Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Marhaban yaa Ramadan, Marhaban yaa Corona
Akhirnya, Ramadan datang entah yang ke berapa dalam rentang usia kita selama hidup di dunia. Setiap Ramadan datang, kalimat “Ramadan kali ini berbeda dengan yang sebelumnya” sering kali muncul ke percakapan nyata juga lini masa media sosial.
Perbedaan yang dimaksud memiliki banyak arti. Perbedaan status, lingkungan, lingkar pertemuan, dan yang pasti adalah perbedaan kualitas ketika bulan puasa tiba.
Boleh jadi orang yang pada Ramadan tahun sebelumnya masih sendiri, dikesempatan kali ini telah menjadi sepasang suami istri atau bahkan suami istri yang dinaungi kebahagiaan karena munculnya buah hati; dari suami menjadi ayah, dari istri menjadi ibu. Mereka bahagia karena status berubah, semakin mempunyai prioritas dalam menjalani dinamika hidup ketika puasa.
Anak-anak yang beranjak dewasa, mulai mengurangi kebiasaan bermain ketika sholat tarawih. Mereka sudah mengerti malu walaupun belum mampu memaknai secara utuh. Malu adalah aspek penting dalam pembentukan watak manusia.
Mereka yang harus merantau, jauh dari rumah akan memahami apa itu homesick. Kebiasaan berbuka puasa dan sahur bersama keluarga kini tidak bisa lagi dilakukan karena sebuah tuntutan. Sendu tentu, sedih pasti.
Tetapi, hidup selalu memberikan kejutan yang terkadang susah untuk ditolak. Sejenak meninggalkan kehangatan rumah ketika puasa namun dipertemukan keluarga baru, teman-teman dari berbagai latar belakang berbeda di perantauan. Lingkungan baru membuat seseorang harusnya lebih bisa menghargai arti sebuah pertemuan.
Pengalaman mencari takjil dari masjid ke masjid dan keluar di malam hari sambil menahan kantuk serta udara dingin untuk mencari santap sahur, mungkin sebagian kecil yang biasa dilakukan perantau.
Satu hal yang pasti berubah dan berbeda di setiap Ramadan adalah kualitas kita sebagai manusia yang menjalankan puasa, apalagi puasa tahun ini. Karena sebuah ujian bernama Corona atau Covid-19, roso puasa kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya.
Tidak banyak riuh orang berkumpul di masjid untuk mendengarkan kultum sebelum berbuka puasa, sedikit orang masih sholat tarawih di musholla terdekat. Klangenan setelah sahur juga banyak dihabiskan di rumah saja bahkan bisa saja I’tikaf juga dilakukan dengan tagar dirumahsaja.
Memang berat harus jujur diakui; berbagai kegiatan yang membuat puasa menjadi “puasa” tetap harus ditiadakan tahun ini. Tak berjumpa sanak saudara, tak bertatap muka dengan teman sebagaimana umumnya ketika mengagendakan buka bersama.
Secara fisik memang kegiatan kita terbatasi, namun jika ditelisik lebih ke dalam (sebagaimana orang Timur pada umumnya), ujian Corona di saat puasa ini seharusnya membuat kita sadar tentang ada hal yang bisa diperjuangkan, ada hal yang kira-kira bisa dilakukan, dan hal yang sama sekali tidak boleh dilakukan.
Iya, seharusnya dengan mengetahui ketiga batasan tadi, orang sadar atas dirinya; apa yang menjadi kekuatan dan kekurangannya juga mengetahui di mana batas dari dua hal tersebut.
Sehingga secara spiritual, manusia merdeka adalah mereka yang berpuasa tidak hanya saat Ramadan, tetapi mampu memuasai apa saja yang terdapat dalam keseharian hidupnya.
0 notes
Text
Akan Muncul Peradaban Baru! (bagian 1)
Sebuah pergerakan membutuhkan narasi gagasan dan tulisan ini berisi gagasan, hasutan, serta seruan.
