Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Aku kadang menghilang. It's my thing. Tak ada yang memperhatikan, tapi ada hari di mana aku memilih untuk menutup pintu hati, dan fokus mencoba melewati hujan dan pikiran sedih yang selalu menemukan jalannya ke permukaan.
Ada saat-saat ketika orang-orang mungkin membutuhkanku namun aku tidak dapat dijangkau. Ketika telepon berbunyi, aku hanya akan menatap penelepon dan menunggu untuk berhenti karena aku tidak ingin berbicara. Kuharap mereka tidak keberatan. Aku tidak pernah bagus dalam hal membuka diri kepada orang lain, atau dengan berbagi beban duniaku, dan kupikir itu seharusnya tidak apa-apa. Kita semua berjuang dalam pertempuran yang tidak kita ceritakan kepada siapapun.
Jangan salah sangka, hidupku banyak momen bahagia. Tapi kadang-kadang aku menghilang untuk menyelamatkan diriku, dan aku berharap itu bukan hal yang egois untuk dilakukan. Aku hanya ingin memenangkan pertempuranku juga.
— Jun Mark Patilan
156 notes
·
View notes
Text
Jalan cinta yang berbeda, sebab cinta itu tidak harus dekat dan membersamai. Terkadang, bukti cinta itu harus dengan menjauh dan menyayangi dari balik bayangan. Seperti cintanya Wahsyi kepada Rasulullah, sebab ia harus menjauh dari Rasul, agar Rasul tenang hatinya.
Untukmu yang harus menjauh, tak apa. Sebab segala hal itu harus ada jalan yang ditempuh dan diambil, terkadang takdir seirama dengan keinginan kita, terkadang takdir juga harus bertolak belakang dengan ingin dan niat hati kita.
Tidak apa-apa, yakin saja bahwa semua takdir Allah itu baik. Baik untukmu dan untuknya.
@jndmmsyhd
91 notes
·
View notes
Text
Mencintai kamu itu di dunia aja nggak cukup. Makanya bimbing aku supaya bisa masuk syurga bareng-bareng. Nggak cukup seumur hidup, maunya seumur syurga juga! Sehidup, sesyurga.
176 notes
·
View notes
Text
Kalo liat kaka kaka lagi pada bercanda sekeluarga, yaa ketawa2 heboh ituu ponakan, dsb, inginku bilang ke Allah, bisaa gaa ya Allah langsung besok akad😅😅
0 notes
Text
Pengen punya pasangan yang bisa jadi someone to talk, yang soft spoken, yang bijak tapi juga humoris, yang ketika melihatnya aku menjadi tenang, nyaman, dan aman. Rasanya ingin dicintai, disayangi, dan diperhatikan dengan baik oleh sosok laki-laki itu. Bisa-bisanya aku tiba-tiba butuh pendamping gini:( enggak enak banget punya perasaan ini, merasa sendiri dan kesepian.
● 8 September 2024
248 notes
·
View notes
Text
Hatur nuhun🙏🏻🥺🥺
Kamu terlalu banyak memikirkan sesuatu, yang bukan ranahmu.
Hingga kerapkali kelelahan menyertaimu.
Kamu pun sering lupa bahwasannya berandai-andai akan takdir itu Allah larang.
Jika kamu merasa dunia telah masuk ke dalam hatimu, maka keluarkan ia perlahan.
Jika sebelumnya kau idamkan kehidupan baik layaknya yang tampil di sosial media. Lekas kembali simak sirah perjalanan Kekasih Allah, juga kehidupan shahabat dan shahabiyah nya.
Ia nya akan kau temukan kesederhanaan dalam penghidupan, kebahagiaan dan ketenangan yang timbul dari ketakwaan kepada Allah dan rasul Nya.
#Monolog
160 notes
·
View notes
Note
Aku ga tau ini udah pernah ada yang tanya belum. Sambungan dari yang sebelumnya.
Wdty soal stereotip perempuan adalah beban bagi laki-laki, Terlebih karena perempuan yang tidak "menghasilkan" uang?
Mungkin ini karena banyak banget kalimat kyk "udah di sekolahin mahal-mahal malah nggak kerja yang punya gaji tinggi atau milih jd IRT "... Dan banyak banget laki-laki yang ketika berkeluarga itu ancamannya adalah materi, (selain karena fisik laki-laki lebih kuat, aka kdrt).
Sepakat...
