. Lah, kalau itu pencitraan doang buat motivasi emak-emak yang nilai anaknya jelek gimana hayo? Kenapa mesti pusing dengan statement orang lain, kurang bahagiakah walaupun nilai raport anak anda terpampang angka satu setiap semester? Fokus aja doain anak anda. Statement orang gak bakalan ngaruh, kelesss.
Buat emak yang nilai anaknya beneran jelek, udah sih diem bae, gak usah baper lihat yang lagi berbahagia, ucapin selamat aja anak orang berprestasi. Terus tanya sama anak kita apa yang dia rasakan sehingga prestasi akademiknya jelek. Beneran deh, buat dapat rangking satu mah gampang kalau anaknya udah ada kemauan. Anak ane udah ada kemauan, tapi tetep aja gak ranking satu? Bisa jadi bakat anak anda bukan dalam bidang akademik. Kenapa gak kembangin bakat alaminya. Dulu di sekolahku yang selalu juara basket dan Tae Kwon Do tingkat provinsi gak pernah dapat ranking malah.
Aku sebenarnya udah gak tahu tahun 2019 ini apakah sistem pe-ranking-an masih ada atau nggak. Beberapa orang bilang ranking perlu, karena itu penghargaan buat si anak, dan menjadi semacam reward serta menumbuhkan jiwa kompetitif anak. Kalau mau menumbuhkan jiwa kompetitif anak kenapa gak lomba tahajud, sedekah dan menolong orang lain aja. Macam Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Anak jadi belajar berlomba dalam kebaikan, bukan dicekoki masalah dunia sejak kecil. Ada yang bilang ranking udah gak zaman lagi. Bisa menimbulkan rasa jumawa pada anaknya, dll. Terus author setuju yang mana?
Aku setuju yang lebih utama dari ranking adalah akhlakku dan akhlak anakku. Jika anak pintar, Alhamdulillah, itu bonus. Namun, aku akan merasa gagal jadi orang tua jika anakku tak kenal Allah dan agamanya. Zaman sekarang, anak yang kokoh imannya, sopan sama orang yang lebih tua, mengayomi yang lebih muda serta berusaha menjaga kehormatannya, udah langka.
Siapapun yang menulis postingan bahwa yang ranking satu belum tentu sukses, benar. Ibu yang bantah juga benar. Tapi yang salah cuma satu, menurutku mereka berdua masih sama-sama melihat kesuksesan itu dari ukuran materi.
Sukses di akhirat gak ada sangkut pautnya Bu dengan ranking kelas. Kecuali jika ranking itu didapatkan dengan ketidakjujuran. 馃槄
Daripada saling hujat, kita fokus persiapkan anak kita untuk menghadapi masa depan mereka yang mengerikan. Siapkan keimanan dan mentalnya. Bisa jadi ibu hari ini lihat ranking anak ibu, besok udah gak bisa lagi. Terus siapa yang jaga mereka dari terkaman serigala zaman edan. Urusan ranking simpanlah dengan rapat seperti saya yang suka diam ketika ditanya masalah IPK, padahal IPK saya diatas 3,9 loh 馃槀馃槀馃槀馃槀
Dari seorang yang sudah kenyang dengan ranking satu dari SD sampai SMA. Minta digampar emang ini author 馃槀馃槀馃槀
Bandung, 22 Desember 2019
--***--
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'
0 notes
Text
Aku bersyukur lahir dari rahim seorang emak yang memiliki Allah 馃槏
0 notes
Text
Tips Untuk Mencegah Baby Blues
Oleh: Herlin Herliansah
---
Beberapa waktu lalu di jagad per-FB-an lagi booming tentang statement bahwa wanita yang mengalami baby blues merupakan wanita yang kurang iman. Waduh, ngeri-ngeri sedap ya statement-nya. Bener gak ya, kalau baby blues itu kaitannya dengan iman seseorang?
Sebenarnya apa sih baby blues itu. Dikutip dari The Asian Parent, baby blues merupakan depresi ringan yang dialami oleh wanita pasca melahirkan. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya baby blues, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu penurunan hormon dalam tubuh terutama hormon progesteron dan estrogen. dr. Arju Anita SpOG dari RSIA Hermina mengatakan, bahwa dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, wanita akan mengalami perubahan hormon secara drastis.
Faktor lain pemicu terjadinya baby blues adalah faktor eksternal. Apa aja sih faktor eksternal itu? Misal, cibiran, kurangnya dukungan pasangan dan orang sekitar, kelelahan, turunnya kepercayaan diri akibat perubahan bentuk tubuh, faktor ekonomi, bahkan yang paling parah adalah KDRT.
Sebagai manusia kita tidak bisa mengatur bagaimana kerja hormon dalam tubuh kita, selain itu kita juga sulit untuk membuat orang lain berubah sesuai dengan yang kita inginkan. Namun, kita bisa berusaha menghindari atau meminimalisasi faktor eksternal yang memicu terjadinya baby blues. Berikut tips yang bisa dilakukan:
1. Lebih dekat dengan Tuhan
Selama masa kehamilan perbanyaklah mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. Hal ini bisa kita lakukan dengan meningkatkan kuantitas serta kualitas dalam beribadah dan berdoa. Jangan lupa doakan juga janin dalam kandungan serta orang-orang di sekitar kita agar menjadi lebih baik, karena yang membolak-balikan hati manusia adalah Tuhan.