Kalau kamu membaca tulisan ini, berarti saya sudah menganggap kamu sebagai teman. Bukan hanya sebatas teman “tahu sama tahu”, tetapi juga teman yang saling kenal. Saya mengenal sedikit banyak tentang kamu; cara berpikir, berbagai pertimbangan yang mungkin muncul dalam pengambilan keputusanmu, dan bentuk-bentuk lain tentang bagaimana saya merasa begitu mengenalmu.
Pun, saya juga beranggapan bahwa kamu juga mengenal cara berpikir, cara bersikap, dan lain sebagainya dalam hidup saya untuk membuat suatu keputusan. Kita mengetahui satu sama lain, kita mengenal tabiat satu sama lain, dan mungkin kita satu visi walau dengan jalan yang berbeda-beda.
Dalam tulisan kali ini, saya tidak akan mengajakmu untuk berpikir jauh dan kompleks layaknya perjalanan dari timur ke barat. Saya hanya mengajukan sebuah penawaran yang dapat saya pertanggungjawabkan. Penawaran untuk menunaikan sebuah kewajiban.
Satu yang saya tahu dan patut disyukuri adalah kita sudah bekerja dan mampu meringankan/mengurangi beban orang tua. Sudah tidak lagi meminta uang untuk kebutuhan sehari-hari, memberikan beberapa kepada orang tua meskipun tidak banyak. Beberapa mungkin sudah terbiasa menghidupi diri sendiri sejak lama, malah saat ini, masing-masing dari kita sudah bisa menyisihkan sebagian dari hasil kerja keras untuk teman-teman lain yang berhak dan itu hal yang positif saya kira.
Kita harus mensyukuri itu.
Gagasan, hasutan, dan seruan ini ada kaitannya dengan menyisihkan beberapa persen bagi mereka yang berhak mendapatkan.
Sebelum masuk ke inti, saya akan menjelaskan sebuah prolog yang menjadi latar belakang mengapa saya melakukan ini.
Berawal dari berakhirnya masa pengangguran, saya bekerja di tempat yang sesuai dengan keinginan saya saat ini. Seperti halnya teman-teman lain, ketika mendapatkan gaji untuk pertama kali, saya sudah membuat alokasi, rencana anggaran dana terkait gaji tersebut. Tabungan, investasi, diberikan ke orang tua, dan lain sebagainya adalah contoh kecil.
Singkat cerita, gaji didapat dan langkah selanjutnya adalah merealisasikan rencana awal sampai suatu ketika ibu saya berkata, “ojok lali zakat lek wes oleh gaji loh yo. 2,5%” (jangan lupa zakat kalau sudah dapat gaji loh ya. 2,5%). Sontak saya kaget dan serasa diingatkan, bahwa ada sebagian dari yang saya terima adalah hak/milik orang lain sebesar 2,5%. Ya se-spesifik itu, minimal dua setengah persen. Saat itu juga, rencana keuangan saya berubah dan gagasan ini muncul.
Awalnya, saya berniat menyalurkan ke lembaga amil zakat (LAZ) yang sudah ada. Semisal; YDSF, LazisMu, LazisNu, Nurul Hayat, dan lain-lain. Tetapi bagi kamu yang mengenal saya, pasti mengerti mengapa saya mengurungkan niat tersebut. Lembaga di atas begitu besar, terpercaya, dan sudah banyak donaturnya namun saya merasa tidak puas jika hanya menjadi donatur, saya merasa harus menyalurkan zakat itu sendiri. Sekali lagi, bukan karena trust issue, tetapi murni karena saya merasa tidak puas jika tidak berkecimpung langsung.
Di sini inti dari tulisan ini.
Saya mengajak kamu, yang sudah bekerja untuk menyisihkan 2,5% dari gaji atau pendapatanmu untuk dikumpulkan dengan teman-teman yang lain kemudian disalurkan ke mereka yang berhak.