..., kalau menggunakan perspektif fiqh munakahat. Bahwa istri dan anak adalah memang 'beban' dalam artian tanggungjawab dari suami/bapak. Menjadi konsekuensi logis yang harus dipahami laki-laki, bahwa ketika menikahi perempuan, kewajiban ini melekat, dan tidak boleh dieprsoalkan.
Jika menggunakan perspektif sosial, anggapan bahwa wanita adalah beban biasanya didasari akibat pola hidup dan pola pikir materialisme. Bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini, harus diukur dengan kontribusi ekonomi atau keuntungan finansial. Selain materialisme, stereotipe itu mungkin didukung oleh praktik sistem ekonomi kapitalis yang sering kali menekankan produktivitas ekonomi sebagai ukuran keberhasilan, yang kemudian membuat peran pengasuhan anak yang sering kali dijalankan oleh perempuan tidak berkarir, sebagai beban karena tidak menghasilkan pendapatan.
Padahal dalam bangunan rumah tangga, kontribusi itu ada material dan non-material (mengelola rumah, mengurus anak, dukungan emosional, dll) yang hal tersebut diperankan oleh seluruh anggota keluarga. Dalam upaya melaksanakan peranan-peranan itu maka harus dilandasi komunikasi dan kesepakatan antar pihak. Dalam konteks wanita karir, ini adalah informasi yang harus didapatkan dan disampaikan kepada calon suami. Sehingga antara idealisme dan realitas nanti jelas titik temunya.
Bagi perempuan, jika ingin meminimalisir hal itu terjadi, maka selektiflah dalam memilih calon imam. Dalam proses ta'aruf, ketika memang wanita ingin berkarir sampaikan, pun halnya tidak, tetapi memiliki alternatif lain dalam membantu finansial rumah tangga dengan plan apa cantumkan dalam CV atau saat taaruf.
Dalam proses ta'aruf, pola pikir dan pola hidup materialistik bisa dinilai melalui jawaban yang dia berikan. Misalnya, tanyakan pandangannya tentang hidup sederhana, tentang keuangan, tentang arti kebahagiaan dsb. atau lihat dari gaya hidupnya. Bukan untuk menjustifikasi, tetapi ini jadi informasi yang berguna dalam mengambil keputusan.
Terkahir, dulu Ust. Budi Ashari pernah menyampaikan "Kalau anak menginginkan sesuatu, lalu sebut merk, maka ini menjadi isyarat dalam pola asuh anak." Salahnya dimana? Fokus pada brand, bukan fungsi. Semoga dipahami.
62 notes
·
View notes
Text
Rasanya, kalo mama masih ada sampai saat ini, hidup akan lebih berwarna, bahagia, lebih ajeg buat ica, mungkin memang ga jamin hidup lebih santai alias roller coaster ky masa-masa mama diuji, bisa ajaa, tapii rasanya maa, duh ya Allah:')))
Ini maa, hari ini, pulang kerja masuk kamar nangis sampe ketiduran, makan sambil nangis, yaa pokoknya bener kata mama siih, ica cuma bisa nangis:')))))) Belakangan juga shalat tahajud ga minta panjang lebar maah, cuma do'ain mama bapa, terus banyak banyak istighfar, terus bengong sampe adzan shubuh mahh🥺
Do'a ica ga pernah putus maa, semoga cita-cita ica bawa oleh-oleh saat ketemu di surga Allah izinin yaa maa, ya meskipun usaha nya juga masih diusahakan, alias masih minim, semoga Allah mudahkan🤍
0 notes
Text
Semoga, setelah inii❤��
Menenangkan ya rasanya dicintai sepenuhnya, diterima segala baik dan buruknya kamu; badai dan sepoinya, utuh dan hancurnya. Kamu tidaklagi perlu takut dan menebak-nebak apakah kalian berada pada perasaan yang sama atau tidak.
Menyenangkan ya rasanya dicintai seutuhnya. Kamu bisa bercerita apapun khawatirmu tanpa perlu ketakutan akan dikerdilkan 🥺❤️
Aaaaaaa
Bandung, 14 Juli 2024
113 notes
·
View notes
Text
Tentang Kita.
Kita, tidak perlu mengetahui semua urusan orang lain, sebagaimana oranglain tidak perlu mengetahui semua urusan kita. Bila ada oranglain yang lebih nyaman bercerita pada oranglainnya, ya tidak masalah. Kita pun berhak memilih siapa orang yang nyaman kita ceritakan.