2. Menciptakan lingkungan positif
Jika selama ini kita memiliki keluarga, tetangga atau kawan di media sosial yang kurang baik dalam bersikap atau berkata--seringkali terdengar menyakitkan. Ada baiknya mulai sekarang, kita mengurangi intensitas kedekatan dengan mereka. Di media sosial, mulailah meng-unfollow akun-akun yang membuat badmood, sedih atau memiliki perasaan negatif. Cari dan pilih teman atau komunitas yang memberikan efek positif. Jika lingkungan negatif berasal dari keluarga yang tinggal serumah, bicarakan dengan pasangan, mungkin inilah saatnya untuk memulai hidup mandiri, walaupun hanya ngontrak. Bagaimana jika lingkungan negatif adalah suami? Bicarakan masalah kita kepada ayah atau anggota keluarga yang bisa dipercaya, agar mendapatkan solusi yang terbaik. Jangan pendam sendiri kalau masalahnya udah akut.
3. Membuat kesepakatan dengan pasangan
Masih ada lho yang menganggap bahwa mengasuh anak itu adalah tanggungjawab ibu, sedangkan ayah fokus mencari nafkah di luar. O-ow, itu adalah anggapan keliru. Bagaimana pun tugas mengurus anak adalah tanggungjawab istri dan suami. Jika di rumah tidak menggunakan jasa ART, sejak trisemester pertama kehamilan, buatlah kesepakatan dengan suami mengenai pembagian tugas rumah tangga, mana saja yang bisa dilakukan olehnya. Setelah melahirkan, libatkan suami untuk menjaga si kecil pada malam hari. Hal ini juga akan mencegah kelelahan pada ibu.
4. Berbagi dan banyak melakukan kebaikan
Selama hamil banyaklah berbagi dengan orang yang lebih membutuhkan, selalu mintalah doa dari mereka. Kita gak tahu lho, doa siapa yang bisa membawa keselamatan. Perbanyaklah menolong orang lain disekitar kita, gak perlu yang berat, misal memberikan camilan pada tetangga, menyumbang di kotak infak masjid atau membagikan motivasi di-wall media sosial.
5. Lakukan me time dan konsumsi makanan yang bergizi.
Lakukanlah hobi dengan gembira atau memanjakan diri sesekali dengan pergi ke salon, luluran di rumah, atau makan di luar, adalah ide yang bagus. Pastikan aktivitas yang kita lakukan aman yaa.
6. Menurunkan standar
Kita pasti berharap semua capaian yang diperoleh adalah yang terbaik dalam versi kita, tapi bagaimana jika kenyataannya yang terjadi adalah versi terbaik dari Allah. Jangan kecewa, berharap boleh tapi flexibel aja. Jika harus lahiran dengan caesar, gak usah maksa harus normal. Jika anak yang lahir tidak sesuai dengan yang kita harapkan, terimalah apa adanya.
7. Menulis
Menulis merupakan salah satu terapi yang bisa kita lakukan untuk mengobati depresi atau lelah dengan keadaan. Namun, pastikan tempat kita menulis benar. Jangan sampai karena salah tempat malah bikin runyam. Masalah rumah tangga, tak perlu kita posting juga di media sosial. Tulis semua yang kamu rasakan, luapkan dalam bentuk curhatan atau diangkat menjadi cerita fiksi. Wah keren nih, bisa nambah karya.
8. Hargai diri kita
Meskipun dihindari, anggapan jelek dan cibiran pasti akan datang, entah itu dari keluarga atau orang lain. Membandingkan diri kita dengan orang lain. Semua hal itu akan menjadi angin lalu ketika kita mampu meyakinkan diri bahwa kita ini berharga, ya, hargai diri kita sendiri. Selalu camkan dalam hati, bahwa saya adalah wanita yang hebat karena sudah berhasil melewati perjuangan panjang mulai dari mengandung sampai melahirkan dengan selamat. Sekarang saatnya fokus untuk merawat buah hati, abaikan menanggapi orang yang tak punya hati.
Bagi saya proses perjuangan mendapatkan anak, mau itu yang mudah sampai yang keluar jutaan rupiah, mau lahiran normal atau caesar, yang anaknya lahir dengan selamat atau wafat, wanita tetap hebat. Sebagai yang mengalami, semoga Tuhan menguatkan kita sehingga terhindar dari syndrom baby blues. Bagi yang jadi penonton, baik itu suami, kerabat atau kawan. Please, jaga omongan, diam dan mendengarkan lebih baik daripada ketika berucap malah melukai hati. Niatnya baik nasehatin, tapi gak bandingin juga kali!
Itulah hal-hal yang saya lakukan ketika kehamilan kedua. Ketika kehamilan pertama, meskipun gak parah amat, saya hampir terkena baby blues. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah dan sikap kooperatif dari pasangan, saya bisa melaluinya. Mungkin, mencari pasangan yang benar-benar baik dan pengertian adalah tips jitu yang utama untuk mencegah baby blues. :)
---
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'
Bandung, 21 Desember 2019
Sumber: theasianparents.com/babyblues
0 notes
Text
Akui saja memang kau lemah di hadapan Tuhan.
0 notes
Quote
Pekerjaan itu dimulai dengan dua hal, keikhlasan atau keterpaksaan
Eboni Celebes
1 note
路
View note