Berapa besaran yang dizakatkan?
Kapan pengumpulan zakat dilakukan?
Apa nama lembaga ini?
Siapakah yang berhak itu?
Kapan proses penyaluran dilakukan?
Apa hak dan kewajiban yang berzakat?
Siapakah yang mengumpulkan zakat itu?
Apa garansi bahwa zakat akan disalurkan dengan baik?
1. Harus 2,5%
Karena tujuan awalnya memang “menagih” hak untuk orang lain. “Bagaimana kalau kurang/lebih dari itu?” Kalau kurang, disalurkan saja dalam bentuk infaq atau sodaqoh ke masjid atau lembaga lain. Kalau lebih, ya bagus alhamdulillah.
Ada satu hal yang saya tekankan. Semisal hasil perkalian (Gaji x 2,5% = 46.800,00) alangkah memudahkan pengumpul zakat jika hasil tersebut dibulatkan ke atas menjadi Rp 50.000,00
2. Setiap tanggal 1-10
Dengan asumsi bahwa teman-teman ada yang mendaptkan gaji di tanggal yang berbeda (25, 28, 30, dan 1) dan laporan pertanggungjawaban akan diumumkan setiap tanggal 12.
3. Tidak ada
Karena saya menganggap nama hanya akan menjadi simbol. Kegiatan sosial ini masih prematur dan saya tidak pernah membayangkan untuk memberi nama. Jikalau di tengah jalan memang harus diberi nama maka nama itu akan muncul dengan sendirinya. Jadi, untuk nama yang tertulis nantinya menggunakan atas nama dari masing-masing pendonatur. Bisa siapa saja dan itu random dipilih secara bergantian.
4. Komunitas, yayasan, dan semua yang disetujui secara mufakat
Jangkauan tangan saya masih terbatas, namun saya yakin, jangkauan itu akan bertambah luas dan besar dengan andil serta perananmu. Jadi untuk saat ini, yang berhak mendapatkan saluran dari donasi kita adalah komunitas, yayasan, lembaga, dan semua yang disetujui secara mufakat.
Karena perspektif teman-teman bisa berbeda, maka akan dilakukan sebuah diskusi untuk menentukan sasaran zakat tetapi diskusi baru akan dilakukan setelah bulan keempat. Satu sampai empat bulan pertama, semua donasi zakat akan disalurkan ke LAZ yang ada di Surabaya.
Dan ketika simpul ini membesar, tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan suatu acara, bekerja sama dengan komunitas lain yang tentu perlu dibicarakan lebih intens dengan berbagai pertimbangan.
5. Setiap akhir bulan dan atau ketika ada kegiatan yang hendak diselenggarkan
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ada saran dari teman-teman terkait sasaran untuk bulan berikutnya.
Acara yang dimaksud adalah jika (misalkan) simpul ini hendak melakukan kegiatan di bulan Mei, maka zakat dari bulan Februari-Mei akan ditahan untuk acara di bulan Mei.
6. Berhak mendapat laporan total tiap bulan
Hak yang pasti diterima adalah pertanggungjawaban jumlah zakat pada bulan itu. Jika ingin mengetahui detailnya yang lebih terperinci juga bisa menghubungi saya.
Yang tidak bisa lepas dari hak adalah kewajiban.
Saya tidak memaksa kamu untuk menyalurkan ke sini namun saya berharap simpul yang sudah terbentuk ini dapat sustainable dan kamu merangkap; menjadi donatur juga agen supaya jangkauan semakin besar dan luas.
Satu poin yang perlu saya tekankan adalah saya tidak ingin dengan adanya partisipasimu di simpul ini akan menganggu pekerjaanmu. Jadikan simpul ini sebagai wadah bertemu orang baru dan tempat untuk melepas penat dengan berbagi kepada mereka yang berhak.