Kita, tidak perlu dekat dengan semua orang di muka bumi. Orang-orang yang sefrekuensi akan secara natural berdekatan. Kutub-kutub positif akan berkumpul dengan kutub positif lainnya, begitu pun kutub negatif. Pada beberapa kasus di perkumpulan salah satu kutub, bisa saja ada perbedaan dan ketidakcocokan pandangan juga.
Kita, tidak perlu berpayah-payah mengendalikan hati oranglain. Karena satu-satunya hati yang mampu kita kendalikan adalah milik sendiri, dan satu-satunya yang menguasai hati-hati kita sepenuhnya hanyalah Allaah yang Maha Esa. Tugas kita ialah mengelolanya, tidak riya kala pujian menyapa, tidak ujub merasa lebih baik amal dari lainnya.
Semoga Allaah senantiasa menjaga dan memberkahi setiap sudut kehidupan kita.
200 notes
·
View notes
Text
Di kimia, ada istilah "Like dissolve like", bahwa sesuatu itu akan terlarut pada sesuatu yg sama. Itulah kenapa air dan minyak tidak pernah bercampur, karena mereka beda jenis kepolaran nya.
Kalau dalam konteks manusia, seseorang pernah menyampaikan ttg "Value attract value", bahwa apa yg kita jadikan nilai pada diri kita itulah yg akan mendekatkan kita pada orang² yg serupa.
Karena"kamu akan menemukan apa yang kamu cari, maka carilah sesuatu yang baik diantara banyaknya hal yang bisa dicari"~~~
1K notes
·
View notes
Text
Tengkyuu kaa, sudah mewakilii;'))
dulu sekali
dulu, ada masa di mana alasan gua bergadang karena sedang asik chattan sama banyak orang, hape belum mati/lowbet berarti belum boleh tidur, gak peduli besok harus bangun pagi.
dulu, kalau pengen ngobrol, tinggal telpon. Atau kalau gak bisa saat itu juga telpon, palingan cuman nunggu pagi datang, berangkat sekolah terus bebas cerita apa aja ke teman sampe mulut berbusa sekalipun.
dulu, kalau mau pergi ke mana pun tinggal ajak temen, temen gak bisa ya jadi gak bisa pergi, karena kalau pergi sendiri jadi gak seru.
Tahun berganti, umur menua, zaman bertambah, prioritas orang-orang perlahan berubah...
Sekarang, notif pesan cuman di isi oleh grup. Grup jualan, grup kantor, dan berbagai grup lainnya yang bahkan tidak pernah dibuka. Gak ada lagi pesan berisi basa-basi, tukar informasi, ngomongin crush, atau video call/telponan padahal barusan aja udah ketemu.
Tumbuh dewasa itu ternyata bisa sesepi ini, ya?
Nulis ini, bikin gua sadar kenapa banyak orang bisa se 'addicted' itu sama media sosial, kpop, atau gila kerja. Karena hal-hal itu tuh gak sama kayak orang lain. Yang bisa 'ninggalin', ataupun 'susah ditemuin'. Meskipun gak semua hal-hal tadi itu berakibat baik, setidaknya bisa menutup kekosongan sebagian orang. Kalau anak zaman sekarang nyebutnya sih sebagai coping mechanism. Bersyukurnya masih banyak yang sadar, kalau bundir itu haram.
Kalau coping mechanism gua saat ini sih cuman sibuk kerja, baca buku, ataupun jalan-jalan. Gua gak mau lagi menjadikan 'orang lain' sebagai tempat pelarian gua. Karena lingkarannya pasti selalu sama. bukannya bikin sembuh, akhirnya pasti cuman dua, gua yang nyakitin, atau gua yang disakitin.
Gua selalu memohon sama Allah meskipun saat ini gua udah gak punya siapa-siapa lagi, setidaknya rezeki gua berupa uang selalu dimampuin. Karena meskipun gak bisa 'membayar' seseorang untuk ada saat gua butuh, setidaknya dengan uang yang cukup, gua bisa membeli 'waktu' yang bisa gua pakai untuk menciptakan kebahagiaan gua sendiri tanpa harus ditemenin siapa pun.
116 notes
·
View notes
Text
Learn, Unlearn, Relearn
Waktu itu baca kutipan dari instagramnya (at)esslythe, katanya:
"Yang namanya pertumbuhan itu nggak peduli dengan perasaan. Fokusnya emang supaya kita bertumbuh."