Berat tetapi semoga simpul ini menjadi ladang kebaikan bagi kita semua.
7. Saya, Azis, dan Ubai
Untuk yang sudah mengenal saya dapat mengirimkan zakatnya ke saya. Untuk teman-teman Akuntansi ‘14 Universitas Jember bisa ke dua nama tersebut. Saya berharap semoga simpul ini menjadi besar, sehingga pengumpulan zakat tidak hanya berpusat di tiga orang. Kamu yang awalnya sebagai donatur kemudian menjadi agen nantinya juga merangkap sebagai pengumpul zakat bagi mereka yang ingin bergabung tetapi tidak dapat saya jangkau.
Kamu bisa menjadi pusat untuk lingkaranmu yang lain.
8. Azas kepercayaan
Saya menjanjikan laporan total zakat tiap bulan dan bukti fisik bahwa zakat disalurkan sebesar yang terkumpul. Saya menyadari bahwa kegiatan sosial semacam ini masalah utamanya adalah kepercayaan, maka dari itu, tulisan ini saya buat utamanya bagi mereka yang mengenal dan tahu karakteristik saya.
Selanjutnya, beban itu akan otomatis terbagi kepada kamu jika simpul ini berkembang dan tumbuh.
Itu adalah sedikit pertanyaan yang mungkin muncul di benak teman-teman semua. Ini adalah peletakan batu pertama bagi simpul ini sehingga kondisinya tidak kokoh, jadi jika ada pertanyaan yang ingin diajukan bisa menghubungi saya.
Layaknya sebuah pergerakan, saya sadar bahwa masalah terbesar kegiatan sosial semacam ini adalah trust issue. Jika kamu pernah melihat film “Pay It Forward” maka konsep yang saya gunakan kurang lebih sama seperti dalam film itu. Satu orang membantu tiga orang dengan harapan masing-masing dari tiga orang itu membantu tiga orang lagi dan seterusnya.
Ini masih awal dan saya percaya, kamu adalah kawan baik yang memiliki visi sama dengan saya walau jalan tempuhnya berbeda. Sampai nanti saatnya tiba, akan saya unggah bagian kedua dari kegiatan sosial ini yang berisi apa-apa saja yang perlu dibentuk ketika simpul sudah tumbuh berkembang.
Terima kasih. Kamu tahu nomor dan semua media sosial untuk menghubungi saya!
1 note
·
View note
Text
Anti-tesis di Kalatidha
Sakadare linakonan/ mung tumindak mara ati, angger tan dadi prakara/ karana riwayat muni/ ikhtiyar iku yekti/ pamilihing reh rahayu/ sinambi budidaya/ kanthi awas lan eling/ kanti kaesthi antuka parmaning suksma. - Raden Ngabehi Ronggowarsito
Jalani saja sekadarnya/ sekadar untuk menghibur hati/ asal tidak menimbulkan persoalan/ karena ada riwayat mengatakan/ ikhtiar itu wajib/ namun juga harus memilih jalan baik/ sambil berupaya/ juga harus awas dan waspada/ agar selalu mendapat berkah dari Tuhan.
0 notes
Text
Keberpihakan
Boleh jadi menyerang menjadi salah satu orientasi yang digunakan oleh sebuah tim sepak bola untuk mendapatkan banyak gol. Tentu hal yang wajar karena tujuan utama permainan sepak bola adalah menang. Dengan cara apa? Mencetak gol, berapa banyak? Sebanyak yang tim itu bisa lakukan dan tim lawan tidak membalas mencetak gol.
Bertahan dalam sepak bola bukanlah sebuah dosa bahkan permainan bertahan tidak lebih kotor dibandingkan diving di kotak penalti. Bertahan juga tidak berarti memiliki kasta di bawah permainan menyerang, walau pun memang harus diakui bahwa tim dengan sistem bertahan banyak dilakukan oleh tim-tim kecil saat menghadapi tim besar.