Nah dari kutipan itu aku kembangin jadi begini:
“Yang namanya pertumbuhan itu nggak peduli sama perasaan. Buktinya, untuk menghasilkan buah yang manis, pohon nggak perlu menuntut air hujan dulu supaya manis rasanya. Fokusnya memang supaya kita bertumbuh. Dan bukan untuk menjadi diri sendiri melainkan menjadi yang seharusnya: pribadi yang Dia inginkan.”
Terus doa yang diulang belakangan ini akhirnya bukan semoga orang lain sadar melainkan semoga aku yang sadar, barangkali ada bagian-bagian yang aku melakukan kekeliruan di dalamnya.
Ternyata emang lebih menenangkan fokus pada pertumbuhan diri daripada mempertanyakan pertumbuhan orang lain. Karena hidup kan sebenarnya perlombaan dengan diri kita yang hari sebelumnya. Setiap harinya kita akan meninjau sudah sejauh mana ∆ improvement yang kita hasilkan. Sudah seefisien apa sumber daya dan waktu teralokasikan. ∆ improvement-nya sudah sepadan belum dengan apa yang udah dikeluarkan? Kalau belum, evaluasinya apa? Intervensi apa yang sekiranya efektif (berpengaruh)?
Tentu selama masih diberi nafas, akan selalu ada input yang diproses sehingga menghasilkan output tertentu. Selain pada hal yang diinput, output juga akan bergantung pada sistem operasi internal dalam diri kita. Makanya yang terpenting bukan air hujannya manis apa enggak, tapi proses fotosintesisnya udah bener belum? Mataharinya terhalangi nggak? Klorofilnya memadai nggak? (Di samping air, CO2, dan zat haranya memadai atau nggak sebagai input).
Dalam hidup, "proses fotosintesis" ini akan analog dengan "cara memandang, cara berpikir, cara bersikap". Kita ingat, dalam reaksi terang, energi cahaya digunakan untuk memecah molekul air menjadi oksigen, proton, dan elektron. Sementara itu, cara kita memandang bisa saja justru "membelakangi" atau menutupi arah cahaya datang, sehingga input-input yang masuk lewat pendengaran dan penglihatan tidak dapat dipecah/dipilah berdasarkan relevansi/prioritas. Kalau dari cara memandangnya udah nggak bener, pengolahannya juga bakalan nggak terorganisir, dan pengambilan sikapnya bakal kontraproduktif.
Makanya yang bikin buah manis itu adalah proses fotosintesisnya serta proses pengangkutan glukosa oleh jaringan floem. Analog dengan hidup kita bahwa yang bikin hidup kita manis itu bukan dari kita mendengar dan melihat hal yang menyenangkan, melainkan dari kita memproses sesuatu dan mengambil sikap berdasarkan informasi yang diolah tersebut.
Kemudian hal itu jadi alasanku selalu bilang ke orang yang seneng sama tulisanku, "yang indah bukan tulisanku, tapi cara kamu membaca". Soalnya ya, bagus atau enggaknya tulisan mah relatif, tergantung kondisi dan relevansi yang baca. Tapi kan kalau orang udah punya cara pandang yang bagus, apapun tanda-tanda kekuasaan Allah di hadapannya akan dia proses dengan cara yang indah dan menghasilkan output yang indah juga.
Terus gimana soal perasaan? Aku setuju bahwa tumbuh dewasa adalah membiasakan diri berhadapan dengan rasa sakit di waktu yang tepat dan menghindar pula di waktu yang tepat. Dan tiap-tiap orang bisa tersakiti di tempat-tempat yang berbeda dalam hatinya. Pertumbuhan memang nggak peduli perasaan. Tapi dalam prosesnya kita diuntungkan karena memperoleh kebijaksanaan dalam meregulasi perasaan. Kita jadi bisa nggak over reacting terhadap sesuatu, tapi juga nggak sampai nirempati. Soalnya maa khalaqta haadza bathilaa, kan? Nggak ada yang Allah ciptakan sia-sia, termasuk emosi.
Jadi sebenarnya kita disuruh mikir, bagaimana berperasaan pun dapat menjadi ladang kita bertumbuh menjadi pribadi yang Allah mau. Dan kita masih manusia. Selogis-logisnya orang juga Allah pasti kasih jatah di ujian emosional (emosi itu banyak macemnya yak: marah, suka, kecewa, takut, iri, cinta, benci, dll.). Seperasa-perasanya orang juga pasti Allah uji di ranah pemikiran/hal yang butuh logika.