Saya katakan "menjadi salah satu orientasi" karena memang sepak bola tidak hanya menyerang. Aspek pertahanan adalah contoh penting lain betapa sepak bola merupakan permainan sederhana namun kompleks. Menyerang dan bertahan adalah dua kunci dalam permainan si kulit bundar.
Tim dengan materi pemain berlimpah skill dan pemahaman taktik di atas rata-rata cenderung memainkan sepak bola menyerang sebut saja Barcelona, Bayern Munich, Manchester City. Bagi mereka, permainan menyerang adalah keharusan selain memanfaatkan secara maksimal potensi pemain, tiga tim contoh tersebut juga tidak ingin pemain yang mereka bayar dengan gaji selangit bermain biasa-biasa saja. Mereka dituntut untuk bermain menyerang.
Saya akan membatasi pembahasan hanya terkait tentang permainan menyerang dan bertahan. Tidak melebar ke permainan indah atau cantik.
Seperti yang sudah disebutkan di atas. Permainan menyerang bagi tim besar adalah keharusan. Mereka dituntut oleh berbagai pihak seperti fans, manajemen, media untuk menampilkan permainan yang "menghibur" dengan banyaknya tendangan bola yang mengarah ke kedua gawang, jual beli serangan yang kadang kala membuat hati deg-degan. Bagi kaum pemuja permainan menyerang, bertahan adalah akibat yang muncul apabila mereka mampu bermain menyerang sesuai dengan skema pelatih. Para pemain tidak harus terlalu repot bertahan apabila mereka tidak berhenti menyerang.
"Menyerang adalah pertahanan terbaik" kata orang-orang.
Siapa yang sudi melihat Messi berada tidak dekat dengan gawang lawan demi membantu pertahanan? Mungkinkah Cristiano Ronaldo melakukan track back ke flank kiri ketika Marcelo membantu penyerangan? Terlalu sayang jika mereka berdua melakukan aspek-aspek dalam bertahan, tapi kalau sesekali ya bolehlah. Mereka harus menyerang, mencetak gol, minimal melakukan tembakan ke gawang.
Hal berbeda akan terjadi apabila kita melihat Kante atau Casemiro jatuh bangun memutus serangan. Mereka "dikorbankan" untuk melakukan tugas kotor. Haruskah Toni Kroos dan Cesc Fabregas melakukan tackling kepada pemain lawan? Boleh memang, tapi kalau ada yang lebih berkompeten dalam melakukannya kenapa harus mereka. Mereka terlalu stylish untuk jatuh.
Bertahan adalah seni. Italia adalah negara yang begitu luar biasa karena kemampuan bertahannya. Jika di paragraf sebelumnya disebutkan bahwa menyerang adalah pertahanan terbaik maka di negara di mana Giorgio Chiellini Paolo Maldini, Franco Baresi lahir kalimat itu dibalik menjadi "bertahan adalah penyerangan terbaik".
Bagi Italia tugas utama seorang pemain depan tidak hanya satu, tetapi dua sekaligus. Mencetak gol dan menjadi barisan pertama dalam bertahan ala catenaccio. Sebuah sistem pertahanan berlapis. Sistem catenaccio ini tidak serta merta membuat tim-tim asal Italia disebut tim kecil. Ada Juventus sebagai pemilik gelar terbanyak di liga, ada AC Milan penyandang raja Eropa dari negeri Pizza, ada Internazionalè tim pertama yang mampu meraih treble winners.
Terlepas dari kenyataan bahwa sekarang tim-tim Italia sudah bayak yang menanggalkan catenaccio. Loyalis-loyalis juga banyak hadir di negara juara piala dunia 2006. Javier Zanetti, il Capitano Francesco Totti, Daniele De Rossi, Paolo Maldini, Franco Baresi adalah beberapa contohnya.