Kita makhluk yang dinamis. Sebagai makhluk pembelajar, kita akan senantiasa mengalami pertukaran value. Nilai-nilai kehidupan yang relevan di satu masa, mungkin tak lagi berlaku di masa selanjutnya. Jadi dalam proses learn, unlearn, dan relearn ini semoga kita selalu punya kesiapan untuk ditunjukkan Allah saat kita salah (unlearn), bagaimanapun jalannya. Bahkan jika itu harus melalui kejadian yang kita nggak suka, atau melalui orang yang kita nggak dekat dengannya. Serta semoga kita diberikan kekuatan untuk memperbarui nilai-nilai yang kita anut menurut kacamata Ilahi (relearn).
Mudah-mudahan kita senantiasa diberkahi kerendahan dan kemurnian hati dalam proses learn, unlearn, dan relearn.
— Giza, tadinya tulisan ini direncanakan cuma bakal 3 paragraf kenapa jadi manjang gini yak wkwk
84 notes
·
View notes
Text
Lagi sedih, jadi makin sedih, ya Allah😭😭😭
"JANGAN MAINKAN SEMUA PERAN"
Sebagai renungan atas kejadian bunuh diri kakak beradik di Bandung. Kedua korban menderita gangguan jiwa setelah ibunya meninggal dunia.
SUATU SAAT KITA AKAN MENINGGALKAN MEREKA JANGAN MAINKAN SEMUA PERAN
(Senior Psikolog dan Konsultan, UI)
Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri .
Jangan memainkan semua peran,
ya jadi ibu,
ya jadi koki,
ya jadi tukang cuci.
ya jadi ayah,
ya jadi supir,
ya jadi tukang ledeng,
Anda bukan anggota tim SAR!
Anak anda tidak dalam keadaan bahaya.
Tidak ada sinyal S.O.S!
Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.
#Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini...Ayah bantu!".
#Tutup botol minum sedikit susah dibuka, "Sini...Mama saja".
#Tali sepatu sulit diikat, "Sini...Ayah ikatkan".
#Kecipratan sedikit minyak
"Sudah sini, Mama aja yang masak".
Kapan anaknya bisa?
Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana,
Apa yang terjadi ketika bencana benar2 datang?
Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Kemampuan menangani stress,
Menyelesaikan masalah,
dan mencari solusi,
merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.
Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil,
Skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!
Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.
Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi,
tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.
Tampaknya sepele sekarang...
Secara apalah salahnya kita bantu anak?
Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.
Sakit sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi gila.
,
Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.
AQ?
Apa itu?
ADVERSITY QUOTIENT
Menurut Paul G. Stoltz,
AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?
Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya.
Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tidak sanggup lagi.
So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...
Tidak masalah anak mengalami sedikit luka,
sedikit menangis,
sedikit kecewa,
sedikit telat,
dan sedikit kehujanan.
Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan.
Ajari mereka menangani frustrasi.
Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel,
Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?
Bisa2 anak anda ikut mati.
Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.
Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi,
Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.
Tapi sadarilah,
hidup tidaklah mudah,
masalah akan selalu ada.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak bisa dihindari.
_Selamat berjuang untuk mencetak pribadi yg kokoh dan mandiri_
456 notes
·
View notes
Text
Sedih banget, ini kekilir ketiga kalinya di kaki kiri, yg kedua waktu itu sampe di-rontgent. Sedih liat kaki memar, rasanya kaya ga bisa jaga diri, ga bisa napak yg proper sampe bikin kaki kekilir, jadi ga bisa sat set sat set, ya Allah😭😭😭
0 notes
Text
people who only use conventional social media are so funny bc they’ll casually be like “can I see your tumblr??” are you Insane. this is no instagram or twitter. this is my vault of secrets
134K notes
·
View notes
Text
Tidak semua yang berangkat pagi pulang malam itu mengejar dunia, tidak semua yang memutuskan merantau jauh juga gila dunia. Perlu kita garis bawahi, bahwa; kita tidak tau apa-apa tentang tujuan dan target hidup mereka. Dan kita juga tidak pernah tau bagaimana rapihnya mereka menyembunyikan ibadah mereka. Maa syaa Allah~
Kita sepakat, kan? Kalau ibadah haji, umroh, berkurban, infaq dan shodaqoh juga memerlukan harta dunia. :”)
Ya Allah, mampukanlah kami meletakan dunia itu dalam genggaman tangan kami dan akhirat dalam jiwa kami. Aamiin Allahumma aamiin.. :”)
514 notes
·
View notes