Saat ini permainan bertahan banyak dianut oleh tim-tim kecil yang biasanya berjuang untuk setidaknya tidak terdegradasi di akhir musim. Bagaimana caranya? Mereka akan bertahan dengan sesekali melakukan serang balik cepat ketika melawan tim besar. Tujuannya ada dua; (1) syukur kalau bisa menahan imbang apalagi menang, (2) kalau kalah sekalipun setidaknya tidak dengan banyak gol.
Mereka tidak akan muluk-muluk dalam bermain. Yang penting selamat, semisal itu mungkin bahasanya. Mereka bisa mendapatkan poin penuh apabila melawan tim yang relatif sebanding.
Tak hanya tim-tim kecil yang gemar bermain bertahan. Tim besar juga tidak jarang melakukannya. Sebagai contoh, Chelsea ketika ditangani Di Matteo. Tahun di mana mereka menjuarai Liga Champions pertama kali dengan menghukum tiki-taka khas Barcelona.
Pada akhirnya, baik tim besar maupun tim kecil tidal dilarang untuk keluar dari "pakemnya". Tidak harus Chievo bermain bertahan ketika menghadapi AS Roma, mungkin juga Manchester United bermain aman ketika melawan Stoke City.
Ada banyak hal yang mempengaruhi keputusan pelatih untuk menerapkan sistemnya. Selain karakter pelatih itu sendiri dan aspek yang telah disebutkan di atas.
1 note
·
View note
Text
Ehehe
“jangan takut mencintai saya. saya punya sepasang keahlian yang kamu butuhkan. punya daya ingat kuat dan gampang dilupakan.”
—
886 notes
·
View notes
Text
Begini saja: aku yang nulis puisi, kamu yang jadi puisi.
Joko Pinurbo
0 notes
Text
Sejak malam itu, aku tidak tahu apa yang bergetar di tubuhku: perasaan bahagia atau ketakutan akan perpisahan.
0 notes
Quote
Bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru.
Soe Hok Gie (via mbeeer)
84 notes
·
View notes
Conversation
K: Kenapa aku bisa suka kamu padahal kita belum pernah bertemu?
B: Jawabannya sama seperti kenapa kau percaya Surga itu ada padahal kau belum pernah ke sana.
324 notes
·
View notes
Quote
Kenapa kau takut mencintaiku? Apa karena ada banyak wanita lain? Bodoh! Tak sadarkah kau dari banyaknya wanita di pikiranmu itu, di pikiranku, kaulah yang jadi juaranya?
(via mbeeer)
115 notes
·
View notes
Quote
Jika aku jatuh hati padamu karena kau baik, tentu masih ada yang lebih baik. Jika aku jatuh hati padamu karena kau cantik, tentu masih ada yang lebih cantik. Jadi jangan tanya karena apa aku jatuh hati, aku sendiri tak tahu pun.
Berhati-hatilah, kau tidak sedang berhadapan dengan manusia, aku pohon yang menjelma manusia. (via jalansaja)
95 notes
·
View notes
Quote
Pada tatapmu aku ingin diam lebih lama, ingin mencari-cari siapa tersangka di balik binar bahagianya. Jangan-jangan itu aku.
:D (via jalansaja)
135 notes
·
View notes
Quote
Akan tetapi, anak-anak sekarang baru mau bekerja kalau jelas gajinya. Baru mau melakukan sesuatu kalau lengkap fasilitasnya dan ada jaminan hasil. Mereka tidak bisa menjadi pejuang bahkan bagi dirinya sendiri, sebab tidak ada perjuangan yang titik tujuan atau hasilnya bisa dipastikan.
Emha Ainun Nadjib. Gelandangan Di Kampung Sendiri {Para Patriot (3)} (via djarsurya)
Sebab tidak ada perjuangan yang titik tujuan atau hasilnya bisa dipastikan. Yang terpenting; berjuang dulu, berjuang lagi, berjuang terus.
1 note
·
View note